“Berbuat baik itu mudah. Tetapi mengapa masih banyak orang yang enggan untuk melakukannya kepada orang lain?”
- Alana Zealinne Artharendra
•••
Kelvan mengerutkan keningnya saat melihat sosok gadis yang kini tengah berjalan di trotoar sambil membawa beberapa buku ditangannya. Gadis itu sangat mirip dengan gadis yang menyelamatkan Alzean beberapa waktu yang lalu.
“Itu cewek yang kemaren, ‘kan?” tanyanya sambil menunjuk Alona.
Virgo mengikuti arah pandang sahabatnya itu. Netranya seketika berhenti saat melihat gadis yang dimaksud Kelvan. Memang benar gadis itu mirip dengan Alana.
“Menurut gue sih iya. Tapi apa hubungannya sama kita? Gak penting!”
Kelvan menyunggingkan senyumnya. “Dia bisa jadi aset buat bales dendam kita. Gue liat-liat tuh cewek berarti dihidup Alzean.”
“Tapi kalau kita jadiin dia alat buat bales dendam bakal abis kita kena amukan Alzean. Lo gak inget gimana marahnya dia pas Leo hampir sekarat? Gak! Gue gak mau! Mending kita buat dia lemah dulu. Asal jangan buat dia marah besar!”
“Bego! Alzean bakal lemah dengan kita nyakitin tuh Cewek! Kelemahan Alzean itu sederhana. Kita cuma perlu sakitin orang-orang terdekat dia. Dan dia bakal merasa terpuruk karena gagal jagain mereka.”
“Tapi Lo yakin mau nyakitin tuh Cewek? Tega Lo nyakitin cewek secantik dia?”
“Apapun buat bales dendam!”
Setelah mengatakan itu, Kelvan langsung berjalan menghampiri Alona yang ia duga sebagai Alana. Lelaki itu sedikit berlari karena jaraknya dan Alona yang lumayan jauh. Bisa-bisa gadis itu berjalan semakin jauh sebelum dirinya sempat menghampiri.
Alona seketika menghentikan langkahnya saat melihat seseorang berdiri dihadapannya dengan wajah menyeramkan. Lelaki itu tersenyum licik menatapnya dengan tangan terlipat didepan dada.
Merasa ada yang tidak beres, Alona lantas memutuskan untuk berbalik arah. Gadis itu ingin pulang ke rumahnya lewat jalan lain karena merasa takut dengan pria dihadapannya ini.
Lagi-lagi Alona terpaksa harus menghentikan langkahnya karena dihadang oleh seorang lelaki dengan wajah tak kalah sangar. Bahkan yang ini terlihat lebih menyeramkan dari sebelumnya.
“Jalannya kenapa sendirian cantik? Nanti kalau ada yang macem-macem gimana?” tanya Kelvan. Kakinya perlahan mulai melangkah mendekati Alona hingga membuat gadis itu refleks memundurkan langkahnya.
“S--siapa kalian?!” tanya Alona gelagapan. Inilah yang ia takutkan jika berjalan sendirian. Gadis itu terlalu takut seseorang akan macam-macam padanya ditengah jalan. Sungguh! Hari ini takdir benar-benar tak berpihak padanya.
“Jangan galak-galak gitu, dong! Nanti cantiknya hilang.”
Perasaan takut semakin menjalar dalam hati Alona. Tubuhnya bahkan sedikit bergetar karena takut. Alona belum pernah menghadapi situasi seperti ini hingga membuatnya takut setengah mati. Alona tak pernah dilepas sendirian oleh Alvin dan sekarang gadis itu harus berjalan sendirian hanya karena keterlambatan sang ayah dalam menjemput.
Alona seketika membulatkan matanya sempurna saat melihat Kelvan mulai mengeluarkan pisau dari saku jaketnya. Senyum licik terpampang jelas dibibirnya hingga membuat Alona bergidik ngeri.
“L--lo mau apa? Uang? Gue bakal kasih! Asal jangan macem-macem sama gue.” Alona berucap seraya memundurkan langkahnya menjauhi Kelvan.
“Bukan itu, Girl. Gue cuma pengen Lo mati supaya tujuan gue bisa tercapai. Jangan takut. Abis ini Lo bakal bebas berkeliaran di akhirat, kok!”
KAMU SEDANG MEMBACA
ALANA (END)
RandomDiabaikan Orangtua. Diabaikan sahabat kecil. Diabaikan keluarga. Diabaikan semua orang. Dijadikan pelampiasan. Disakiti secara halus. Selalu dikecewakan. Selalu merasa terpuruk. Tak pernah dihargai. Tak pernah dianggap ada. Selalu disalahk...