07 : Mengunjungi Makam Ayah & Bunda

3.2K 305 5
                                    

Happy Reading!

••••

Terhitung sudah 5 hari sejak mereka menonton pertandingan malam itu, saat ini sudah hari Minggu. Di pagi hari, Meldi, Rendi, Jauzan dan Juju terlihat sibuk membersihkan rumah, sedangkan Harsa, Cakra dan Juan hanya memperhatikan tanpa berniat membantu. Masih ingat kan? Pertandingan kala itu dimenangkan oleh tim pilihan mereka bertiga.

"Yang bersih ya pembokat ganteng," ledek Harsa pada kembarannya yang sedang mengepel lantai. Di sisi lain ada Juju yang sedang mengelap kaca jendela.

Jauzan yang mendengar itu mendelik. "Awas lo bangsat, gue bales lo nanti," balasnya kesal disertai umpatan.

"Wes, santai atuh kasep," ucap Harsa dengan tawa ngakaknya diiringi dengan tawa dari Juan dan Cakra.

*Santai atuh kasep : dong ganteng

"Semangat Juju lucu!" ucap Juan sedikit keras pada adiknya yang dibalas cebikan oleh Juju.

"Gue ganteng ya Bang, bukan lucu," balas Juju kesal.

"Lo jangan gangguin gitu dong Dek, mending bantuin kita. Biar kerjaannya cepet selesai," ucap Meldi yang melewati mereka.

"Gak bisa Kak, peraturan tetap peraturan," balas Harsa yang setelahnya berlari menaiki tangga.

"Pagi-pagi bikin kesel aja itu orang," gumam Rendi yang sejak tadi berada disana, mencoba menahan diri agar tidak berteriak di pagi hari.

"Yang sabar Kak, hirup mah perih," sahut Cakra sok dramatis yang mendengar gumaman Rendi.

*Hirup mah perih : hidup itu sakit.

"Halah, lo juga sama aja. Bukannya bantuin malah asik ngemandorin," ucap Juju yang masih asik mengelap jendela, badannya sudah penuh oleh keringat.

"Udah!" ucap Meldi menengahi. "Lo berdua kalau gak mau bantuin mendingan sana ke lantai atas yang udah bersih. Lantai satu masih belum semua!" lanjutnya memberi perintah yang langsung dilaksanakan oleh Juan dan Cakra yang langsung bergegas menuju ke lantai atas.

Saat Cakra dan Juan berada tepat di sebelah kamar Harsa yang kebetulan pintu kamarnya terbuka, mereka lantas memasuki kamar bernuansa abu-abu itu.

Tidak ada yang wah di kamar Harsa. Hanya sebuah kasur berukuran besar, meja belajar lengkap dengan satu set penuh peralatan elektronik, rak buku, lemari pakaian, sebuah cermin full body yang terletak di ujung kanan ruangan, disebelahnya ada satu buah gitar akustik berwarna biru, sedangkan di ujung lainnya terdapat sebuah pintu kamar mandi berwarna senada dengan tembok kamar.

"Bang Harsa kemana?" tanya Cakra saat tak melihat adanya sang pemilik kamar.

Juan yang sedang mengecek buku di rak hanya mengedikkan bahu. Tangannya sibuk memilih dari sekian banyaknya buku disana, ia memilih yang sekiranya sebuah buku yang cocok untuk dibaca.

Tak lama, terdengar suara gemercik air dari arah kamar mandi, mungkin itu Harsa yang sedang membersihkan tubuhnya.

"Apa semua anak Sastra Indonesia kamarnya dipenuhi sama buku kayak gini?" tanya Juan yang entah pada siapa.

"Mana gue tahu Bang, gue masih SMA," sahut Cakra dari belakang.

"Gue gak nanya ke lo ya Dek," ucap Juan sewot.

"Terus ke siapa? Setan penunggu kamar Bang Harsa?" tanya Cakra ngawur yang dibalas dengan sebuah tepukan keras dari arah belakangnya.

"Suka ngawur lo kalau ngomong," jawab Harsa yang baru keluar dari kamar mandi kamarnya. Di kepalanya terdapat sebuah handuk kecil untuk mengeringkan rambut hitamnya yang basah.

Our Home [END] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang