28 : Temen Masa SMA

1.6K 180 0
                                    

Happy Reading!

••••

Setelah sedikit berbincang dengan ketiga adik tingkat yang mencegatnya, saat ini Jauzan sedang membantu Harsa berjalan ke gedung fakultas sastra Indonesia.

Saat mereka sudah ada di pelataran fakultas, keduanya berpapasan dengan Yayan yang sepertinya baru saja dari koperasi, karena ditangannya terdapat selembaran kertas.

"Darimana lo?" tanya Harsa basa-basi.

"Dari koperasi, beli kertas A4, di rumah gue kehabisan."

"Kenapa gak langsung beli se-pack aja?"

"Nanti ajalah kalau pulang, gue butuhnya cuma segini."  Yayan memasukkan selembaran kertas kosong itu kedalam tasnya. "Btw, kok lo udah masuk. Kakinya udah sembuh emang? Tadinya nanti siang gue mau ke rumah kalian."

"Udah mendingan, tapi kalau jalan harus pelan atau dibantu kayak gini."

"Syukur deh, sekarang lo sama gue aja." Yayan mengambil alih tugas Jauzan yang tadi membantu Harsa berjalan. "Lo ke kelas lo aja sana!" lanjutnya pada Jauzan.

Jauzan mengangguk. "Yaudah, gue ke kelas!" pamitnya yang langsung berjalan tanpa mendengar balasan dari Harsa dan Yayan.

"Gue masih penasaran, gimana ceritanya lo bisa sampai kayak gini?"

Harsa langsung menceritakan kejadian yang menyebabkan kakinya terkilir tempo lalu. Dan tak terasa mereka sudah sampai di kelas mereka.

"Mungkin itu aniingnya tahu, kalau lo ada rencana jahat sama pemiliknya," ucap Yayan bercanda.

"Apasih, dikira itu anjing cenayang apa. Lagian mau ngedeketin emang itu termasuk niat jahat ya?"

"Ya enggak juga sih."

•••

Istirahat pertama kali ini, Jauzan memutuskan untuk beristirahat di gedung fakultasnya Harsa. Karena Harsa yang masih perlu bantuan untuk berjalan, dirinya memutuskan untuk membeli makanan terlebih dahulu di kantin dan membawanya ke kelas Harsa.

Di perjalanan menuju kelas Harsa, banyak beberapa adik tingkat yang menyapanya, yang tentu saja Jauzan balas. Dirinya tidak ingin dikatai sombong bila tidak membalas sapaan mereka, walau belum tentu itu tanggapan adik kelasnya.

Perlu kalian ketahui satu hal, Jauzan itu bisa dibilang merupakan salah satu mahasiswa yang cukup dikenali di  kampus, terutama di kalangan mahasiswa fakultas ekonomi. Tak ayal banyak yang mengenali dirinya baik itu kakak tingkat maupun adik tingkatnya.

Sesampainya disana hanya ada saudara kembarnya, Yayan dan tiga orang mahasiswa yang tersisa, selebihnya pasti memilih untuk mengisi perut di kantin atau ada yang hanya sekedar berkunjung ke perpustakaan kampus guna mencari referensi.

Jauzan mengerutkan dahinya heran saat melihat Harsa yang terlihat sedang serius mengobrol dengan Yayan. Sumpah, wajah serius keduanya malah terlihat jelek sekali, seperti sedang menahan mules menurutnya.

Padahal kalau menurut saya (author) wajah serius mereka bisa bikin terjungkal, terjungkir bahkan terjembab saking ganteng dan paripurnanya^^

Oke, itu terlalu lebay. Kita skip!!

"Nih makan!" Jauzan meletakkan dua kantong kresek putih yang dibawanya.

"Wih apanih?" tanya Harsa antusias seraya membuka kresek tersebut yang isinya ternyata batagor di kantong kresek yang satu, satunya lagi berisi es teh manis dalam gelas plastik.

"Mau kemana lo?" tanya Jauzan saat Yayan beranjak dari kursinya.

"Ke kantin, laper gue," jawab Yayan yang akan melangkahkan kakinya keluar dari mejanya.

"Gak usah, udah gue pesenin tadi." Jauzan memberikan satu batagor beserta minumnya pada Yayan.

"Anjay! Ini baru temen gue, makasih ya. Entar duitnya gue ganti," ucap Yayan mengambil batagor yang disodorkan Jauzan.

"Gak usah, cuma lima belas ribu doang," balas Jauzan mulai fokus dengan batagor ditangannya.

Ketiganya pun fokus makan setelah sebelumnya menawarkan pada ketiga mahasiswa yang berada di pojok kiri kelas, sambil sesekali mengobrol. Harsa dan Yayan lebih mendominasi obrolan ini, sedangkan Jauzan hanya menjadi pendengar.

"Eh, lo tahu si Ernia gak? Temen sekelas kita dulu di SMA?" tanya Yayan seraya meminum es tehnya.

Jauzan dan Harsa memang sudah berteman baik dengan Yayan sejak sekolah menengah atas, karena mereka berada di kelas yang sama semasa sekolah. Dan ternyata mereka kembali bertemu di kampus, bahkan Yayan satu fakultas dengan Harsa. Makanya mereka bisa sedekat ini sekarang.

"Iya tahu," balas Harsa, sedangkan Jauzan mengangguk. "Kenapa?"

"Dia katanya menghilang sejak dua hari yang lalu, entah karena diculik atau apa. Tapi sampai tadi malam belum juga ditemukan."

"Tahu darimana lo?" tanya Harsa.

"Lo lupa ya? Rumahnya si Ernia kan ada di satu komplek sama rumah gue."

"Tapi kenapa di grup gak rame-rame tentang hilangnya Ernia?" tanya Jauzan.

"Kalau itu gue gak tahu, soalnya gue udah keluar dari grup." Yayan mengedikkan bahu pelan. "Dan kalian tahu si Gathan kan? Temen satu angkatan kita?" lanjutnya bertanya.

Lagi-lagi, Harsa dan Jauzan mengangguk.

"Ternyata yang culik Ernia itu si Gathan, tadi pagi sebelum berangkat ke kampus, nyokap gue ngasih tahu kalau si Ernia udah ketemu, ditemukan dalam kondisi baik-baik aja, tapi dia jadi pendiam. Entah apa yang dilakuin si Gathan sampai si Ernia yang seceria itu jadi pendiam."

Mata Harsa membelalak mendengarnya, seorang Gathan yang dirinya ingat adalah siswa kesayangan semua guru karena kepintarannya. Berani menculik orang lain? Sebuah tindakan yang tidak patut untuk ditiru.

"Motif si Gathan nyulik si Ernia itu apa?"

"Katanya, ternyata Gathan suka sama Ernia sejak zaman SMA. Tapi si Ernia selalu nolak kalau Gathan ngajak pacaran dulu. Dan puncaknya lima hari yang lalu sebelum kejadian penculikan. Si Ernia ternyata pacaran sama Dendi, sahabat Gathan sendiri. Gathan yang tahu ngerasa geram, makanya dia nekat culik si Ernia."

"Itu berarti, rasa suka Gathan dari yang tadinya cinta sekarang udah ke tahap obsesi," ucap Jauzan setelah mendengar penjelasan panjang dari Yayan.

Harsa dan Yayan bergidik mendengar ucapan Jauzan. "Serem anjir!"

••••

TBC

Jujurly, kayaknya ini chapter ter membosankan. Mohon maaf, kedepannya semoga lebih baik.

Terima kasih yang sudah mampir baca, memberikan vote dan koment.

Btw, kemarin pas buka Ig, dibuat kaget sama postingan Raffi Ahmad sama Nagita Slavina yang selca bareng Yangyang dan Hendery.

Penasaran sama kelanjutannya.

[16/06/2023]

Our Home [END] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang