Happy Reading!
••••
Terhitung sudah dua hari sejak kejadian penyekapan yang dilakukan oleh Budiman pada Lino, Leo dan Juju. Budiman sudah di tahan di kantor polisi bersama pelaku yang terlibat, termasuk perempuan yang meracuni Harsa.
Dan terhitung sudah dua hari juga Juju terbaring di sebuah bangsal yang terletak di ruang rawat inap, sebelah ruangan yang di tempati Harsa.
Di ruangan Harsa, ada Meldi, Jauzan dan Rendi yang menunggu, sementara Cakra dan Juan sedang berada di ruang rawat Juju yang sampai saat ini tak kunjung terbangun dalam tidur panjangnya. Doni, Jamal dan Winata tidak berada disana sebab ketiganya harus melanjutkan pekerjaan mereka.
"Anjir Bang, tangan si Juju gerak!" pekik Cakra saat melihat pergerakan pada tangan kanan Juju.
Mendengar pekikan tersebut, membuat Juan yang baru saja akan terlelap langsung bergegas mendekati bangsal Juju. Keduanya menatap mata Juju yang perlahan-lahan terbuka.
"Alhamdulillah Dek, lo bangun juga!" Juan menghela napas lega, tak lupa mengucap syukur pada Tuhan Yang Maha Esa.
"Gue panggilin Dokter dulu Bang!" Tanpa mendengar balasan, Cakra langsung berlari keluar ruangan. Keduanya sepertinya lupa, jika disana sudah ada tombol khusus untuk memanggil dokter saking senangnya melihat Juju yang terbangun.
Juju terlihat mengedarkan pandangan sebelum dengan santai tangannya melepaskan nassal canulla yang bertengger di hidungnya.
"Kenapa?" tanya Juan saat Juju menatap dirinya, namun tak mengeluarkan suara sedikitpun. "Lo haus?" lanjutnya yang diangguki oleh Juju.
"Nih, minum!" Juan memberikan air mineral dalam kemasan yang sebelumnya sudah dirinya simpan sedotan kedalamnya. Agar Juju lebih mudah meminumnya.
"Gue bisa sendiri," ucap Juju seraya mengambil botol di tangan sang abang. Dan meminum air mineral tersebut hingga tersisa setengah.
Juan mengambil botol ditangan Juju, dirinya menatap Juju dengan seksama. "Lo bukan Juju kan?" tanyanya memastikan.
"Hm," jawab Juju singkat sembari menyandarkan tubuhnya pada bantal yang sebelumnya sudah Juan tumpuk.
"Bang Harsa gimana?" tambahnya yang akhirnya bertanya.
"Masih sama," jawab Juan seraya menghela napas berat.
Ceklek
Pintu terbuka, disana ada Cakra, Meldi dan dokter yang menangani Juju berjalan perlahan menghampiri bangsal Juju.
"Biar saya periksa keadaan kamu dulu ya!" Dokter tersebut meminta izin yang langsung diberi anggukan singkat oleh Juju.
Meldi, Juan dan Cakra sedikit menjauh supaya tidak mengganggu sang dokter yang mulai memeriksa si bungsu.
"Dia bukan Juju," ucap Juan pelan pada kedua saudaranya.
Meldi dan Cakra mengerutkan keningnya. "Lho, belum kembali ya?" tanya Meldi tak kalah pelan dari Juan.
"Iya, soalnya dia dingin banget. Tadi juga, gue udah tanya, katanya bukan Juju."
"Berarti dia Junandra?" tanya Cakra yang sudah mengerti kemana arah pembicaraan kedua kakaknya.
Juan mengangguk membenarkan, begitupula dengan Meldi.
"Kok aneh ya, biasanya kalau udah pingsan si Juju langsung balik, kok ini enggak?"
"Nah itu, gue juga bingung," sahut Juan saat Cakra mengeluarkan pikirannya yang sepemikiran dengannya.
"Udah, mau dia Juju ataupun Junandra, yang penting orangnya udah sadar." Pada akhirnya, Juan dan Cakra mengangguk.
Kalian pasti sedikit bingung dengan obrolan mereka kan? Oke, biar saya jelaskan. Selain mempunyai panic attack, Juju juga mempunyai satu identitas lain yang bersemayam pada raganya. Biasanya kebanyakan orang lebih mengenalnya kepribadian ganda.
Note : Dissociative Identity Disorder (DID) atau Multiple Personality Disorder (MPD) atau orang biasa menyebutnya kepribadian ganda merupakan kelainan saat seseorang memiliki lebih dari satu identitas dalam tubuh mereka.
Kepribadian yang dimiliki Juju, bernama Junandra yang diambil dari nama tengahnya. Asal kalian tahu, kepribadian mereka benar-benar berbanding terbalik. Jika Juju itu mudah menangis, ngambekan, sedikit lemot dan kepoan. Maka Junandra itu dingin, pintar dan sedikit kejam.
"Gimana Dok keadaan Adek saya?" tanya Meldi saat dokter tersebut selesai memeriksa Juju.
"Alhamdulillah, kondisi pasien semakin membaik. Tinggal menunggu bekas jahitannya kering saja."
"Alhamdulillah," ucap ketiga pemuda tersebut mengucap syukur.
"Kalau begitu saya pamit ya, untuk pasien langsung kalian berikan bubur yang sudah kami sediakan ya."
"Baik Dok, terima kasih."
Selepas kepergian sang dokter, Meldi mendekati bangsal Juju "Dek!" panggilnya pada Juju yang saat ini sedang memejamkan mata.
"Apa?" tanya Juju dingin sesaat setelah membuka kembali matanya.
"Beneran Junandra ternyata," gumam Meldi memaklumi tingkah Juju yang bisa dibilang tidak sopan.
"Sekarang lo makan dulu ya, soalnya udah dua hari lo gak sadar, dan otomatis gak ada asupan apapun yang masuk ke tubuh lo kecuali cairan infus." Juju dengan praktis mengangguk, tanpa membantah. Tuhkan, bukan tipikal Juju sekali.
Sepuluh menit kemudian, Juju atau Junandra sudah menyelesaikan makannya. Membuat Cakra yang sedari tadi memperhatikan sang kembaran langsung mendekati, tanpa aba-aba dirinya langsung menepuk bahu Juju dengan kencang, tanpa memperdulikan tatapan tajam yang saat ini dilayangkan Juju kepadanya.
"Lo balikin si Juju deh Jun, aneh gue ngelihat tingkah lo yang kalem kayak gini."
"Nanti," balas Juju singkat.
"Kapan?" tanya Juan yang sudah terduduk kembali di sofa.
"Kalau Bang Harsa bangun," jawab Juju yang akan kembali merebahkan tubuhnya.
Mendengar jawaban tersebut membuat Juan dan Cakra langsung berekspresi sedih, saat mengingat jika sampai saat ini Harsa tak kunjung terbangun dari komanya.
"Yaudah atuh, gimana lo aja," celetuk Cakra mengambil satu buah apel di meja nakas, dan mengupasnya dengan pisau kecil yang memang sudah disediakan oleh pihak rumah sakit.
Ceklek
"Juju! Lo udah sadar?" tanya orang yang memasuki ruangan Juju, itu Rendi yang masuk bersama Jauzan.
"Harsa dijagain sama siapa?" tanya Juan yang tiba-tiba berdiri dari duduknya.
"Kak Meldi," jawab Jauzan yang sudah berada dekat dengan bangsal Juju.
"Yaudah, kalian disini. Gue mau ke ruangan sebelah."
Ruang rawat Juju dengan Harsa memang bersebelahan, sengaja mereka yang meminta. Agar lebih mudah menjaga keduanya.
"Kok lo diem aja sih Dek, ada yang sakit?" tanya Jauzan khawatir saat melihat Juju yang hanya terdiam sembari menonton siaran televisi yang memang berada di ruangan tersebut.
"Dia bukan Juju, tapi Junandra," celetuk Cakra memberi tahu. Dirinya memberikan piring berisi apel yang sudah dipotong-potong pada Juju. "Nih makan! Biar cepet sembuh lo."
Baik Rendi maupun Jauzan langsung mengangguk.
"Pantesan, vibesnya agak menyeramkan," ucap Rendi santai yang dibalas delikan oleh Juju yang sedang mengunyah apel di mulutnya.
••••
TBC
Hari ini double up, eh tripple up malah sama yang tadi pagi.
[09/08/2023]
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Home [END] ✓
FanfictionADA BAIKNYA, FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA!! Our Home Hanya berkisah tentang kehidupan sehari-hari 7 pemuda bersaudara di lingkungan sekitar dengan para tetangga, sahabat dan orang-orang terdekatnya. Penasaran? Langsung saja baca. Warning!! • NCT Drea...