“Jangan pernah membenci dirimu sendiri. Karena kamu tidak tau apa yang bisa kamu lakukan dengan dirimu.”
- Alana Zealinne Artharendra
•••
“Good morning, istri!”
Alzean langsung memeluk dan memberikan ciuman bertubi-tubi di wajah cantik Alana. Membiarkan istrinya itu terganggu dengan perlakuannya barusan. Bahkan Alzean tak peduli lagi jika nantinya Alana akan mengeluh karena tingkahnya sekarang.
Perlahan Alana mulai membuka matanya saat merasakan sesuatu yang kenyal menyentuh pipinya. Awalnya gadis dengan piyama bermotif kotak-kotak itu hendak memarahi sang pelaku. Namun setelah melihat wajah tampan dan menggemaskan Alzean membuat niatnya urung seketika.
“Good morning, sayang!” balas Alana sambil tersenyum manis. Berhasil Membuat lengkungan indah di bibir tipis Alzean.
“Ngomong apa barusan?”
“Good morning?”
“Abis itu?”
“Sayang?”
“Kenapa, sayang?”
Alana terkekeh. “Pasaran banget.”
“Jadi gak mau dipanggil sayang? Maunya dipanggil apa? Mamanya baby Al?”
“Eh!” Alana terlihat salah tingkah. Bahkan pipinya mulai memerah karena pertanyaan Alzean barusan.
“Gak usah baper gitu. Udah sana mandi. Hari ini kita bakal pindah ke rumah baru.”
Alana mengerutkan keningnya. Rumah baru? Sejak kapan mereka akan pindah rumah. Alana bahkan tidak pernah di beri tahu oleh Aqila maupun Giovandra. Namun melihat wajah serius Alzean membuatnya yakin jika lelaki itu benar-benar tidak membohonginya.
“Kok tiba-tiba? Kita gak bakal tinggal disini?”
“Gak. Kemaren Bunda nyuruh kita tinggal dirumah keluarga Ayah yang udah lama gak ditinggalin. Kata Bunda daripada gak berpenghuni sama sekali. Mending kita tinggal disana.”
“Cuma tinggal berdua?”
“Nanti, ‘kan ada baby Al.”
“Gue lagi gak bercanda!”
“Bunda udah ngirim satu pembantu buat kita. Emang kenapa nanya gitu?”
“Cuma mau nanya aja.”
“Dih. Bilang aja Lo cemburu kalo pembantunya masih muda. Tenang aja. Secantik apapun cewek diluar sana. Tetep Lo yang bakal jadi Ibu dari anak-anak gue.”
Alana memutar kedua bola matanya malas. Dari semalam pembahasan Alzean hanya mengarah pada bayi yang sama sekali belum terbentuk di rahimnya. Bahkan Alzean sudah memberinya nama ‘Baby Al’ tanpa persetujuannya terlebih dahulu.
Namun tak bisa dipungkiri jika Alana juga merasa beruntung memiliki Alzean sebagai suaminya. Alana bisa memastikan bahwa Alzean merupakan sosok yang penyayang untuk keluarga kecilnya nanti. Terutama untuk anak-anak mereka. Alzean bisa menjadi ayah terbaik untuk mereka.
Tak mau semakin membuang waktu. Alana memutuskan untuk beranjak dari posisinya menuju kamar mandi yang terletak tak jauh dari tempatnya saat ini. Gadis itu ingin segera membersihkan dirinya lalu pergi bersama Alzean menuju rumah baru mereka.
Alzean mencekal pergelangan tangan Alana sebelum gadis itu sempat turun dari ranjang tempatnya saat ini. Sang empu yang mendapatkan perlakuan seperti itu lantas mengerutkan keningnya bingung.
“Kenapa?”
“Mandi sama-sama!”
Setelahnya Alzean langsung menggendong tubuh mungil Alana menuju kamar mandi. Lelaki bertubuh tinggi itu memilih tak peduli saat Alana memberontak dalam gendongannya. Lagipula pemberontakan yang di lakukan Alana juga tak berpengaruh apa-apa untuk dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALANA (END)
RandomDiabaikan Orangtua. Diabaikan sahabat kecil. Diabaikan keluarga. Diabaikan semua orang. Dijadikan pelampiasan. Disakiti secara halus. Selalu dikecewakan. Selalu merasa terpuruk. Tak pernah dihargai. Tak pernah dianggap ada. Selalu disalahk...