“Tidak masalah gagal dalam banyak hal. Namun setidaknya kamu bisa berhasil dalam satu hal.”
- Alana Zealinne Artharendra
•••
Alana membuka matanya saat merasakan pergerakan lembut dari jemari Alzean. Bersamaan dengan itu, layar monitor kembali menunjukkan garis zig-zag. Apakah kali ini Tuhan kasihan pada Alana dan mengabulkan permintaan kecilnya? Atau Tuhan sudah bosan memberinya kesedihan?
Dokter Asgar tampak terkejut. Lelaki itu belum pernah menyaksikan keajaiban besar seperti sekarang. Ini pertama kalinya dirinya melihat orang meninggal bisa hidup kembali. Entah ini memang keajaiban atau takdir tuhan yang sengaja tak ingin memisahkan Alzean dengan kekasihnya?
Tak mau semakin dibuat bingung. Dokter Asgar memilih memeriksa detak jantung Alzean menggunakan stetoskop. Lagi-lagi dirinya dibuat kagum dengan kekuasaan Tuhan yang satu ini. Detak jantung Alzean kembali. Nafasnya kembali berhembus dengan hangat.
Dokter berperawakan tinggi itu tersenyum tipis. “Detak jantung pasien kembali berkat kekuasaan tuhan. Saya belum pernah melihat kejadian seperti ini,” tuturnya.
Aqila menutup mulutnya tak percaya. Wanita itu tak bisa menyembunyikan senyumnya setelah mendengar penuturan Dokter Asgar barusan. Walaupun sulit di terima oleh akal. Namun hal ini mampu membuat Aqila hidup kembali. Bebannya terasa hilang begitu saja. Hatinya lega bersamaan dengan nafas Alzean yang berhembus pelan.
Aqila meremat tangan Giovandra lembut. “Alzean ....”
“Iya, sayang.” Giovandra membawa Aqila kedalam pelukannya. Membiarkan wanita yang telah melahirkan putranya itu menangis sepuasnya di dada bidangnya.
Air mata yang tadinya mengalir di pipi segera Giovandra tepis saat mendengar putranya kembali. Anaknya telah kembali kedalam hidupnya. Entah apa lagi yang lebih berharga dari hal ini? Kebahagiaan ini sama persis seperti dulu dirinya menyambut Alzean yang baru saja lahir ke Dunia.
Tangisan Alana semakin menjadi saat mendengar Alzean hidup kembali. Jiwanya yang tadi pergi kini kembali. Gadis itu tak bisa mengungkapkan kebahagiaannya dengan kata-kata. Semuanya terjadi begitu saja menjadi pengalaman nyata.
“Al ....” Jari Alzean kembali bergerak saat merasakan sentuhan lembut dari kekasihnya.
Alana tersenyum miris. Mengapa baru sekarang dirinya menyadari cinta Alzean? Lelaki itu bisa merasakan sentuhannya walau tengah kritis sekalipun. Apakah selama ini dirinya begitu menyia-nyiakan perjuangan Alzean?
Dokter Asgar menatap semua orang bergantian. “Bisa kalian keluar sebentar? Saya ingin memeriksa keadaan pasien,” jelasnya yang hanya dibalas anggukan oleh Aqila dan Giovandra.
Revan menyentuh pundak Alana saat melihat gadis itu tak bergeming dari posisinya. Alana terlihat tak ingin melepaskan genggamannya. Alana masih ingin bersama Alzean untuk waktu yang lama. Mungkin gadis itu trauma hingga membuatnya tak ingin melepaskan Alzean walau hanya sebentar.
“Dokter mau periksa keadaan Alzean. Kita keluar dulu, ya?” ajaknya lembut.
Alana melirik Revan sekilas lalu mengangguk. Sejenak Alana terdiam saat merasakan angin menerpa wajahnya. Memberinya sedikit kenyamanan untuk menghilangkan dukanya.
Alana berlutut di hadapan Aqila untuk meminta maaf padanya. Karenanya wanita itu hampir kehilangan Alzean untuk selamanya. Pasti rasanya akan sangat sulit untuk memaafkan. Namun Alana akan tetap berusaha untuk mempertanggung jawabkan semua kesalahannya. Alana juga sudah siap untuk menerima kebencian Aqila. Ini semua salahnya dan akan selalu menjadi salahnya.
“Maafin Alana, Bun,” pintanya dengan suara bergetar. Jujur saja. Alana takut Aqila juga akan membencinya seperti yang lain. Alana takut satu-satunya orang yang sudah ia anggap seperti ibunya sendiri akan memusuhinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALANA (END)
RandomDiabaikan Orangtua. Diabaikan sahabat kecil. Diabaikan keluarga. Diabaikan semua orang. Dijadikan pelampiasan. Disakiti secara halus. Selalu dikecewakan. Selalu merasa terpuruk. Tak pernah dihargai. Tak pernah dianggap ada. Selalu disalahk...