60 : Merasa Lega

2.3K 212 11
                                    

Happy Reading!

••••

"Bagaimana keadaan Adek saya Dok?"

Pertanyaan itu terlontar dari mulut Meldi saat pintu di hadapannya terbuka, menampilkan dokter dan suster yang sudah menangani Harsa kurang lebih selama dua jam lamanya.

Dokter tersebut tersenyum, mencoba menenangkan semua orang yang saat ini sudah mengerumuni dirinya dengan raut wajah panik, khawatir dan penasaran.

Dirinya menghela napas sebelum menjawab, "Syukurnya, kalian membawa saudara kalian ke rumah sakit dengan cepat. Karena, jika terlambat sedikit saja, maka nyawanya tidak akan tertolong."

"Berbicara mengenai keadaan pasien sekarang, pasien sempat kritis saat dilakukan penanganan karena banyaknya darah yang keluar dari tubuh sang pasien, beruntungnya di rumah sakit ini, kami mempunyai stok darah yang golongannya sama dengan pasien, sehingga pasien dapat melewati masa kritisnya."

"Di beberapa bagian tubuhnya terdapat beberapa luka yang cukup besar, dari luka itulah darah pasien dengan cepat merembes keluar. Dan kami sudah menutup luka tersebut dengan menjahitnya."

"Sepertinya terjadi benturan yang cukup keras pada kepala pasien, karena saat kami mengecek, terjadi penggumpalan darah di kepala pasien. Namun, kalian tenang saja, setelah dilakukan beberapa penanganan medis, semuanya sudah kembali normal, hanya saja, jika nanti pasien sudah sadar, dia akan sering merasakan pusing yang mendera di kepalanya, efek dari benturan keras tersebut."

Mereka semua yang disana menghela napas lega seraya mengucap syukur pada Sang Kuasa, ketika mendengar penjelasan sang dokter. Setidaknya tidak ada luka serius ditubuh Harsa.

"Kalau boleh tahu, kapan kira-kira Abang saya bisa sadar Dok?" tanya Cakra dengan suaranya yang terdengar serak, karena kelamaan menangis.

"Kalian tenang saja, setelah biusnya habis. Pasien akan langsung tersadar, tunggu sekitar lima sampai enam jam. Untuk sekarang, kami akan memindahkan pasien ke ruang rawat. Dan kalian bisa langsung menjenguk pasien."

Mereka mengangguk.

"Terima kasih Dokter, juga para suster, terima kasih sudah menangani Adik saya dengan baik," ucap Doni dengan senyuman sopan, yang tentu saja dibalas dengan sopan juga oleh dokter dan kedua suster tersebut.

"Sudah tugas kami untuk menangani pasien dengan baik, dan lagi tugas kami hanya menangani semaksimal mungkin, sisanya dilakukan oleh yang diatas. Berterima kasihlah pada sang Kuasa, karena tanpanya, kami juga tidak bisa apa," balas dokter tersebut merendah, namun memang begitu kenyataannya kan?

"Kalau begitu kami pamit." Dokter tersebut tersenyum, setelah sedikit membungkukkan badannya, dirinya langsung berjalan meninggalkan ruangan, diikuti kedua suster yang membantunya di dalam.

•••

"Ini Bang Harsa kapan sadarnya sih?" tanya Juju pada semua saudaranya yang sedang duduk di sofa yang tersedia di ruang rawat inap yang di tempati Harsa, kecuali Cakra.

Saat ini Juju sedang duduk di kursi kosong tepat disebelah Harsa yang sedang terbaring di bangsal rumah sakit.

Satu jam yang lalu, karena malam sudah semakin larut, Lino beserta Leo yang masih tertidur dalam gendongannya berpamitan untuk pulang pada semuanya. Yang tentu saja dipersilahkan dengan sopan oleh mereka, tak lupa mereka juga mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya pada Lino, yang sudah membantu mereka.

Begitupula dengan Doni, Jamal dan Winata yang ikut pulang setelah melihat kondisi Harsa sebentar. Tadinya mereka akan ikut menginap di rumah sakit, namun saat teringat jika rumah belum di kunci, mereka mengurungkan niatnya.

"Lo gak denger kata Dokter tadi? Si Harsa bakalan sadar lima sampai enam jam kemudian, sedangkan kita di ruangan ini baru satu jam loh Dek," sahut Rendi menyandarkan kepalanya pada sandaran sofa.

Berbicara mengenai Juju, dirinya sudah kembali seperti Juju yang semula. Setelah mencoba menghilangkan pikiran-pikiran buruk di kepalanya, juga kecelakaan yang menimpa Harsa, dirinya sudah mulai kembali seperti biasa.

"Tapi, gue kan pengen denger suara Bang Harsa sekarang," ucap Juju sembari menatap wajah penuh luka milik Harsa dengan sendu. Apalagi saat melihat perban yang melilit kepala Harsa. "Gue kan kangen," lanjutnya pelan.

"Kalau Harsa lagi sehat aja, kerjaan kalian berdua ribut terus, eh pada salah satunya sakit, kalian malah kangen."

"Daripada nungguin Harsa siuman, mendingan sekarang lo tidur, tuh kayak kembaran lo." Mendengar ucapan Jauzan membuat Juju melirik pada Cakra yang sudah tertidur di lantai ruang rawat Harsa yang terlapisi karpet bulu. Efek kelelahan karena terlalu lama menangis, membuat Cakra tertidur dengan mudah. "Inget ya Dek, besok lo harus ke kampus."

"Lho, besokkan hari Sabtu Bang?" tanya Juju heran.

"Iya, gue juga tahu. Lo kesana buat tanda tangan beberapa berkas khusus mahasiswa doang kok, terus langsung pulang lagi."

Karena merasa lelah juga mengantuk, pada akhirnya Juju menuruti perintah Jauzan. Secara perlahan dirinya berjalan, dan mulai merebahkan tubuhnya di sebelah Cakra, lalu memejamkan mata mencoba untuk tertidur setelah sebelumnya berdoa.

"Pengendara mobil yang nabrak Harsa gimana sekarang?" tanya Meldi setelah memastikan Juju tertidur.

"Dia sekarang lagi di kantor polisi. Tadi, pas di lokasi dia sempet berniat kabur karena takut, untungnya disana ada saksi yang melihat gerak-geriknya yang mencurigakan, terus pas mau kabur, tangannya keburu di cekal sama saksi itu, dan saat itu gue, Cakra dan dua saksi langsung menyerahkan dia ke polisi," jawab Rendi menjelaskan tentang kejadian di lokasi kecelakaan.

"Ini murni kecelakaan kan?" tanya Juan. "Maksud gue bukan sengaja nabrakin mobilnya ke Harsa yang lagi nyebrang atau ada orang lain yang nyuruh itu orang buat celakain Harsa?" lanjutnya saat melihat raut bingung yang ditampilkan sang kakak.

Rendi mengangguk. "Ini murni kecelakaan, yang gue tahu si pelaku ternyata dalam keadaan setengah mabuk pas nyetir, makanya mobilnya kelihatan hilang kendali, bahkan menurut beberapa saksi, sebelum nabrak Harsa, itu mobil sempet oleng kanan-kiri, bahkan sempet hampir nabrak orang selain Harsa."

"Terus nasib itu si pengendara gimana?"

"Karena kesalahannya yang mabuk saat sedang berkendara, ditambah udah ngerusak beberapa fasilitas jalan, juga hampir buat nyawa orang melayang, dia harus nerima hukuman penjara selama tiga tahun dan harus membayar uang denda sekitar tiga ratus juta."

Meldi, Juan dan Jauzan mengangguk, dan bahkan menghela napas, merasa lega dan sedikit tenang. Setidaknya si pengendara ugal-ugalan tersebut mendapatkan hukuman yang cukup setimpal.

••••

TBC

Seneng kan? Harsa gak meninggal kok guys, jadi kalian bisa tenang sekarang!

[31/07/2023]

Our Home [END] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang