“Kegagalan bukan akhir dari segalanya. Tetapi saat kamu menyerah dan tidak ingin mencoba lagi maka kamu akan menyadari bahwa kamu sudah mengakhiri semuanya.”
•••
Alana terus memberontak saat Kelvan membawanya secara paksa menuju tempat yang sama sekali tidak di ketahuinya. Walaupun tidak berpengaruh apa-apa. Namun Alana tetap mengerahkan semua usahanya untuk melepaskan diri dari cengkeraman lelaki yang beberapa hari lalu nyaris membunuh Alzean.
Melihat perlawanan Alana yang tak kunjung membuahkan hasil membuat Kelvan tersenyum puas. Lelaki itu tak akan melepaskan Alana setelah bersusah payah mendapatkannya. Tidak! Kelvan tidak akan membiarkan musuhnya selamat untuk yang kesekian kalinya.
“Lepasin gue!” Alana masih berusaha melepaskan diri dari Kelvan. Namun hal itu tak mampu membuat seorang Kelvan Devellson mengasihaninya.
“Please, lepasin gue!”
Kelvan menghembuskan nafasnya lelah. Lelaki itu sungguh tidak menyukai seseorang yang banyak bicara. Apalagi jika hal itu menyangkut seorang Wanita. Kelvan membenci wanita semenjak mengetahui ibunya berselingkuh dengan lelaki lain hingga membuat ayahnya depresi.
“Lepasin Gu---”
“Diem!” Kelvan menatap Alana nyalang hingga membuat gadis di belakangnya itu terdiam. “Lo pilih gue sakitin Lo atau gue bunuh Alzean?”
Tanpa sadar air mata yang sedari tadi tertahan di pelupuk mata mengalir begitu saja setelah mendengar perkataan Kelvan barusan. Alana tak ingin Alzean sampai terluka. Namun dirinya sendiri juga belum siap tiada. Gadis malang ini masih ingin menghabiskan waktu lebih lama bersama Alzean-nya. Hanya itu.
“Lepasin gue ...,” lirih Alana. Namun Kelvan tetap tidak merespon. Lelaki itu seolah penulikan pendengarannya.
Alana memejamkan matanya. Berharap ada seseorang yang bisa menolongnya. Alana tidak ingin mati di tangan Kelvan. Alana masih ingin hidup. Setidaknya untuk Alzean. Alana ingin hidup demi Alzean.
“Argh!”
Alana langsung membuka matanya saat mendengar ringisan yang keluar dari bibir tipis Kelvan. Bersamaan dengan itu pula ada sosok lelaki bertubuh tinggi berdiri membelakanginya. Bahkan hanya dengan melihat postur tubuhnya saja Alana bisa memastikan siapa lelaki yang menjadi penyelamatnya kini.
“Devano?”
Devano menoleh saat merasa namanya disebut. Lelaki itu mengangguk seolah memberi tahu Alana bahwa mereka akan baik-baik saja.
“Kurang ajar Lo, Devano!” Kelvan berdiri hendak melayangkan tinjuannya pada Devano. Namun kalah cepat karena lelaki bertubuh tegap itu lebih dahulu menendangnya hingga tersungkur.
Devano menarik tangan Alana dan segera membawanya pergi dari jalanan yang terlihat menyeramkan itu. Dan bodohnya sekarang Devano tidak membawa kendaraan apapun untuk mempercepat perjalanannya pulang.
Tadinya Devano hendak kerumah Leo untuk makan malam bersama sekaligus mengucapkan selamat tinggal untuk lelaki itu. Namun ternyata motornya sedang di Sita oleh sang ayah karena ketahuan balapan. Alhasil dirinya terpaksa harus menaiki taxi online agar bisa datang kerumah wakil ketua Avaluenz itu.
Di perjalanan menuju rumah Leo, tanpa sengaja Devano melihat seseorang berpakaian serba hitam sedang berjalan tergesa-gesa kerumah Alzean. Arah tujuannya menunjukkan bahwa lelaki itu tengah berjalan menuju rumah sahabatnya. Tentu hal ini semakin menambah Kecurigaannya. Selama ini Alzean tidak mempunyai musuh besar. Selain Kelvan. Lelaki yang selalu terobsesi ingin mengalahkannya.
Tak mau semakin dibuat penasaran. Devano memilih mengikuti orang tersebut hingga kerumah Alzean. Benar-benar tepat sasaran! Setelah mendapatkan Alana. Lelaki itu langsung membuka penutup wajahnya dan membawa Alana pergi entah kemana.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALANA (END)
RandomDiabaikan Orangtua. Diabaikan sahabat kecil. Diabaikan keluarga. Diabaikan semua orang. Dijadikan pelampiasan. Disakiti secara halus. Selalu dikecewakan. Selalu merasa terpuruk. Tak pernah dihargai. Tak pernah dianggap ada. Selalu disalahk...