Happy Reading!
••••
“Ah, sejuknya,” gumam Harsa yang akhirnya bisa keluar dari ruang rawatnya setelah membujuk Juju untuk menemani dirinya, juga setelah mendapatkan persetujuan dari dokter yang menanganinya.
Keduanya saat ini sedang menduduki salah satu kursi putih panjang yang letaknya berada di ujung taman, keduanya sengaja memilih tempat tersebut dari banyaknya kursi kosong yang tersedia sebab udara disana yang sejuk juga cahaya matahari pagi yang langsung menyoroti kursi tersebut.
“Masih pagi, tapi disini udah rame banget,” ucap Harsa saat melihat keramaian di taman yang kebanyakan sama-sama pasien di rumah sakit ini.
“Ju, gue kesana ya?” Harsa menunjuk salah satu spot yang tak jauh dari kursinya, yang disana terlihat seorang bocah lelaki yang terlihat sedang melamun sembari memandangi sebuah bunga matahari yang sudah terlihat layu ditangannya.
“Ckk,” Juju berdecak. “Diem disini deh, bisa gak? Lo masih belum sepenuhnya pulih Bang.”
“Tapi, Ju. Ini cuma sepuluh langkah palingan buat nyampe kesana.”
Juju kembali berdecak, namun dirinya berdiri dan mulai membantu Harsa yang wajahnya terlihat muram. “Yaudah, ayo!”
Ajakan tersebut membuat Harsa langsung menoleh pada sang adik, ia tersenyum kecil sebagai ucapan terima kasih. Hingga akhirnya, keduanya benar-benar menghampiri bocah kecil tersebut.
“Hai, Dek. Sendirian aja,” sapa Harsa membuat bocah tersebut mendongakkan kepalanya menatap dua lelaki tampan yang ada di hadapannya. “Kita boleh duduk disini kan?” Bocah itu mengangguk, mempersilahkan keduanya duduk disisinya.
Saat mendapat persetujuan, Harsa langsung terduduk tepat disebelah si bocah, sementara Juju disebelah Harsa.
“Nama kamu siapa?” tanya Harsa mencoba mengakrabkan diri dengan si bocah yang lagi-lagi kembali menundukkan kepalanya.
“Saga,” jawab bocah kecil tersebut lirih.
“Oh, Saga,” beo Harsa. “Kenalin, nama gue Harsa, nah yang sebelah gue itu Juju, Adek gue yang paling bego. Saga, bisa panggil kita Abang.”
Juju langsung mendelik tajam pada sang kakak yang matanya masih tertuju pada bocah bernama Saga tersebut. Enak saja mengatai dirinya bego.
“Lo tuh yang bego,” balas Juju tak santai balik mengatai Harsa.
“Diem bego!” Harsa menatap tajam Juju yang tidak ada pengaruh apapun untuk Juju yang malah membalas tatapannya tak kalah tajam. Harsa yang kesal langsung mencubit lengan berotot sang adik. Membuat Juju tanpa sadar meringis merasakan cubitan Harsa yang tak main-main sakitnya.
Perdebatan kecil mereka menimbulkan sebuah tatapan heran dari Saga yang kini sudah kembali menegakkan kepalanya.
“Saga, kenapa sendirian? Gak main sama yang lain?” tanya Harsa seolah tak tejadi apapun.
Raut wajah Saga berubah menjadi sedih. “Mereka gak mau main sama Saga, katanya Saga penyakitan, mereka takut ketularan, katanya Saga juga bentar lagi mati,” lirihnya memberi tahu.
Baik Harsa maupun Juju langsung terdiam mendengar lirihan penuh kesedihan itu. Anak kecil zaman sekarang mulutnya sudah tajam-tajam sekali jika berbicara.
“Hey, Saga! Dengerin Abang!” Harsa memegang kedua bahu kecil Saga, ia menatap Saga dengan tatapan teduhnya. “Kamu gak usah dengerin omongan mereka ya?”
“Omongan mereka semuanya bener Bang, Saga bentar lagi juga mati.” Saga menangis pelan saat mengatakan kalimat tersebut. Namun, tiba-tiba raut wajahnya berubah menjadi cerah. “Tapi, Saga senang. Itu artinya bentar lagi Saga bisa nyusul Ayah ke surga.”
Hati kedua pemuda Abimana tersebut langsung mencelos, saat mendengar ucapan terakhir Saga yang terdengar senang sekali saat mengucapkan dirinya senang akan bertemu sang ayah yang ternyata sudah tiada di dunia ini.
Tak mau berlarut dalam kesedihan yang tercipta tanpa disadari, Juju akhirnya berceletuk, “Kita beli es krim yuk, kalian mau gak?” celetuknya saat melihat penjual es krim yang sedang mangkal tepat di depan taman rumah sakit.
Mendengar kata makanan manis kesukaannya disebutkan, tanpa sadar Saga langsung mengangguk antusias. “Mau!” pekiknya.
“Yaudah, yuk kita beli!”
Ketiga lelaki berbeda usia itu langsung berdiri, dan berjalan dengan santai ke arah penjual es krim yang terlihat sedang melayani beberapa pembeli.
•••
“Enak gak?” tanya Harsa pada Saga yang terlihat menikmati es krim berbentuk semangka yang dirinya pesan. Sedangkan Harsa sendiri memilih membeli es krim rasa cokelat, dan Juju rasa vanilla.
“Enak, enak banget!” Saga mengangguk antusias. “Makasih ya Bang, udah bikin Saga seneng!” lanjutnya berterima kasih yang terdengar penuh ketulusan di dalamnya.
“Oke, lain kali kalau Saga gak ada temen buat main, datang aja ke ruangan Abang, letaknya gak jauh dari taman kok.”
“Siap!”
“Saga!” Ketiga orang yang masih asyik menikmati es krim itu menoleh pada sumber suara.
“Bunda!” pekik Saga senang saat melihat sang bunda yang berdiri tak jauh dari dirinya. “Sini!”
“Ya ampun, sayang. Bunda panik banget cariin kamu, ternyata kamu malah asyik makan es krim.” Bunda Saga, kita sebut saja Gita, langsung membawa tubuh kecil Saga dalam dekapan hangatnya.
“Hehe, maaf Bunda. Saga lupa kasih tahu Bunda kalau mau keluar.” Saga cengengesan sembari membalas pelukan sang bunda. “Oh iya, Bunda. Kenalin, mereka temen baru Saga, Bang Harsa dan Bang Juju.” Saga memperkenalkan Harsa dan Juju kepada sang bunda.
Gita melepaskan pelukan eratnya, dirinya langsung tersenyum kecil saat netranya menangkap dua pemuda yang sama-sama sedang menatap kearahnya. “Halo, saya Gita. Bundanya Saga.”
“Salam kenal Mbak!” Harsa sedikit membungkuk sopan, sedangkan Juju hanya tersenyum kecil.
“Bunda, Saga ke suster Mila dulu ya. Ini udah masuk waktu Saga buat kemoterapi!” Saga memeluk tangan kanan bundanya saat melihat suster yang selalu menemaninya terlihat menunggu di luar ruangan. “Bang, Saga kesana dulu ya.” Tangan kecil Saga melambai-lambai pada Harsa dan Juju yang dibalas oleh Harsa dengan lambaian.
Kini tersisa Gita, Harsa dan Juju disana.
“Saya boleh ikut duduk?” Harsa mengangguk mempersilahkan wanita dihadapannya untuk menduduki space kosong yang tersedia di sebelahnya.
“Terima kasih ya, sudah membuat Saga senang. Setelah masuk rumah sakit, saya sudah tidak pernah lagi melihatnya tersenyum ceria seperti tadi. Terima kasih sudah membuat Saga melupakan sakitnya, walaupun hanya sejenak, saya senang sekali.”
“Ah, iya Mbak. Tidak perlu berterima kasih, sudah seharusnya sesama manusia saling membantu kan?” Gita tersenyum kecil. Beruntung sekali putranya bertemu dengan kedua pemuda di sebelahnya ini. Mereka terlihat positive vibes dan ramah sekali.
“Kalau boleh tahu, Saga sakit apa ya Mbak?” tanya Harsa dengan hati-hati, takut membuat Gita bersedih.
“Sama dengan Ayahnya, Kanker Leukimia.” Ekspresi wajah Gita berubah menjadi sendu saat mengingat penyakit mematikan yang bersarang di tubuh kecil putra semata wayangnya.
Harsa dan Juju langsung membelalakkan matanya mendengar hal tersebut. Tak menyangka jika bocah sekecil dan selucu Saga harus menderita penyakit berat dan mematikan seperti Leukimia. Malang sekali nasib Saga.
••••
TBC
[11/08/2023]
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Home [END] ✓
Fiksi PenggemarADA BAIKNYA, FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA!! Our Home Hanya berkisah tentang kehidupan sehari-hari 7 pemuda bersaudara di lingkungan sekitar dengan para tetangga, sahabat dan orang-orang terdekatnya. Penasaran? Langsung saja baca. Warning!! • NCT Drea...