“Kesakitan akan membuatmu kuat. Kegagalan akan membuatmu hebat. Dan banyaknya rintangan dalam kehidupan akan memberimu pelajaran dalam setiap langkah.”
- Alana Zealinne Artharendra
•••
Alzean duduk di balkon kamarnya sambil menikmati pemandangan di sekitaran rumah. Terlihat ramai orang yang berlalu lalang di kawasan perumahannya. Namun tidak ada satupun yang menarik minatnya. Sesuatu yang berada di otaknya kini membuat fokusnya hilang untuk apapun.
Kejadian kemarin masih terngiang-ngiang di otaknya. Dimana dirinya merenggut mahkota Alana secara paksa tanpa persetujuan wanita itu terlebih dahulu. Bukan hanya itu. Tentang jabatannya yang jatuh begitu saja juga terekam jelas dalam benaknya.
Tangan kekar itu terulur untuk mengambil segelas kopi hangat yang sudah sejak sepuluh menit lalu berada disampingnya. Menyeruput sedikit demi sedikit isinya dengan pikiran melayang jauh memikirkan tentang orang-orang terdekatnya.
Cuaca hari ini terbilang mendung dengan awan hitam yang mendominasi. Bola mata berwarna hitam kecoklatan milik Alzean melirik kedalam kamarnya. Tidak ada Alana Disana. Wanita itu berada di ruang tamu untuk mengetik beberapa tugasnya yang belum tuntas.
Bahkan hanya ingin tidur dan melepaskan semua beban pikirannya pun Alzean tak bisa. Setiap ingin menutup mata rasanya seperti ada sesuatu yang mengganjal. Itulah mengapa beberapa hari ini lelaki itu terlihat sering kelelahan akibat kekurangan tidur.
Jam sudah menunjukkan pukul lima sore. Hari ini Alzean berniat pergi kerumah sakit untuk mengunjungi Bara yang belum juga sadar. Setelah itu dirinya harus ke kantor untuk menyelesaikan beberapa tugas yang diberikan oleh Giovandra. Setiap harinya sungguh melelahkan. Apalagi dalam seharian ini Alana belum juga berbicara padanya.
Ting!
Satu notifikasi dari handphone Alzean berhasil mengalihkan atensinya. Tangannya bergerak untuk menyimpan gelas berisi kopi tadi digantikan dengan handphone yang kini berada di genggamannya. Lagi. Alzean mendapatkan pesan yang mungkin akan menguras tenaganya.
Aksa
[Hari ini ada rapat buat inti Avaluenz. Lo juga harus Dateng supaya Leo gak semena-mena ngambil keputusan.]Setelah membaca isi pesan tersebut Alzean memilih menyimpan handphonenya kedalam saku celana. Kaki panjangnya berjalan dengan sedikit terburu-buru keluar kamar. Menuruni satu persatu anak tangga yang lumayan tinggi. Hingga kakinya berhenti setelah melihat sosok Alana yang tengah mengetikan sesuatu di laptopnya.
“Den Alzean mau kemana?” tanya Bi Hani dengan nampan berisi Jus Buah kesukaan Alana di tangannya.
Alana langsung menoleh setelah mendengar pertanyaan Bi Hani yang tanpa sengaja tertangkap Indra pendengarannya. Dari wajah Alzean terlihat jelas jika lelaki itu tengah lelah. Namun entah mengapa Alzean masih nekat keluar dengan cuaca buruk seperti sekarang.
“Mau kerumah sakit,” balas Alzean.
Sebenarnya yang Alzean katakan tidak sepenuhnya salah. Namun memang tujuannya sekarang ingin ke markas. Setelah itu baru kerumah sakit menemui Bara. Tidak mungkin dirinya jujur jika ingin menemui Leo dan inti Avaluenz yang lain. Alzean tau jika Alana bisa khawatir dengan hal itu.
“Abis itu langsung pulang, ‘kan, Den? Bibi khawatir soalnya muka Den Alzean keliatan pucet. Kalau capek istirahat aja dulu. Kerumah sakitnya bisa besok.”
“Alzean gak kenapa-kenapa, Bi. Abis dari rumah sakit Alzean langsung ke Kantor. Abis itu baru pulang.”
“Daripada sakit mending dirumah aja, Den.”
“Bibi bisa percaya sama Alzean.”
“Abis dari kantor langsung pulang, ya, Den?”
“Iya ... Jagain Alana juga.”
KAMU SEDANG MEMBACA
ALANA (END)
РазноеDiabaikan Orangtua. Diabaikan sahabat kecil. Diabaikan keluarga. Diabaikan semua orang. Dijadikan pelampiasan. Disakiti secara halus. Selalu dikecewakan. Selalu merasa terpuruk. Tak pernah dihargai. Tak pernah dianggap ada. Selalu disalahk...