Happy Reading!
••••
"Leo mau makan apa? Nasi goreng atau roti selai cokelat?" tanya Harsa pada Leo yang sudah duduk anteng di kursinya.
"Mau roti selai cokelat saja Pa," jawab Leo yang langsung dilaksanakan oleh Harsa.
"Leo kenapa?" tanya Meldi saat melihat bekas air mata di wajah Leo.
"Tuh, jatoh dari kasur karena di jahilin si Cakra," jawab Rendi menduduki kursi kosong di sebelah Juan yang sedang membuat teh manis.
"Ya ampun Dek, masih pagi udah jahil aja," decak Meldi menggelengkan kepalanya, yang Cakra balas dengan cengiran.
"Habisnya dia lucu sih."
"Tapi, Leo gak papa kan?" tanya Juan pada Leo yang sedang memperhatikan Harsa yang masih mengoleskan selai cokelat ke roti tawar yang di pegangnya.
"Gak papa kok Om, sakitnya sudah hilang," jawab Leo yang dijawab helaan napas lega oleh Juan.
"Bang, diem ish! Gue lagi menikmati nih," celetukan dari Juju yang sedang makan, namun diganggu oleh Jauzan mengalihkan perhatian keenam pasang mata yang saat ini sudah beralih pada keduanya.
"Apasih, gue cuma nepuk bahu lo doang sekali. Tapi reaksi lo berlebihan banget," balas Jauzan santai seraya memasukkan satu sendok nasi goreng ke dalam mulutnya.
"Tapi gara-gara tepukan lo, nasi yang gue kunyah jadi keluar lagi monyet," ucap Juju disertai dengan kata kasar di akhir.
"Monyet?" tanya Leo pelan. "Mana? Dimana ada monyet? Leo mau lihat," lanjutnya bertanya dengan antusias
Harsa, Meldi, Juan, Rendi, Jauzan dan Cakra langsung menatap tajam Juju yang saat ini sedang meringis takut dengan tatapan tajam dari keenam abangnya.
"Usahakan jangan ngomong kasar kalau di dekat anak kecil," ucap Meldi memperingati.
"Iya Kak, sorry! Gue kelepasan," balas Juju pelan.
•••
"Leo!"
Panggilan dari Harsa membuat Leo langsung menghentikan acara Leo yang sedang memberikan Pou makanan dalam permainan 'POU' yang sedang dirinya mainkan.
"Kenapa Papa?" tanya Leo mengembalikan ponsel Harsa yang dirinya gunakan untuk bermain. Yang langsung diterima Harsa dengan santai.
Saat ini keduanya sedang berada di halaman belakang rumah setelah sebelumnya melakukan sarapan pagi bersama dengan yang lainnya. Meldi dan Rendi sudah berangkat kerja, sedangkan sisanya memilih untuk kembali ke kamar masing-masing, mungkin saat ini mereka sedang membereskan kamar masing-masing.
"Panggilannya di ganti mau gak?" tanya Harsa hati-hati.
"Maksudnya?" Leo memiringkan kepala mungilnya ke kanan membuat Harsa yang melihat memekik gemas dengan aksi Leo.
"Leo panggil Papa, Kakak, jangan Papa. Dan panggil yang lainnya juga Kakak jangan Om. Mau gak?"
"Lho kenapa?" tanya Leo bingung. "Masa Leo manggil Papa, Kakak sih, kan itu gak sopan."
Harsa meringis pelan, tangannya menggaruk tengkuknya saat dirinya merasa bingung. "Aduh, gimana ya jelasinnya, Kakak bingung."
"Gini, aku itu bukan Papa Leo yang asli, memang benar yang di foto itu Papa Leo, tapi itu bukan aku, kita cuma kebetulan mirip aja. Jadi Leo panggil aku sama saudara aku, Kakak aja ya?" lanjutnya menjelaskan dengan hati-hati, bahkan Harsa mengubah panggilan dirinya sendiri dengan kata 'aku'
Sebenarnya Leo ingin protes, namun saat melihat Harsa yang menatapnya penuh permohonan membuat Leo mau gak mau mengangguk. "Yasudah, Leo panggil kamu Kakak mulai dari sekarang."
Harsa langsung tersenyum lebar, begitu lebih baik pikirnya. "Pinternya!" puji Harsa sembari mengecup pipi kanan Leo satu kali saking gemasnya dengan Leo.
"Leo kan memang pintar Kak," balas Leo penuh percaya diri. Bahkan saat ini dirinya berkacak pinggang dengan dada yang dibusungkan, sebab merasa bangga dengan dirinya sendiri.
Harsa terkekeh. "Kita masuk yuk!" ajak Harsa yang dibalas oleh Leo dengan anggukan.
Saat sudah sampai di ruang keluarga, keduanya dibuat heran dengan tingkah aneh Juju yang saat ini sedang berguling-guling di dinginnya lantai marmer sembari memukul kepalanya berkali-kali.
"Lo kenapa Dek?" tanya Harsa mengagetkan Juju yang saat ini sudah menghentikan aksinya dan beralih mengelus dadanya pelan.
"Ngagetin aja lo Bang," balas Juju merasa kesal. "Gue gak papa, cuma lagi kesel aja."
"Kesel kenapa Kak?" tanya Leo penasaran.
Juju yang mendengar panggilan Leo yang berubah mengernyit. "Kok Kak? Bukan Om?"
"Kata Kak Harsa, Leo harus manggil kalian semua Kak," jawab Leo polos.
Juju mengangguk mengerti. "Iya sih, lebih baik Leo panggil kita Kak aja. Kalau manggilnya Papa atau Om, rasa-rasanya kita kayak udah tua."
"Lo kan, emang udah tua. Buktinya aja lo sering lupa nyimpen kaos kaki lo sendiri, dasar pikun," sahut Jauzan yang ikut bergabung dengan Harsa dan Leo.
"Sembarangan kalau ngomong lo Bang," ucap Juju merasa kesal dengan sahutan Jauzan yang terdengar santai dan penuh ejekan.
"Lho, gue kan emang bicara fakta," balas Jauzan disertai dengusan pelan.
Jauzan mengambil kripik singkong dalam toples kaca yang tersedia di meja, membuka tutupnya dan mulai memakan kripik tersebut.
"Leo mau?" tawarnya pada Leo yang ternyata sedang melihat kearahnya.
"Mau," jawab Leo seraya mengambil segenggam kripik tersebut dan memasukkan semuanya ke mulut kecilnya, menyebabkan kedua pipi gembilnya mengembung lucu.
"Anjir, lucu banget!" pekik Juju mencubit main-main kedua pipi Leo.
"Juju, bahasa lo!" peringat Harsa yang dibalas cengiran khasnya Juju.
"Lupa Bang, hehe."
"Tuhkan, lo itu udah tua. Baru aja tadi pas sarapan dijelasin tentang 'jangan ngomong kasar kalau depan anak kecil', eh beberapa jam kemudian udah dilupain. Apa itu namanya kalau bukan pikun?"
"Diem deh Bang! Ini masih pagi."
"Gue tahu kok ini masih pagi, yang bilang ini malam, siapa?" Jauzan semakin gencar melakukan aksinya dengan santai, berusaha menahan tawanya saat melihat wajah Juju yang berubah merah, menahan kekesalan.
"Gak tahu ah, gue cabut!" Juju bergegas keluar dari rumah.
"Lah, ngambek dia," gumam Jauzan santai disertai dengan kekehan pelan, seraya kembali memasukan satu kripik singkong ke dalam mulutnya.
"Tumben lo jahil, biasanya lo yang paling males masalah jahilin orang. Lagi seneng ya lo?" celetuk Harsa bertanya di akhir.
"Lagi pengen aja," sahut Jauzan mengedikkan bahunya.
••••
TBC
[15/07/2023]
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Home [END] ✓
Fiksi PenggemarADA BAIKNYA, FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA!! Our Home Hanya berkisah tentang kehidupan sehari-hari 7 pemuda bersaudara di lingkungan sekitar dengan para tetangga, sahabat dan orang-orang terdekatnya. Penasaran? Langsung saja baca. Warning!! • NCT Drea...