68 : Lagi-lagi Kesedihan

2.5K 211 13
                                    

Happy Reading!

••••

"ANGKAT TANGAN! TEMPAT INI SUDAH KAMI KEPUNG!"

Saat mendengar perintah tersebut, bukannya langsung melaksanakan. Budiman malah dengan cepat berjalan kearah Juju yang terlihat lemas karena banyaknya darah yang merembes keluar dari perut bagian kirinya yang ditembak oleh Budiman.

Sebenarnya, tadi target Budiman itu Leo. Namun, Juju yang melihat gerak-gerik Budiman, langsung menggeser tubuh kecil Leo juga mendorong Lino hingga membuat keduanya terjatuh, lalu menggantinya dengan tubuhnya sendiri, sehingga Juju lah yang tertembak.

"Kalau kalian berani nembak saya, maka saya gak akan segan-segan untuk menusuk leher bocah sialan ini," ancam Budiman sembari mengunci pergerakan tubuh Juju yang terlihat semakin lemas. Dirinya juga mengacungkan sebuah pisau lipat tepat di depan leher Juju.

"Sekarang, turunkan pistol kalian. CEPAT! Kalau tidak dia jadi korban!"

Mendengar ancaman tersebut, empat polisi yang ada disana langsung menurunkan pistolnya, sembari menyusun rencana yang sudah mereka rencanakan sebelumnya dengan Meldi dan saudara-saudaranya.

"Anjing, awas aja kalau lo berani nusuk Adek gue!" pekik Juan yang ikut bergabung di dalam ruangan tersebut.

Meldi dan Juju memang ikut memasuki ruangan kumuh tersebut, sedangkan sisanya menunggu di luar sembari mengamankan anak buah Budiman yang sudah tumbang akibat melawan aparat kepolisian.

"Jangan gegabah Dek, kalau lo gegabah, nyawa Juju jadi taruhannya," ucap Meldi sepelan mungkin, dirinya mencoba bersikap natural, padahal dalam hati, dirinya sudah merasa ingin meledakkan emosinya yang sudah di ubun-ubun.

"Tapi Kak, itu Juju udah lemes banget! Dia kehilangan banyak darah Kak, kita gak bisa diem aja gini." Saat melihat pemandangan didepannya, dimana Juju yang terlihat pasrah saat lehernya di cengkeram dengan erat oleh satu tangan Budiman. Tanpa sadar, Juan meneteskan air mata dari kedua matanya secara perlahan.

"Iya, gue tahu. Tapi, sabar sebentar ya. Coba deh lo perhatiin mata dia!" ucap Meldi. "Dia bukan Juju," lanjutnya pelan.

Juan langsung melakukan apa yang diucapkan Meldi, dirinya sempat tertegun saat tak sengaja bertatapan dengan Juju yang terlihat lemas itu.

"Jadi, dia pasti kuat buat hadapin ini," tambah Meldi yang pada akhirnya diangguki oleh Juan.

Di pojok ruangan, Lino terlihat sedang menenangkan Leo yang terisak hebat saat melihat kondisi Juju. Dihadapan mereka ada satu polisi yang sedang melindungi keduanya dari Budiman yang terlihat masih mencengkeram leher Juju.

"Leo tenang ya, Kak Juju pasti baik-baik aja. Percaya sama Papa."

"Tapi Pa, darahnya banyak banget," balas Leo saat melihat tempat dimana Juju terduduk sudah dipenuhi oleh darah yang menggenang.

Lino langsung membawa tubuh kecil Leo kedalam dekapan hangatnya. Matanya beralih menatap Budiman dengan pandangan yang sulit diartikan.

"Leo tunggu disini sebentar ya, biar Papa bantu Kak Juju." Leo mengangguk saat sang papa menyandarkan tubuhnya ke tembok.

Lino berdiri, bersebelahan dengan polisi yang melindungi dirinya dan sang putra. "Yang lo mau itu membunuh gue kan? Itu kan tujuan lo? Kenapa malah libatkan orang lain yang bahkan gak tahu apa-apa?" tanyanya pada Budiman.

Budiman langsung beralih menatap Lino, yang merupakan sahabatnya. Ah, ralat mantan sahabatnya dulu semasa SMA. "Diem sialan! Gara-gara lo gak jadi mati, gue sering ngerasain takut."

"Gue bakalan siap kalau lo mau bunuh gue sekarang, dengan syarat lo lepasin Juju!"

Budiman terlihat terdiam, sebelum tiba-tiba berucap, "Lo kira gue bakalan semudah itu ngelepasin dia? Enggak sialan, karena gue tahu itu cuma akal-akalan lo doang kan?"

Lino berjalan secara perlahan mendekati Budiman dan Juju, membuat Leo yang melihat tanpa sadar langsung mengencangkan tangisnya, sembari berucap dengan lirih, melarang sang papa untuk mendekati Budiman.

"Gue gak bohong, sekarang gue udah di hadapan lo. Jadi, kalau lo mau bunuh gue, silahkan."

Budiman terdiam, dan ditengah keterdiaman Budiman, dua orang polisi yang baru saja masuk melalu kaca jendela dibelakang Budiman langsung menyergap Budiman yang langsung membuatnya berontak.

"Sialan! Lepasin saya! Lepasin!" Budiman menatap Lino penuh emosi. "Awas lo Lino sialan, lo pasti bakalan mati. Walaupun gak sama gue, tapi sama keluarga lo sendiri."

Kira-kira itulah ucapan terakhir Budiman, sebelum tubuhnya yang masih memberontak dibawa keluar oleh petugas kepolisian.

Setelah kepergian Budiman, dengan cepat Leo, Meldi dan Juan langsung mendekati Juju yang sudah terlihat memejamkan mata dengan Lino yang terlihat mencoba menghentikan pendarahan dibagian perut Juju yang tertembak.

"Dek, bangun Dek!" Juan memeluk tubuh penuh darah Juju dengan erat, matanya terpejam sembari menahan isakannya yang semakin kencang namun terdengar lirih.

"JUJU!" pekik Doni, Jamal dan Jauzan yang baru saja memasuki ruangan kumuh tersebut bersama dengan dua petugas medis yang membawa tandu.

•••

Sedangkan disisi lain, Winata yang baru saja mendapatkan telepon dari Jamal perihal apa yang terjadi pada Juju tanpa sengaja menjatuhkan ponselnya. Tubuhnya terlihat sedikit gemetar.

"Kenapa Bang?" tanya Cakra panik seraya mendekati Winata diikuti Rendi yang juga ikut panik.

"Bang!" Rendi menepuk lengan atas Winata mencoba menyadarkan keterdiamannya.

"Juju," lirih Winata.

"Juju," beo Cakra. "Juju kenapa Bang?" tanyanya sembari menggoyangkan tubuh Winata. Membuat Rendi langsung menghentikan aksi brutal sang adik.

"Juju ternyata di sekap sama pelaku atau dalang dibalik semua yang terjadi sama Harsa. Dan ternyata bukan hanya Juju, Leo dan Papanya juga turut di sekap. Dan tadi Jamal juga ngasih tahu gue kalau Juju dapat dua tembakan. Satu di bahu, satunya lagi di bagian perut. Sekarang mereka sedang dalam perjalanan ke rumah sakit ini."

Rendi langsung memejamkan kedua matanya. Dirinya menghela napas panjang, mencoba menenangkan dirinya sendiri yang lagi-lagi mendapatkan berita tak mengenakkan yang menyangkut adik-adiknya. Setelah Harsa, kini Juju.

"Jadi, dari tadi perasaan gue gak enak itu karena ini?" gumam Cakra yang tiba-tiba saja merasakan lemas pada tubuhnya saat mendengar kondisi kembarannya sekarang.

••••

TBC

[09/08/2023]

Our Home [END] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang