Happy Reading!
••••
Sesuai dengan ucapan Meldi tadi malam saat di taman, saat ini ketujuh pemuda Abimana beserta Leo sedang berusaha mencari petunjuk tentang dimana tempat Leo tinggal. Berusaha bertanya pada Leo pun serasa percuma, karena saat Harsa bertanya pada bocah lelaki itu, mereka malah mendapatkan gelengan tanda tidak tahu.
Kebetulan sekali, hari ini Meldi tidak terlalu sibuk seperti biasanya, jadi dirinya bisa ikut serta dalam mencari keluarga Leo, atau sekiranya orang yang mengenal Leo. Begitupun dengan Rendi yang juga tidak masuk kerja, dirinya lebih memilih ikut membantu saudaranya.
Saat sampai di taman tempat dimana Leo menghampiri Harsa, Meldi dan Rendi semalam. Mereka mulai berpencar, dengan membawa foto Leo yang sempat mereka cetak.
Harsa, Meldi dan Leo berjalan ke arah barat. Cakra dengan Jauzan ke arah timur, sedangkan Rendi dengan Juju dan Juan ke arah utara.
"Kita mau kemana sih Papa?" tanya Leo seraya melangkah pelan. Dirinya mendongak menatap wajah Harsa.
Harsa yang sedang mengandeng tangan kecil Leo menunduk, dirinya mengusap surai Leo satu kali. "Kita mau cari keluarga kamu."
"Lho, kenapa di cari?" tanya Leo kebingungan. "Papa kan keluarga Leo, terus Om Meldi kan Kakak Papa, berarti Om Meldi juga kan keluarga kita Papa. Kenapa harus mencari keluarga Leo? Leo kan sudah punya kalian."
"Leo, kita mau cari keluarga kandung Leo. Dan lagi, kita bukan keluarga kandung Leo," ucap Harsa pelan-pelan mencoba memberikan pengertian.
"Enggak, kalian keluarga Leo," bantah Leo berteriak. "Papa udah gak sayang lagi sama Leo?" lanjutnya dengan mata yang sudah berkaca-kaca. Tanpa menunggu lama, air mata itu mulai meluruh membasahi kedua pipi gembil Leo.
Air mata itu membuat Harsa panik, apalagi tangisan Leo yang mulai mengencang mendapatkan banyak atensi dari orang-orang di sekitar dan mengundang tatapan penasaran.
Membuat Harsa segera berjongkok, mensejajarkan tubuhnya dengan tubuh Leo. Harsa membawa tubuh gempal tersebut ke dalam pelukannya. "Cup-cup! Iya, kita keluarga Leo! Udah ya, Leo jangan nangis. Nanti gantengnya hilang kalau Leo nangis, Leo mau gantengnya hilang?" Harsa mengusap punggung kecil Leo beberapa kali.
Di sela tangisannya, Leo menggeleng heboh. "Huaa, enggak mau hiks, Leo gak mau gantengnya hilang, hiks."
"Kalau gak mau gantengnya hilang, nangisnya berhenti ya?" Meldi turut membuka suara, dirinya mengusap wajah Leo yang dipenuhi air mata.
"Iya, Leo udah gak nangis, hiks." Leo menghentikan tangisannya, dirinya ikut mengusap kedua pipinya cepat. Menghalau semua air mata yang keluar.
Harsa melepaskan rengkuhannya, dirinya dengan telaten mengelap keringat yang membasahi kening Leo dengan tisu basah. "Anak pintar!" ucapnya seraya menepuk puncak kepala Leo dua kali.
Harsa kembali berdiri, dirinya kembali menggenggam tangan mungil Leo. "Yuk Kak, kita lanjutin!" ajaknya yang diangguki Meldi.
"Papa!"
Baru seperempat ketiganya melanjutkan perjalanan, suara Leo membuat Harsa dan Meldi kembali menghentikan langkah mereka.
"Kenapa?" tanya Harsa yang sedikit mulai terbiasa dengan panggilan itu.
"Leo mau es krim," jawab Leo pelan sembari menatap seorang anak perempuan yang sedang asik memakan es krim di tangannya. "Boleh?" tanyanya kembali menatap Harsa dan Meldi bergantian.
"Boleh dong, yuk kita ke minimarket dulu!" ajak Meldi sembari menuntun Leo memasuki minimarket yang letaknya tepat tak jauh di depan ketiganya, meninggalkan Harsa yang masih terdiam di tempat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Home [END] ✓
Fiksi PenggemarADA BAIKNYA, FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA!! Our Home Hanya berkisah tentang kehidupan sehari-hari 7 pemuda bersaudara di lingkungan sekitar dengan para tetangga, sahabat dan orang-orang terdekatnya. Penasaran? Langsung saja baca. Warning!! • NCT Drea...