71 : Berdua dengan Juju

2.4K 222 12
                                    

Happy Reading!

••••

“Mau kemana lo?” tanya Juju saat melihat Harsa yang akan turun dari bangsal yang ditempatinya. Ia saat ini sedang berada di ruang rawat Harsa, menemani sang kakak, sementara sisanya sudah berangkat kerja dan kuliah.

“Mau pipis gue, bantuin dong!”Harsa merentangkan kedua tangannya, berniat meminta tolong pada sang adik agar menggendongnya ke kamar mandi yang berada di dalam ruangan rawat Harsa.

“Jalan aja, gue pegangin.” Juju lantas langsung memegang tangan Harsa yang tak terpasang infus dan mengalungkannya pada leher.

“Padahal gue mau di gendong,” gumam Harsa sembari mencebikkan bibirnya saat rentangan tangannya diabaikan oleh Juju.

“Lo udah gede, berat,” sahut Juju dengan ekspresi datarnya.

Ish, gue tahu Juju nyebelin, tapi Junandra lebih nyebelin anjir, batin Harsa menggerutu.

Keduanya berjalan secara perlahan menuju kamar mandi, dengan tangan Harsa yang satunya ia gunakan untuk membawa tiang infusnya.

“Udah ah, lo sana aja tungguin di depan. Jangan ikut masuk.” Dengan tenaganya yang masih lemah, Harsa mendorong bahu tegap Juju yang dengan santainya ikut masuk kedalam kamar mandi.

“Oke,” ucap Juju lempeng yang dengan praktis langsung berjalan keluar kamar mandi.

“Kalau tahu Junandra masih kayak dulu, mendingan Juju aja deh yang muncul,” monolog Harsa yang baru menyelesaikan pipisnya sembari membenarkan celana yang dipakainya setelah sebelumnya sempat mencuci tangan.

“Pokoknya gue harus cari ide supaya si Juju kembali lagi.”

Saat Harsa membuka pintu, dirinya harus dibuat terkejut karena Juju yang ternyata benar-benar menunggunya di depan pintu. Sebenarnya yang membuat dirinya terkejut itu karena raut datar yang ditampilkan Juju.

“Anjir lo, ngagetin gue aja.” Harsa mengelus-elus dadanya yang terasa berdetak lebih cepat dari biasanya, efek dari kekagetannya.

Sorry,” ucap Juju dingin tak merasa bersalah sedikitpun. Namun, jika lebih teliti lagi ada rasa khawatir yang terlihat dalam manik mata Juju, yang Harsa sepertinya tak menyadarinya.

It’s okey, udah ah bantuin gue jalan lagi!” Juju pun kembali membantu Harsa berjalan.

“Ju, gue laper. Kita makan yuk ke kantin?” ajak Harsa setelah dirinya duduk di atas bangsal.

“Tuh, itu aja makan! Kasian perawat yang udah buat,” ucap Juju sembari menunjuk semangkuk bubur yang terlihat masih mengepul di meja nakas.

“Kapan nganterinnya? Pas gue di kamar mandi ya?” Juju mengangguk mengiyakan. “Tapi, Ju. Makanan rumah sakit itu gak enak, hambar,” lanjutnya berucap pelan sembari melirik sekitar, takut ada yang mendengar.

“Emang kalau ke kantin lo mau beli apa?” tanya Juju mencoba bersabar, masih ingat kan jika Junandra itu emosian?

Harsa menyimpan jari telunjuknya di dagu, kedua matanya menatap keatas. Memikirkan makanan apa yang dirinya inginkan pagi ini. “Gimana kalau seblak?”

Juju berdecak. “Lo masih sakit, jangan makan yang kayak gitu dulu.”

“Bakso merecon?”

“Enggak!”

“Mie ayam?”

“Enggak!”

“Tahu isi cabe?”

Our Home [END] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang