61 : Kekhawatiran

2.7K 226 36
                                    

Happy Reading!

••••

"Ini udah enam jam kan?" tanya Juju setelah dirinya dan Cakra pulang dari kampus. Disana ada Meldi, Rendi, Juan, Jauzan dan ketiga abang sepupunya yang sedang berkumpul. "Kok Bang Harsa belum sadar juga sih?" lanjutnya setelah mendekati sang abang yang masih memejamkan mata dengan nassal canulla yang bertengger di hidungnya, membantu pernapasannya.

"Iya ya, kata Dokter, Bang Harsa bakalan sadar setelah enam jam, tapi ini udah hampir tujuh jam Bang Harsa kok belum bangun juga," timpal Cakra sembari menatap pada saudara-saudaranya meminta penjelasan.

Si sulung, Meldi menghela napas. Sebenarnya dirinya juga merasa aneh dan khawatir. Aneh sebab Harsa tak kunjung bangun, padahal menurut sang dokter tidak ada luka berat, kecuali kehilangan banyak darah, yang mana itu sudah diatasi dengan cara transfusi darah.

Dan khawatir karena pikiran-pikiran buruk tentang Harsa yang masih terbaring lemah mulai menghantuinya kembali. Namun, dirinya mencoba mengenyahkan pikiran-pikiran buruk tersebut, seraya berdoa untuk kesembuhan sang adik.

"Inget, Dokter kan juga manusia! Jadi, pasti ada aja yang keliru, kita tunggu tiga jam lagi, kalau gak bangun juga baru kita panggil Dokter." Doni yang paling tua disana menjawab, mencoba memberikan ketenangan pada saudara sepupunya, yang dirinya tahu pasti sedang harap-harap cemas dengan keadaan Harsa.

"Sekarang, berdoa sama Tuhan. Biar Harsa cepat sadar dan bisa ngobrol dan kumpul lagi sama kita dalam keadaan sehat."

Pada akhirnya, mereka yang disana mengangguk. Benar apa yang dikatakan Doni, lebih baik mereka banyak berdoa. Memohon pada Yang Maha Kuasa agar saudara mereka cepat kembali sadar.

•••

Ternyata, perkataan dokter tentang Harsa yang akan sadar setelah lima sampai enam jam kemudian meleset jauh. Ini sudah dua hari lamanya Harsa tertidur, dan belum ada tanda-tanda apapun yang menandakan jika Harsa akan terbangun.

Hal tersebut sontak membuat rasa khawatir dan cemas keenam pemuda Abimana beserta sepupu mereka kembali menghampiri, setelah sebelumnya sempat menghilang.

Dan saat dokter melakukan pemeriksaan kembali keadaan Harsa,  Harsa dinyatakan koma, entah sampai kapan. Mendengar hal tersebut semuanya kembali di selimuti keresahan dan kesedihan, namun mereka tak sedikitpun menghentikan doa mereka pada Yang Maha Kuasa, agar Harsa dapat sadar kembali.

Selepas pulang dari kampus, Cakra dan Juju langsung memutuskan untuk ke rumah sakit tanpa berganti pakaian atau sekedar menyimpan tas mereka.

Dan baru saja mereka membuka pintu ruang rawat inap Harsa, mereka harus dibuat terkejut saat melihat Harsa yang sudah tidak berbaring di bangsal rumah sakit, melainkan sudah jatuh ke lantai dingin sebelah bangsal.

Ditangannya terdapat bercak darah bahkan lantai tempat tangan Harsa terkulai pun ikut terkena cipratan darah yang berasal dari tiang infusnya yang sudah copot dari tangan Harsa.

"BANG HARSA!"

Mereka langsung menghampiri Harsa yang saat keduanya sentuh, tubuhnya sudah dingin. Bahkan wajahnya pun terlihat pucat.

"Bang, kok dingin gini sih tangannya," gumam Juju sembari mengangkat tubuh Harsa dibantu oleh Cakra.

Setelah menaikkan Harsa ke bangsal, Juju langsung berlari mencari dokter, meninggalkan Cakra yang sedang kebingungan dan merasa panik. Bingung mengapa Harsa bisa berada di bawah, dan panik sebab tubuh Harsa terasa dingin.

Cakra memegang tangan Harsa yang sebelumnya terpasang selang infus, dirinya menghapus darah tersebut dengan sebuah tisu basah yang memang sudah disediakan pihak rumah sakit.

Tak berselang lama Juju sudah kembali dengan satu dokter dan suster yang ikut berjalan dengan cepat dibelakangnya.

"Kalian berdua silahkan tunggu di luar!" ucap suster tersebut dengan sopan kepada Juju dan Cakra yang tentu saja langsung dilakukan oleh keduanya.

Setelah keduanya keluar, Juju lantas langsung menghubungi semua saudaranya dalam grup chat mereka.

Tepat setelah dirinya selesai mengabari, Jauzan datang dengan berlari. Dengan napas yang masih terengah dirinya bertanya, "Harsa kenapa lagi?"

"Kita juga gak tahu Bang. Pas kita masuk, Bang Harsa udah ada di lantai, sampai infusnya juga copot. Pas gue sama Bang Cakra pegang tangannya, suhunya dingin banget Bang," jelas Juju dengan tangan yang terus bergetar, serangan paniknya kembali melanda.

Cakra mencoba menenangkan Juju dengan cara yang sama seperti Juan semalam. Jauzan ikut membantu dengan cara mengusap-ngusap bahu tegap Juju.

"Lo tenang, Bang Harsa pasti baik-baik aja."

••••

TBC

FYI! Aku nulis chapter ini saat di perjalanan menuju Bandung semalam, pas udah sampai Bandung, bukannya di up, aku malah ketiduran. Lumayan capek ya, perjalanan Bogor-Bandung.

Btw, disini ada yang orang Bandung gak? Kalau ada, Bandung-nya, Bandung mana nih? Boleh dong rekomendasi tempat wisata di Bandung, selain Braga dan sekitarnya.

Atau kalian dari kota mana sih? Ada yang sama kayak aku gak? Aku dari Bogor.

Salam kenal semuanya!

Setelah banyaknya chapter yang ku publish, baru sekarang bilang, salam kenal, hehe.

[02/08/2023]

Our Home [END] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang