18 : Harsa Sakit

4.3K 291 1
                                    

Happy Reading!

••••

19 : 21 WIB

Jauzan memasuki kamar Harsa, dirinya berniat membangunkan sang kembaran yang saat ini terlihat sedang terlelap. Keningnya mengernyit saat melihat tidur Harsa yang terlihat tak nyaman.

Jauzan mendekati kasur Harsa, tangannya terulur mengecek kondisi Harsa. Dan panas, panas sekali. Pantas saja Harsa terlihat tak nyaman dalam tidurnya, ternyata kembarannya itu demam.

"Panas banget," gumam Jauzan.

Dirinya bergegas mengambil termometer di laci meja belajar Harsa.

Bahu Harsa di guncang pelan. "Sa, bangun dulu!"

Tak lama Harsa terbangun, dapat Jauzan lihat tatapan sayu khas orang sakit terpampang di wajah kembarannya.

"Kenapa?" tanya Harsa dengan suara pelan, sesekali dirinya meringis saat merasakan pusing yang mendera kepalanya.

Jauzan tak mengindahkan pertanyaan Harsa, dirinya meletakkan termometer yang tadi di antara ketiak Harsa. Tak berselang lama dirinya mengambil termometer tersebut.

39 derajat celsius. Jauzan menghela napas, panasnya tinggi sekali. Dirinya menyelimuti tubuh kembarannya saat Harsa sudah kembali memejamkan mata entah tertidur atau tidak.

Setelah mengecek keadaan Harsa, Jauzan berjalan kembali keluar kamar setelah sebelumnya menurunkan suhu AC yang terasa sangat dingin menerpa kulitnya.

Saat ini tujuan Jauzan adalah dapur, dia akan membuatkan bubur untuk Harsa. Sebab jika sedang sakit, Harsa tidak akan mau memakan apapun kecuali bubur. Dulu saat sakit Harsa sempat memberitahu dirinya juga saudaranya yang lain, katanya sih malas ngunyah dan makan yang lain pun gak bakal kerasa enaknya, karena cuma pahit yang dirasa.

Bertepatan dengan Jauzan yang keluar kamar, dirinya berpapasan dengan Juan.

"Habis ngapain lo dari kamar si Harsa?" tanya Juan menghentikan langkahnya.

"Ngecek keadaan dia," jawab Jauzan.

Dahi Juan mengerut. "Dia kenapa?"

"Tadi di kampus, heat stroke-nya sempet kambuh. Sekarang dia demam tinggi."

"Sekarang lo mau kemana?"

"Gue mau buat bubur, sama sekalian ngambil obat penurun panas."

Juan mengangguk, dirinya memasuki kamar adiknya, sedangkan Jauzan kembali melanjutkan perjalanan menuju dapur.

Jauzan berjalan kesisi sebelah kanan dapur, membuka salah satu lemari yang isinya merupakan obat-obatan dan kotak P3K. Matanya menelusuri obat penurun panas yang dicarinya.

"Kok gak ada ya?" gumamnya sembari mencoba mencari-cari. Dirasa tak ada disana, Jauzan menutup kembali lemari tersebut.

Karena obat yang dicarinya tak ada, Jauzan memutuskan untuk membuat bubur saja terlebih dahulu. Dirinya mengambil satu gelas beras untuk dicuci, memasukkannya ke sebuah panci berukuran sedang, lalu mencucinya, setelah dirasa bersih, ia menambahkan air ke beras tersebut.

Tangannya kanannya dengan cekatan menyalakan kompor, sedangkan tangan yang satunya terulur pada rak khusus bumbu, mengambil wadah garam disana, dan menuangkan garam secukupnya kedalam bubur.

Sembari menunggu buburnya matang, dirinya melimpir sebentar ke ruang keluarga, disana ada Cakra dan Juju yang terlihat baru saja selesai mengerjakan tugas sekolah.

"Udah selesai belum?" tanya Jauzan pada keduanya.

"Udah Bang, kenapa?"

"Gue mau minta tolong sama kalian, beliin obat penurun panas di apotek depan. Persediaan di kotak obat udah habis."

Our Home [END] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang