— 𝑨 𝒑𝒓𝒊𝒏𝒄𝒆𝒔𝒔 𝒘𝒊𝒕𝒉 𝒂 𝒃𝒓𝒐𝒌𝒆𝒏 𝒄𝒓𝒐𝒘𝒏
“Duka tak selamanya ada dan kebahagiaan tak selamanya bertahan. Semua seimbang. Tetapi, kebanyakan orang egois dan hanya menginginkan kebahagiaan dalam hidup mereka tanpa tahu bahwa duka juga menunggu waktu yang tepat untuk datang.”
- Alana Zealinne Artharendra
•••
“Bu!” Haruna mengangkat tangannya. “Yang sebenernya nyontek bukan Alana, tapi ... Alona!” tuturnya.
Bu Dewi mengerutkan keningnya bingung. “Maksud kamu? Jelas-jelas disini kertas Alona yang ada dibawah! Sudah tentu Alana yang menyontek, bukan Alona!”
Alona kembali tersenyum licik saat mendengar pembelaan Bu Dewi. Gadis itu memang sengaja mengumpul jawaban ulangannya terlebih dahulu agar dirinya tak dituduh menyontek.
Gadis keturunan Jepang itu memutar kedua bola matanya malas. “Ibu gak boleh pilih kasih! Saya liat sendiri Alona langsung ngambil kertas ulangan Alana dan salin semua jawabannya!” Haru masih kekeh pada pengakuannya.
“Saya gak bisa percaya sebelum ada bukti! Saya menginginkan Bukti agar semuanya bisa lebih jelas!”
“Pasti gak ada buktinya lah, Bu! Orang Haruna cuma ngarang! Udah pasti Alana yang nyontek sama saya! Gak mungkin juga saya nyontek sama orang bodoh kek dia!” Alona memberi pembelaan terhadap dirinya sendiri.
Haruna menatap Alona tajam. “Saya udah rekam semuanya! Dan bukan cuma Alona. Banyak lagi siswa yang melakukan kecurangan dengan cara menyontek!” paparnya.
Alona membulatkan matanya sempurna. Bodoh sekali dirinya tak menyadari bahwa Haruna sudah merekamnya. Padahal Haruna tepat berada di belakangnya. Tak hanya Alona, bahkan hampir seluruh siswa terkejut mendengar penuturan gadis putih itu. Apalagi yang merasa telah melakukan kecurangan.
Haruna segera berdiri dari bangkunya dan memperlihatkan Video itu pada Bu Dewi.
Terlihat kemarahan dari wajah Guru Killer itu setelah melihat Video rekaman Haruna. Wanita itu langsung menggebrak meja kuat dan menatap satu persatu siswanya.
“Berani sekali kalian menyontek di belakang saya! Disini, hanya Alana, Haruna, Regal, Keral, dan Lenara yang berlaku jujur. Dan yang lainnya ....” Bu Dewi langsung melempar kertas milik seluruh siswa. kecuali kertas milik kelima siswa tadi.
“Nilai Biologi kalian semua Nol! Saya gak suka sifat seperti ini! Kalian pikir kalian udah hebat sampe mau berlaku curang?! Mulai sekarang, saya akan lebih ketat dalam menjaga kalian! Apa yang bisa di harapkan dari murid-murid seperti kalian ini?!”
“Dan kalian semua akan saya hukum hormat di tiang bendera sampai jam pulang! Kecuali lima siswa tadi. Ulangan mereka akan tetap saya terima dan mereka tidak akan mendapatkan hukuman dari saya! Selebihnya, jangan harap saya kasih kebebasan!”
Bu Dewi melirik Alona tajam. “Dan kamu ... Hukuman kamu akan lebih berat karena berani menyontek dan menutupi kesalahan kamu. Sama saja kamu seperti memfitnah Alana yang jelas-jelas adalah korban dari kecurangan kamu! Dan sebagai hukumannya, kamu harus mencuci toilet sekolah selama seminggu penuh!”
“Tapi—”
“Mau saya kasih hukuman yang lebih berat?!” tanya Bu Dewi yang langsung dibalas gelengan oleh Alona.
“Baiklah, pelajaran hari ini selesai! Jangan lupa laksanakan hukuman kalian! Setelah selesai menjalankan hukuman baru kalian boleh pulang ke rumah masing-masing! Paham?!”
“Paham, Bu.” Seluruh siswa berucap kompak.
“Bagus!” Guru killer itu segera mengambil tasnya dan berjalan keluar kelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALANA (END)
RandomDiabaikan Orangtua. Diabaikan sahabat kecil. Diabaikan keluarga. Diabaikan semua orang. Dijadikan pelampiasan. Disakiti secara halus. Selalu dikecewakan. Selalu merasa terpuruk. Tak pernah dihargai. Tak pernah dianggap ada. Selalu disalahk...