ALANA||BABY?

1.5K 27 1
                                    

“Jangan menyalahkan siapapun untuk apa yang terjadi padamu. Tetapi merenung lah dan sadari setiap kesalahan yang kamu lakukan dimasa lalu.”

- Alana Zealinne Artharendra

•••

“Bunda ....” Alzean melempar tasnya ke sembarang arah lalu merebahkan tubuhnya diatas sofa.

Alzean mengerutkan keningnya bingung saat telinganya tanpa sengaja mendengar suara tangisan seorang Bayi bersamaan dengan Aqila yang mulai menuruni satu persatu anak tangga. Lagi-lagi Alzean harus dibuat terkejut dengan kehadiran seorang bayi perempuan berusia kurang lebih satu tahun dalam gendongan Bundanya.

Alzean hampir berteriak. Namun mulutnya segera dibekap oleh Aqila. “Jangan mikir macem-macem! Ini anak Galen. Masih Inget Galen, ‘kan?”

“Galen keponakannya Ayah? Bukannya dia lagi di Belanda? Kok balik-balik udah punya Anak?”

“Dia udah balik ke Indonesia beberapa tahun lalu, kok. Kamunya aja yang gak tau. Dan selama beberapa tahun itu pula Tuhan kasih dia jodoh dan anak sebagai pelengkap.”

Alzean mengangguk lalu menatap lekat bayi yang kini berada dalam gendongan Aqila. Bayi menggemaskan itu sedari tadi mengoceh tak jelas sambil memakan ice Cream rasa coklat ditangannya. Pipinya benar-benar gembul dengan mata besar yang membuatnya terlihat semakin cantik.

“Namanya siapa, Bun?” tanya Alzean penasaran.

“Baby Zia. Galen sama istrinya lagi reunian makannya Baby Zia dititipin sama Bunda. Lagian bagus juga sih Galen nitipin anaknya sama Bunda supaya kamu bisa belajar ngurus Bayi. Selama ini kamu gak suka sama Bayi, ‘kan? Mana tau abis ngurusin baby Zia kamu bisa suka sama anak-anak.”

Alzean bergidik ngeri. “Ngurus bayi tuh ngerepotin, Bun. Buang-buang waktu!”

“Kata siapa? Bunda akui ngurus bayi itu emang ngerepotin. Tapi kamu gak bakal tau gimana senengnya ngurusin mereka. Apalagi kalau liat mereka makan dengan lahap, main sama kita, atau cuma sekedar tidur sama kita. Rasanya tuh beda, Al. Kenapa Bunda ngomong gini? Karena Bunda udah rasain susah senengnya ngurus kamu.”

Alzean tampak berpikir. Lagi dan lagi lelaki itu dibuat kagum oleh perjuangan Aqila yang telah mengurusnya hingga sebesar ini. Selama ini Alzean merupakan anak yang keras kepala hingga tak jarang membuat Aqila pening sendiri. Namun dibalik itu, ada rasa sayang yang luar biasa di hati Alzean untuk sang Bunda. Alzean akui Aqila memang cerewet. Namun, Aqila tetap lah Ibu terbaik untuknya.

Aqila segera mengambil handphonenya dari saku celana saat merasakan benda pipih itu bergetar. Hembusan nafas gusar terdengar. Wanita itu lupa jika siang ini dirinya mempunyai jadwal operasi dengan salah satu pasien.

Aqila memberikan baby Zia pada Alzean. “Bunda titip Zia sama kamu, ya. Hari ini Bunda punya jadwal Operasi.” Wanita itu mengedipkan sebelah matanya. “Sekalian belajar jadi Ayah yang baik. Jangan galak-galak sama Baby Zia, Oke? Semua barang-barangnya udah ada di kamar Bunda. Kalau mau dipindahin ke kamar kamu juga gak masalah.”

Setelahnya Aqila langsung berjalan pergi tanpa menunggu persetujuan dari Alzean terlebih dahulu. Sebelumnya wanita itu juga telah mempersiapkan semua peralatannya didalam tas sebelum pergi ke rumah sakit.

Alzean menatap kepergian Bundanya nanar. Sekarang dirinya harus terjebak bersama dengan seorang Bayi lucu yang menurutnya menyebalkan.

Baby Zia menatap Alzean lama sebelum akhirnya menangis. Bukan hanya matanya. Bahkan hidungnya juga berair karena tangisannya. Mungkin gadis itu takut melihat tatapan maut yang diberikan Alzean.

“Sssttt! Jangan nangis, ya? Nanti tambah jelek.” Alzean mengusap punggung Baby Zia lembut mencoba menenangkan bayi itu.

Tangisan Baby Zia semakin kencang saat mendengar ucapan Alzean yang menyakiti hatinya. Secara tidak langsung lelaki itu menganggapnya jelek walaupun dengan cara yang berbeda.

ALANA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang