ALANA||DOUBLE DATE

1.2K 24 0
                                    

“Kamu tidak perlu punya segalanya untuk menjadi sempurna. Cukup cintai dirimu sendiri dan selalu berada dalam lingkungan yang baik akan membuatmu sadar bahwa kesempurnaan itu merupakan kata lain dari kesederhanaan.”

- Alana Zealinne Artharendra

•••

Alana tersenyum simpul saat melihat perhatian besar yang diberikan Alzean kepada Rayyan. Lelaki itu kini tengah membantu Rayyan bersama Haruna untuk masuk kedalam mobil. Setelahnya Alzean beralih memasukan kursi roda Rayyan ke mobilnya.

Alzean melirik Alana yang sampai saat ini masih tersenyum menatapnya. “Gak usah senyum-senyum gitu!” ketusnya.

“Kenapa?”

“Nanti ada yang suka!”

“Tapi gue sukanya sama Lo!”

Wajah Alzean menoleh sempurna saat mendengar perkataan Alana barusan. Matanya menatap lekat bola mata indah milik gadis yang kini tengah tersenyum manis dengan mata terus mengerjap menatapnya.

Rayyan berdehem pelan sambil menatap Kedua sejoli itu bergantian. “Jadi pergi atau enggak?” tanyanya.

Alzean kembali menormalkan ekspresinya. Dengan segera lelaki itu menancap gas dan melajukan mobilnya ke Restoran yang akan menjadi tempat makan malam mereka berempat.

Di mobil hanya ada keheningan. Keempat remaja itu sibuk dengan pikiran masing-masing. Apalagi Alana yang kini tampak menikmati angin malam sambil melihat pemandangan luar. Menurutnya pemandangan kota dimalam hari itu lebih dari kata menakjubkan.

Rayyan tampak menggeser posisinya hingga berdekatan dengan Haruna. Lelaki itu menutup jendela mobil hingga gadis keturunan Jepang yang menjabat sebagai kekasihnya itu sedikit terkejut.

Haruna menoleh. “Kenapa?”

Rayyan tersenyum tipis. “Dingin ... Angin malem gak cocok buat kamu.”

Haruna tersenyum lebar hingga matanya menyipit. Gadis itu lantas memeluk lengan Rayyan dan menyandarkan kepalanya dipundak kekasihnya itu.

“Bucin!” cibir Alzean yang sedari tadi menyaksikan adegan Haruna dan Rayyan dari kaca mobilnya.

Alana menoleh saat mendengar suara Alzean. “Itu urusan mereka. Lo gak berhak ikut campur,” balasnya.

“Terserah gue!”

“Gue cuma nyampein opini gue!”

“Tapi gue gak butuh pendapat Lo!”

Alana menghembuskan nafasnya kasar lalu menyumpal mulut Alzean Dengan permen lolipop yang tadi dibelinya. “Sensi banget!” ketusnya sebelum mendapat lirikan tajam dari Alzean.

Rayyan dan Haruna yang sedari tadi menyaksikan hanya terkekeh ringan. Keduanya terkadang heran dengan hubungan Alzean dan Alana. Terkadang keduanya bisa menjadi sangat manis dan dalam satu waktu pula bisa menjadi musuh yang jarang akur.

Alzean kembali menyetir sambil menikmati permen lolipop yang masih menyumpal mulutnya. Menurutnya rasa permen lolipop itu tidak seburuk apa yang ia bayangkan selama ini. Rasanya bahkan lebih enak daripada brownies buatan bunda-nya.

“Lana.” Alzean menarik permen lolipop tadi dari mulutnya lalu menoleh kearah Alana.

“Kenapa?”

“Lo gak bakal dimarahin, ‘kan?”

Alana tersenyum. “Gak, kok. Mama, papa, Alona, sama Kak Rafa hari ini nginep dirumah nenek ....”

“Terus Lo ditinggal sendirian lagi?”

“Iya. Dari kecil gue emang udah gak pernah diajak kerumah Nenek. But, gue malah seneng. Seenggaknya gue punya banyak waktu buat belajar.”

ALANA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang