“Bangkitlah. Jangan hidup dalam keterpurukan. Kamu juga berhak memperjuangkan hal baru dalam hidupmu. Jangan berhenti dan terus berjuang!”
- Alana Zealinne Artharendra
•••
“Pak ... Please bukain pintu pagarnya. Alana janji deh gak bakalan telat lagi.” Alana menyatukan kedua tangannya di depan dada memohon agar pria di depannya ini membukakannya pintu pagar.
Pria yang menjabat sebagai satpam di SMA Bakti Jaya itu melipat kedua tangannya di depan dada. Menampilkan wajah garang yang berhasil membuat Alana pucat seketika. Pak Danang jika sedang marah memang menyeramkan. Apalagi bibirnya yang hitam karena terlalu sering menghisap rokok membuatnya semakin terlihat garang.
“Gak bisa, Non. Mending kalo Non Lana telatnya semenit dua menit. Lah ini hampir satu Jam,” jelas Pak Danang. Wajahnya yang sangar kini mulai terlihat pasrah. Bukan sekali dua kali Pak Danang menghadapi murid sejenis Alana. Namun sering!
“Tapi saya punya Alesan sendiri gak Dateng tepat waktu, Pak. Tolong pengertiannya. Saya bukan Murid-murid lain yang telat gara-gara males sekolah, kok. Malah saya selalu excited buat sekolah.”
“Tugas tetep tugas, Non. Walaupun pengen tapi saya tetep gak bisa.”
“Sekali ini aja, Pak. Janji ini terakhir kalinya Alana telat.”
Pak Danang menghela nafasnya lelah. “Tetep gak bisa, Non.”
Wajah Alana tertekuk lesu. Gadis itu merutuki dirinya sendiri karena kemarin malam tidak sempat mengerjakan pekerjaan rumahnya. Alhasil pagi tadi dirinya harus mengerjakan semuanya dan berakhir terlambat datang ke sekolah. Bodoh memang. Hanya karena memikirkan Alzean, Alana sampai lupa segalanya.
“Alana janji loh gak bakal Dateng kesiangan lagi. Ini bukan janji palsu, suer!” Alana menunjukkan dua jarinya menandakan dirinya bersungguh-sungguh atas ucapannya.
“Maaf, Non ... Saya---”
“Buka!”
Suara bariton itu berhasil membuat Pak Danang tersentak. Wajahnya lantas menegang saat melihat sosok lelaki jangkung dengan tubuh atletis berjalan kearahnya. Langkahnya yang tegas, juga tubuhnya yang gagah itu Pak Danang yakini mampu menarik perhatian semua wanita.
Melihat raut wajah Pak Danang yang berubah membuat Alana langsung menolehkan kepalanya kearah sumber suara. Gadis itu hampir terkejut saat melihat Alzean berjalan santai kearahnya. Seakan tak memiliki beban apapun. Jika orang lain akan ketar ketir saat terlambat. Maka berbeda dengan Alzean yang terlihat santai dengan tas tersampir rapi di pundak kanannya.
Alzean menoleh pada Alana sejenak sebelum kakinya menendang kasar pagar sekolah hingga menimbulkan suara yang lumayan keras. “Buka atau gue rusakin?!” ancamnya. Berhasil membuat mata Pak Danang membulat sempurna.
Melihat wajah Alzean yang mulai berubah sangar membuat Pak Danang cepat-cepat membuka pintu pagar. Setelahnya lelaki berumur sekitar empat puluh tahun itu mempersilahkan kedua remaja didepannya untuk masuk.
Alana tersenyum. “Makasih, Pak!” ucapnya sebelum melangkah masuk menuju area sekolah.
Alzean melemparkan beberapa lembar uang merah ke wajah Pak Danang. Melihat uang sebanyak itu memang membuat semua orang tergiur. Termasuk Pak Danang yang langsung memunguti lembaran demi lembaran uang berharga itu.
“Lain kali kalau Alana terlambat bukain pintunya! Kalau sampe gue denger sekali lagi Lo nolak permintaan dia. Jangan harap Lo bisa kerja disini lagi!” ancam Alzean. Setelahnya lelaki itu memilih untuk masuk mengikuti Alana.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALANA (END)
РазноеDiabaikan Orangtua. Diabaikan sahabat kecil. Diabaikan keluarga. Diabaikan semua orang. Dijadikan pelampiasan. Disakiti secara halus. Selalu dikecewakan. Selalu merasa terpuruk. Tak pernah dihargai. Tak pernah dianggap ada. Selalu disalahk...