52 : Random Talk

1.1K 141 1
                                    

Happy Reading!

••••

"Banyak banget yang lo pesen Dek," ucap Juan saat melihat pesanan Harsa yang diletakkan diatas meja bundar dihadapannya.

"Iya Bang, gue lapernya, laper maksimal soalnya," jawab Harsa menduduki kursi kayu yang tersisa.

"Halah, bahasa lo," sahut Doni seraya menyuapkan satu sendok batagor.

"Hehe, gak papa dong Bang."

Saat ini kesepuluh pemuda tampan itu sedang berada di sebuah tempat yang tidak jauh dari area street food. Mereka terduduk di sebuah kursi kayu yang ditengahnya terdapat meja bundar yang lumayan besar untuk menampung jajanan kesepuluh pemuda tersebut.

"Yakin habis lo?" tanya Meldi memastikan sembari bergidik melihat banyaknya jajanan yang dibeli Harsa.

"Yakin atuh Kak, tenang aja," balas Harsa membuka sterofoam berisi bakso bakar yang pertama kali dirinya incar saat menginjakkan kaki di area street food.

"Seblak asli Bandung enak banget anjir," ucap Winata setelah menelan satu sendok seblak campur yang dirinya beli. "Cobain deh Bang!" Winata menggeser mangkuk plastik berisi seblaknya pada Doni.

Doni yang penasaran pun memilih mencobanya, matanya terpejam menikmati sensasi pedas dan enak yang lidahnya rasakan.

"Enak kan?" tanya Winata menatap Doni menunggu persetujuan.

Doni mengangguk. "Iya, bumbunya juga lebih berasa."

"Gue nyobain dong Bang," ucap Jamal mencoba meraih mangkuk seblak tersebut. "Eh iya, enak," lanjutnya menyetujui setelah memasukkan satu sendok kedalam mulut.

"Iya atuh, pasti enak." Harsa menimpali. "Kalian kan nyobainnya pas lagi di kota asal seblak tercipta," lanjutnya seraya mengumpulkan tusuk bakso bakarnya yang sudah habis di makan.

Tangannya beralih mengambil cireng isi yang masih terlihat panas. Mengambilnya satu, dan memasukkannya ke dalam mulut sekaligus, membuat pipinya mengembung. "Gila, cirengnya enak banget," gumamnya disela-sela kunyahannya.

"Gue minta satu." Juan mencomot satu cireng yang dibeli Harsa.

"Kalian mau?" tawar Harsa seraya menggeser sterofoam berisi cirengnya ke tengah meja bundar tersebut.

"Gue makan batagor doang aja udah kenyang banget ini perut," ucap Meldi yang sudah menghabiskan batagor yang dibelinya.

"Lo belum ngerasa kenyang Bang?" tanya Juju pada Harsa yang saat ini sudah beralih pada siomay yang tadi mereka beli.

Harsa menggelengkan kepala. "Belum."

•••

"Kalian ada yang mau gak?" tawar Harsa pada sembilan saudaranya yang sudah menghabiskan jajanan mereka, sedangkan dirinya masih sibuk mengunyah kue pukis yang dirinya beli. Masih tersisa kresek berisi batagor, bakso kuah, tahu isi, basreng, ketan bakar, dan kue pancong.

"Kenapa lo Bang? Udah ngerasa kenyang?" tanya Cakra yang dibalas anggukan oleh Harsa. "Katanya bakalan habis."

"Gue tarik lagi deh omongan yang itu, sekarang perut gue cuma butuh yang seger-seger sama manis aja," balas Harsa seraya membuka mangkuk plastik berisi es goyobod yang dirinya beli.

"Makanya kalau beli sesuatu itu secukupnya aja," ucap Meldi menasehati sang adik.

"Terus ini sisanya gimana? Kita semua udah pada kenyang," tanya Rendi.

"Buang aja," usul Juju.

"Jangan anjrit, itu gue belinya pakai uang," sahut Harsa.

"Yang bilang pakai daun siapa?" Jauzan menimpali sahutan Harsa dengan satu alis terangkat.

"Gak usah sok ganteng lo," ucap Jamal melihat mimik wajah Jauzan.

"Gue kan emang ganteng Bang," balas Jauzan santai.

"Perasaan gue aja atau gimana, malem ini lo nyebelin banget sih," celetuk Juan.

Jauzan mengernyitkan keningnya. "Nyebelin gimana? Gue kan setiap hari juga begini."

"Ya gitu, pokoknya kayak beda aja."

Ditengah obrolan itu, Harsa dan Winata berdiri. Keduanya mengambil kresek berisi jajanan Harsa yang tersisa.

"Mau kemana?" tanya Doni.

"Kesana tuh." Dagu Harsa mengarah pada sekumpulan anak kecil yang sedang duduk di trotoar jalan sembari mengobrol, entahlah mengobrolkan apa. "Kita kasih ke mereka aja ini jajanan."

Harsa dan Winata mulai berjalan mendekat kearah yang ditunjuk Harsa sebelumnya. Keduanya mengobrol sebentar dengan sekumpulan anak tersebut, setelahnya memberikan semua kresek yang mereka pegang.

•••

Hari sudah semakin malam, namun kesepuluh pemuda tampan itu terlihat masih menikmati waktu mereka di sana, tanpa berniat untuk pulang. Dinginnya udara malam tak membuat mereka pergi.

"Lihat deh!" ucap Harsa membuat kesembilan saudaranya menatap kearah yang ditunjuk Harsa. Sedikit jauh dari kesepuluh pemuda tersebut duduk, terdapat dua orang remaja berbeda gender yang sedang mengobrol, dengan kepala si perempuan yang bertengger di bahu si laki-laki.  "Romantis banget kan? Gue kapan ya kayak gitu?"

"Kapan-kapan," jawab Jauzan kembali memfokuskan diri dengan permainan onlinenya.

"Anjrit, kalian harus lihat dua orang yang duduk di sebelah kanan kita," ucap Doni pelan saat melihat dua orang yang sedang berpelukan mesra, tanpa perduli dengan sekitar. "Ini sih lebih romantis dari yang tadi," lanjutnya.

"Mereka gak malu apa ya mesra-mesraan di tempat umum?" komentar Juju sudah seperti netizen saja.

"Biarin aja sih Ju, mereka berdua ini. Asal jangan kita," timpal Meldi. "Lo, jangan gitu tapi kalau udah punya pacar!" peringkatnya.

"Baik Kakanda," balas Juju seraya berdiri, dan membungkukkan badannya sembilan puluh derajat kearah sang kakak.

"Wakanda?" tanya Harsa heran.

"Gue bilang kakanda Bang, bukan wakanda," jelas Juju yang sudah kembali duduk. "Dikira ular wakanda kali ah."

"Tumben lo nurut," celetuk Cakra.

"Ckk, gue nurut salah, gak nurut apalagi. Mau lo apasih Bang?" Juju melirik kembarannya sinis.

"Lo nanya apa mau gue? Gue sih berpikirnya realistis aja. Gue mau duit," jawab Cakra.

"Tuh, minta ke Kak Meldi," balas Juju.

"Ini, kita sebenarnya lagi ngobrolin apa sih, tadi tentang orang pacaran, Kakanda atau wakanda, terus sekarang malah ngobrolin duit." Jamal akhirnya bersuara setelah sebelumnya hanya menyimak dengan raut ngebugnya.

"Udahlah Bang, biasanya emang gitu kalau ngobrol. Suka kemana-mana," balas Juan yang sedari tadi hanya menyimak sama seperti Jamal. Namun, tidak sampai ngebug.

••••

TBC

Hari ini triple up, maaf kalau gitu-gitu aja. Dan terima kasih kepada yang sudah berkenan membaca, maupun yang sudah memberikan voment pada cerita gaje ini!

See you!

[26/07/2023]

Our Home [END] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang