Sesuai janji, double up!
Happy Reading!
•••
Abimana's Corp, salah satu perusahaan yang bergerak dibidang properti, kontruksi dan perhotelan. Salah satu perusahaan yang cukup terkenal di kota Kembang, Bandung.
Perusahaan yang sudah berdiri sejak puluhan tahun ini dibangun oleh Sanjaya Wiratama Abimana, ayah ketujuh pemuda tampan keluarga Abimana, dan sekarang perusahaan ini dipegang oleh si sulung, Mahendra Diandra Abimana.
Perusahaan yang mempunyai pekerja lebih dari dua ratus orang itu sudah mampu mengalahkan perusahan-perusahaan terkenal di Indonesia. Dan mampu berdiri kokoh hingga sekarang. Walaupun pasti ada saja masalah berdatangan setiap tahunnya.
Seperti sekarang ini, Meldi sedang dibuat pusing dengan dugaan adanya kasus korupsi yang dilakukan oleh bawahannya sendiri dibagian divisi keuangan. Pegawai tersebut terbukti membawa kabur uang perusahaan dengan jumlah yang tidak bisa dibilang sedikit.
Sial, Meldi kecolongan kali ini!
Saat ini Meldi sedang berada di ruangannya. Di dalam ruangan tersebut desk yang terbuat dari kayu hitam sepaket dengan papan nama yang terukir dengan tulisan berwarna silver : Mahendra Diandra Abimana.
Di ruangan ini tidak hanya ada dirinya, ada juga sekretarisnya, Lukas. Dan dua bawahannya yang sama-sama berada di divisi keuangan.
"Kalian tahu dimana rekan kalian kali ini?" tanya Meldi tetap mencoba tenang ditengah ketegangan yang terasa di ruangannya.
Dua dari orang bawahannya yang tadinya menunduk, kini mendongakkan kepalanya. Dirinya menjawab pertanyaan Meldi. "Kami tidak tahu Pak."
Mendengar jawaban itu, Meldi memijat keningnya yang terasa berdenyut. "Yasudah, kalian boleh kembali bekerja!"
"Kami minta maaf Pak Meldi, kami benar-benar tidak tahu dimana rekan kami." Meldi mengangguk.
Kedua orang itu langsung berlalu dari ruangan sang atasan yang terasa mencekam dan pengap, sebab aura yang dikeluarkan sang atasan terasa berbeda dari biasanya.
Sang sekretaris alias Lukas mendekati sahabat sekaligus atasannya itu. "You okey?" tanyanya pelan, sedikit prihatin dengan sang sahabat yang terlihat sedang memikirkan banyak hal.
Meldi mengangguk. "Yeah, i'm okey," jawabnya pelan. "Mungkin itu bukan rezeki gue, jadi ya mau gimana lagi."
"Tapi Mel, ini udah keterlaluan. Orang itu bawa kabur uang perusahaan ini gak sedikit, tapi banyak banget. Lo gak ada niatan buat lapor ke polisi? Bagaimanapun dia harus dapet hukuman."
Meldi berpikir sejenak sebelum membalas, "Gue bakalan laporin ke polisi siang ini. Lo buat surat laporannya sekarang!"
"Oke."
Lukas pergi meninggalkan ruangan, meninggalkan Meldi yang kembali memijat keningnya, dirinya menghela napas dalam sebelum meneguk kopi latte kesukaannya. Dirinya berharap dengan meminum kopi bisa menjernihkan pikirannya, walaupun hanya sesaat.
•••
Cakra dan Juju sudah pulang dari sekolah, setelah berganti pakaian. Mereka berdua berniat pergi ke kantor sang kakak, guna menghilangkan kebosanan yang melanda.
Dan kini, keduanya sudah berada di parkiran kantor. Saat akan memasuki gedung kantor, mereka disapa oleh salah satu satpam yang memang sudah kenal dengan mereka berdua.
"Selama siang Den!" sapa pak satpam.
"Siang Pak!" balas Juju dan Cakra serempak. "Kami masuk ke dalam ya Pak," lanjutnya yang langsung dipersilahkan oleh sang satpam.
Mereka menghampiri meja resepsionis, disana ada dua karyawan yang terlihat sedang fokus dengan komputer dihadapan keduanya.
"Siang Mbak! Kak Meldi-nya ada?" tanya Cakra pada karyawan itu.
Kedua karyawan itu membalas senyuman yang diperlihatkan Cakra dan Juju. "Siang, Pak Meldi sedang tidak berada di kantornya, lima menit yang lalu Bapak baru saja keluar."
"Lho?" Dahi Juju mengerut bingung. "Ngapain Mbak? Jam istirahat kan udah lewat."
"Pak Meldi sedang perjalanan menuju kantor polisi."
"Kantor polisi? Ngapain Kak Meldi kesana?" tanya Cakra pada diri sendiri.
"Tapi Mbak, Bang Lukas ada gak?"
"Kalau bapak Lukas ada di ruangannya."
"Yaudah, kita keruangan Bang Lukas aja Mbak."
"Baik."
Mereka berjalan kearah lift perusahaan, sesekali mereka berpapasan dengan bawahan sang kakak, dan mereka yang kenal pasti menyapa keduanya. Pintu lift terbuka, Juju memencet angka 15 disana, lalu pintu lift tertutup. Ruangan sekretaris berada di lantai 15, sama dengan ruangan sang kakak.
Jumlah lantai kantor ini ada 15 lantai, dan lantai teratas terisi oleh ruangan CEO, sekretaris dan divisi utama perusahaan.
Mereka sudah berada di ruangan Lukas, dilihatnya sekretaris kakaknya itu sedang serius dengan berkas yang dipegangnya.
"Bang Lukas!" sapa Cakra dan Juju.
Merasa namanya dipanggil, Lukas mendongak. Menatap pada kedua adik bungsu Meldi.
"Cakra, Juju, kalian ngapain disini?" tanya Lukas seraya mempersilahkan keduanya duduk di sofa.
"Kita tadinya mau ketemu Kak Meldi, tapi kata Mbak resepsionis, Kak Meldi lagi ke kantor polisi. Ngapain Kak Meldi kesana Bang?"
"Uang perusahaan ada yang korupsi, dia dari divisi keuangan. Dan Meldi kali ini turun tangan sendiri buat masalah ini."
Cakra dan Juju tak bisa menyembunyikan raut terkejut mereka. Walaupun ini bukan yang pertama kali kasus seperti ini terjadi, tetap saja mereka merasa terkejut. Jika sudah begini, pasti kakaknya itu akan semakin sibuk di perusahaan hingga berhari-hari bahkan kadang tidak pulang ke rumah.
"Kasian banget Kak Meldi," celetukan Juju mendapat anggukan setuju dari Lukas dan Cakra.
Pembahasan tentang korupsi uang perusahaan ini terus berlanjut, bahkan Lukas yang harusnya memeriksa berkas pun tidak jadi sebab kedua adik sahabatnya ini terus saja bertanya. Hingga pembahasan usai setelah lima belas menit berlalu.
Lukas kembali melanjutkan pekerjaannya yang sempat tertunda, sedangkan Cakra dan Juju lebih memilih memasuki ruangan Meldi. Mereka berdua merebahkan tubuh mereka di sofa panjang yang terletak di ujung ruangan, dengan dibatasi dengan sebuah sekat yang menjadi penghubung antara ruangan kerja dengan ruangan yang biasa Meldi gunakan untuk beristirahat.
Lama-kelamaan mereka mulai bosan, Niat hati ke kantor sang kakak ingin menghilangkan bosan, eh malah sebaliknya, mereka semakin bosan. Dan berakhir dengan tertidur disana.
Satu jam kemudian, Meldi sudah kembali ke kantor, lebih tepatnya ke ruangannya. Tadi saat melewati ruangan Lukas, sahabatnya itu memberi tahu jika kedua adik bungsunya sedang datang berkunjung.
Meldi tak hanya sendiri, dia bersama dengan Jauzan dan Harsa yang kebetulan bertemu secara tidak sengaja saat Meldi mampir untuk membeli kopi ke Starbucks, dan berakhirlah dengan kedua adiknya itu ikut ke kantor.
"Kalian kesana aja, gue mau lanjutin pekerjaan gue." Meldi mempersilahkan Harsa dan Jauzan untuk masuk ke dalam ruangan yang ditempati Cakra dan Juju.
"Oke Kak, semangat kerjanya!"
"Sip!"
••••
TBC
[14/05/2023]
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Home [END] ✓
أدب الهواةADA BAIKNYA, FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA!! Our Home Hanya berkisah tentang kehidupan sehari-hari 7 pemuda bersaudara di lingkungan sekitar dengan para tetangga, sahabat dan orang-orang terdekatnya. Penasaran? Langsung saja baca. Warning!! • NCT Drea...