Happy Reading!
••••
Satu bulan berlalu begitu cepat, ketujuh pemuda Abimana masih terus berlanjut dengan kesibukan masing-masing, bekerja dan berkuliah.
Besok, di waktu siang hari lebih tepatnya, Jauzan beserta teman-teman satu fakultasnya akan melakukan volunteer mereka dengan melakukan perjalanan ke kampung Waerebo, sebuah desa terpencil yang terletak di kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur.
"Lo disana mau berapa hari Bang?" tanya Juju yang sedang memperhatikan Jauzan mengemasi barang-barang yang akan dibawanya untuk perjalanan kali ini.
"Lima hari, maybe," jawab Jauzan seraya mengedikkan bahunya. "Belum pasti juga, soalnya kita masih belum tahu kondisi disana sekarang."
"Kesana mau naik apa?" tanya Juju kembali.
"Naik odong-odong," jawab Jauzan datar.
"Emang bisa? Kalau bisa, gue ikut dong, kayaknya seru ke NTT naik odong-odong." Juju menatap Jauzan penasaran.
Mendengar penuturan tersebut, raut Jauzan yang semula datar, menjadi lebih datar, tanpa ekspresi. "Iya, bisa. Bisa satu bulan baru sampai disana," sahutnya.
"Lama dong?" tanya Juju polos.
Tak mau menjawab, Jauzan memilih tak mengindahkan pertanyaan sang adik. Ia lebih memilih fokus dengan pakaian yang akan dirinya bawa. Karena, percuma meladeni Juju yang sedang mode polos-polos bego seperti ini.
"Uzan!" panggil Harsa dari daun pintu kamar Jauzan. "Si Cakra emang mau ikut ya sama lo ke Waerebo?" lanjutnya bertanya.
"Iya," jawab Jauzan yang membuat Juju dan Harsa langsung mendekati dirinya.
"Gue juga ikut dong, ya?" Harsa menatap Jauzan penuh harap.
"Gue juga mau," timpal Juju.
"Gak boleh!" larang Jauzan penuh kemutlakan.
"Lho, kenapa? Kok gak boleh, tapi Bang Cakra boleh?" tanya Juju menyampaikan protesannya.
"Gue sama Cakra kesana bukan mau tamasya, tapi mau jadi sukarelawan." Jauzan berjalan kearah meja komputer, memeriksa ponselnya yang berdering. "Gue ngangkat telepon dulu." Setelah mengatakan itu, Jauzan berjalan menuju balkon kamarnya.
"Halo!"
"...."
"Kenapa?"
"...."
"Kok bisa?"
Dapat Harsa dan Juju dengar, pembicaraan Jauzan dengan orang yang meneleponnya terdengar serius sekali, bahkan Jauzan sesekali berdecak.
"Kenapa sih lo? Kayak kesel gitu?" tanya Harsa saat Jauzan sudah kembali.
"Penerbangan yang kita ambil besok harusnya siang hari, tapi ditunda jadi sore hari," jelas Jauzan membuat Harsa dan Juju mengangguk mengerti.
"Oh, kirain kenapa," ucap Juju yang akan kembali melancarkan acara membujuk Jauzan. "Please Bang, gue boleh ikut ya kesana?" Juju menggenggam erat tangan kakak kelimanya.
"Gue bilang jangan, ya jangan ya Dek," ucap Jauzan melepaskan genggaman erat ditangannya. "Nanti, kita kesana bareng yang lainnya, sekarang gue dulu sama si Cakra yang kesana."
"Udahlah Ju, percuma ngebujuk itu manusia, gak bakalan mempan. Mending kita ke bawah, malam-malam gini kayaknya enak deh kalau makan mie instan." Harsa merangkul bahu Juju sembari melangkahkan kakinya menjauhi kamar sang kembaran.
•••
"Lo udah siapin barang yang bakalan di bawa?" tanya Jauzan pada Cakra saat dirinya menghempaskan tubuhnya pada sofa.
"Udah dong," jawab Cakra masih fokus dengan tayangan televisi di depannya.
"Kalian berdua, beneran udah dapat izin dari dosen?" tanya Juan yang diberi anggukan kepala oleh Jauzan dan Cakra.
"Disana, mau berapa hari?" tanya Rendi yang baru kembali dari dapur, selepas membuat segelas teh manis.
"Lima hari, atau bisa aja lebih Kak," jawab Jauzan.
"Ada berapa orang yang ikut ke Waerebo?" Kali ini Meldi yang bertanya.
"Sepuluh orang, sama gue dan Cakra jadi dua belas orang."
"Kalau udah sampai disana, hati-hati, jangan asal bicara. Apalagi lo Dek!" Rendi menatap Cakra, dirinya mewanti-wanti.
"Iya Kak, gue bisa ngendaliin filter mulut gue kok, tenang aja." Tangan panjang Cakra menggapai remot di dekatnya, bermaksud mengganti channel TV yang saat ini menampilkan tayangan iklan.
"Lo pikir, mulut lo fitur instagram, ada filternya segala," celetuk Juan yang hanya dibalas cengiran oleh Cakra.
Prang!
"IH JUJU, KOK LO TUMPAHIN MIE-NYA SIH!"
pekikan dari Harsa membuat Cakra dan Rendi langsung menghampiri kedua saudaranya yang berada di dapur, sementara Meldi, Juan dan Jauzan masih tetap fokus menonton, ini sudah biasa.
•••
"Gara-gara lo nih, gue jadi harus rebus lagi mie-nya kan? Padahal yang tadi kelihatan enak banget." Harsa bersungut-sungut sembari memasukkan mie ke dalam panci yang sudah terisi air mendidih.
"Sorry Bang, tangan gue licin tadi," balas Juju yang sedang membersihkan sisa-sisa mie yang terjatuh ke lantai dibantu oleh Cakra yang saat ini sedang memunguti pecahan mangkuk kaca yang tadi ikut terjatuh.
"Dek, jari lo berdarah itu!" beritahu Rendi pada Cakra yang masih asik memunguti pecahan mangkuk dibawahnya.
"Lah iya," ucap Cakra saat menyadari jari telunjuk dan jempolnya berdarah, cukup banyak, bahkan sampai menetes ke lantai.
"Sini, sini! Cuci pakai air." Harsa menarik tangan kanan Cakra, dan menyalakan kran di westafel, membatu Cakra membersihkan darah dikedua jari sang adik.
Rendi yang melihat beberapa tetes darah yang mengotori lantai, langsung mengambil kain pel, air bersih dan pewangi lantai. Ia berniat membersihkan darah tersebut, sekalian mengepel sisa-sisa noda dari bumbu mie juga air rebusannya yang masih tersisa.
"Aduh, sorry ya Bang, lo jadi kegores gitu jarinya." Juju meminta maaf pada Cakra yang sedang menempelkan plester luka di kedua jarinya. "Gue juga minta maaf udah ngerepotin lo Kak, makasih juga udah bantu bersihin lantainya," lanjutnya yang kali ini ditujukan untuk Rendi yang sedang mencuci tangan.
"Gak papa elah, luka kecil doang," balas Cakra yang tahu sekali jika Juju sedang merasa bersalah.
"Gak usah minta maaf sama bilang makasih atuh Dek, kita kan saudara, sudah seharusnya saling membantu," ucap Rendi memberikan senyum kecil pada si bungsu.
"Nah, mie-nya udah mateng. Yuklah kita samperin Kak Meldi, Bang Juan sama Jauzan!" ucap Harsa menginterupsi obrolan ketiga saudaranya, kedua tangannya memegang mangkuk besar berisi mie yang dirinya buat.
••••
TBC
Sorry, kalau makin kesini, makin kesana.
[21/08/2023]
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Home [END] ✓
Fiksi PenggemarADA BAIKNYA, FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA!! Our Home Hanya berkisah tentang kehidupan sehari-hari 7 pemuda bersaudara di lingkungan sekitar dengan para tetangga, sahabat dan orang-orang terdekatnya. Penasaran? Langsung saja baca. Warning!! • NCT Drea...