21 : Car Free Day

2K 217 18
                                    

Happy Reading!

••••

"Woy buruan, keburu siang. Nanti mataharinya bukan matahari sehat lagi!" teriakan Harsa dari arah luar rumah membuat Jauzan, Juan dan Cakra yang masih berada di kamar masing-masing mendengus.

"Sabar elah Bang, sweater gue nyangkut!" balas Cakra berteriak seraya mencoba melepaskan ujung sweater-nya yang menyangkut pada kunci lemari saat dirinya akan mengambil sepatu kepunyaannya yang sengaja Cakra simpan diatas lemari pakaian.

Saat mendengar teriakan dari sang adik, Juan yang sudah siap dengan pakaiannya langsung memasuki kamar Cakra, mencoba membantu Cakra melepaskan ujung sweater Cakra yang menyangkut.

"Kok bisa nyangkut gini sih? Aneh banget," tanya Juan merasa heran.

"Tadi gue habis ngambil sepatu diatas lemari Bang."

Juan berdecak. "Lo tuh ya, aneh banget. Di kamar lo kan ada rak sepatu, kenapa nyimpen sepatunya hari diatas lemari sih?"

Cakra cengengesan. "Hehe, biar gak ada yang minjem."

Minggu pagi kali ini, tepat pukul setengah delapan, ketujuh pemuda tampan itu rencananya akan melakukan olahraga pagi sekalian car free day di area Dago, Bandung.

Sudah hampir satu bulan mereka tidak melakukan car free day sebab lokasinya sempat ditutup karena adanya perbaikan beberapa jalan di Dago yang rusak.

Mereka, lebih tepatnya Meldi, Harsa, Rendi dan Juju sudah siap dengan pakaian olahraganya. Keempatnya sedang menunggu ketiga saudaranya yang masih tak kunjung keluar rumah.

Tak lama ketiga orang yang mereka tunggu keluar dari rumah.

"Lama banget sih, cuma ganti baju doang perasaan." Juju bersuara sembari memberikan tatapan malas pada ketiga saudaranya.

"Ya sorry, sweater gue nyangkut tadi," balas Cakra santai.

Satu persatu dari mereka mulai memasuki mobil. Perjalanan dari rumah ke Dago itu cukup jauh, membutuhkan waktu sekitar tiga puluh menit untuk mereka sampai di lokasi car free day. Makanya mereka memutuskan untuk menggunakan alat transportasi saja.

Posisi duduk kali ini, Juan di kursi kanan bertugas menyetir, dengan Meldi disebelah kirinya. Di kursi tengah ada Jauzan, Rendi dan Juju, sedangkan di kursi belakang ada Harsa dan Cakra.

"Nanti disana gue sambil cari gandengan ah," ucap Harsa seraya mengambil sebungkus potato snack disebelahnya, membukanya dan memasukkannya kedalam mulut.

"Kayak ada yang mau sama lo aja," balas Jauzan sarkas.

"Ya pasti banyaklah yang mau sama gue. Secara gue itu ganteng, gantengnya pakai banget lagi." Harsa menepuk dadanya dua kali, membanggakan diri.

"Ganteng kalau dilihat dari lubang sedotan," balas Juju enteng.

Balasan enteng dari Juju itu menghasilkan gelak tawa dari semuanya, kecuali Harsa yang langsung menatap pada kepala Juju sebal.

"Ye si anjir." Harsa menggeplak punggung Juju. "Gue itu emang ganteng."

"Iya, lo kan cowok pasti ganteng. Kalau lo waria baru kita pertanyakan." Kali ini Meldi bersuara.

Lagi, terdengar tawa di mobil itu dengan Harsa sebagai bahan ejekan.

"Menurut gue nih ya, kalau ada cewek yang mau atau suka sama lo. Itu artinya mata si cewek lagi sakit. Modelan botol kecap disukain."

Lagi-lagi tawa menggelegar kembali terdengar.

Harsa menatap pada Rendi yang tadi berucap seperti itu. Karena merasa kesal, dirinya langsung meraup potato snack dengan banyak dan memakannya dengan kencang, hingga membuat kedua pipinya mengembung.

"Tuh, gitu doang lo langsung kesel. Mana ada cewek yang mau sama lo kalau lo-nya sering ngambekan gitu Bang." Cakra memperhatikan cara makan Harsa yang sudah seperti orang yang tidak diberi makanan selama beberapa hari.

"Diem lo!"

"Yaelah, cuma gitu doang juga. Lagian kita kan cuma bercanda tadi, lo harus inget! Cetakan Ayah itu gak ada yang gagal."

"Lo kira adonan kue pakai cetakan segala."

•••

Sampai, mereka sudah sampai di tempat tujuan. Area sekitar Dago sudah banyak orang yang  datang. Ada yang sedang berjalan santai sembari mengobrol, berlari, senam, bersepeda, ada juga yang bermain sepatu roda atau bermain skateboard.

"Gue mau kesana ah." Harsa menunjuk gerombolan ibu-ibu yang sedang senam dipandu oleh instruktur senam. "Yuk Zan, Ju!" Tanpa meminta persetujuan Harsa menarik tangan Jauzan dan Juju.

Menyisakan Meldi, Rendi, Juan dan Cakra. Mereka memilih berjalan dengan sedikit berlari menyusuri area jalan di Dago.

"Gue gak mau kesana Bang, gue mau jalan santai aja." Juju mencoba melepaskan pegangan pada tangannya, namun tak bisa, pegangannya terlalu kencang.

"Udah ih, lo ikut gue aja," balas Harsa masih menarik kedua tangan saudaranya itu.

Jika Juju menolak, tidak dengan Jauzan terlihat pasrah ditarik-tarik oleh kembarannya. Dirinya terlalu malas hari ini.

"Selamat pagi Bu, saya boleh gabung gak?" tanya Harsa sopan dengan senyum cerahnya. Mau tak mau Juju dan Jauzan juga ikut tersenyum.

Beberapa ibu-ibu beserta sang instruktur menoleh pada sumber suara. Mereka menghentikan senam, ikut tersenyum saat melihat senyuman dari ketiganya.

Salah satu ibu-ibu disana bersuara."Boleh dong. Mana tega kita melarang tiga cowok seganteng kalian. Iya kan Ibu-ibu?" ucapnya dengan sebelah matanya yang mengedip genit.

"Yoi," balas ibu-ibu disana serempak, tidak dengan sang instruktur yang terlihat geleng-geleng kepala dengan tingkah ibu-ibu itu.

Harsa yang merasa dipuji ganteng, langsung melebarkan senyumnya. Tuh kan, dia itu ganteng!

Jauzan dan Juju hanya tersenyum sedikit dipaksakan saat mendengar ucapan ibu-ibu genit itu.

Dasar ibu-ibu genit, gak inget umur, batin Juju masih mempertahankan senyum terpaksanya.

Tahu gini gue berontak aja tadi dari si Harsanjing, batin Jauzan kesal.

Tenang teman-teman, mereka gak mungkin berucap secara langsung. Karena bagaimanapun ibu-ibu itu lebih tua dari mereka, dan mereka masih punya tata krama dan adab terhadap orang yang lebih tua.

"Yasudah, yuk kita lanjutkan senamnya!" ajak sang instruktur

Ibu-ibu tadi kembali berdiri di barisan, begitupun dengan Harsa, Jauzan dan Juju yang berdiri bersebelahan.

Harsa terlihat bersemangat mengikuti gerakan demi gerakan yang instruktur itu peragakan. Mulutnya juga ikut bersuara, menghitung dari satu sampai delapan.

Kita ke Meldi, Juan, Rendi Cakra. Keempatnya saat ini sudah sedikit jauh dari tempat dimana ketiga saudaranya ikut senam bersama ibu-ibu.

Sedang asik berjalan sambil sesekali mengobrol, mereka dikagetkan dengan suara teriakan keras dari arah belakang. Keempatnya serempak menoleh ke belakang, dan mata mereka membola saat melihat pemandangan didepannya.

"Lho, Harsa. Lo kenapa?" tanya Meldi.

"HUAAA, TOLONGIN GUE!"

•••

TBC

Silahkan menerka apa kira-kira yang terjadi pada Harsa! °---°


[30/05/2023]

Our Home [END] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang