08 : Panti Asuhan

2.8K 274 5
                                    

Happy Reading!

••••

Selepas dari tempat pemakaman umum, Meldi kembali menjalankan mobilnya ke arah barat, ke arah sebuah panti asuhan yang sering mereka bertujuh kunjungi setelah selesai berziarah dari makam kedua orang tuanya.

Dan sesuai dengan permintaan Jauzan, saat melihat sebuah supermarket, Meldi menghentikan laju mobil. Ia memakirkan mobil di parkiran supermarket.

"Gue ikut lo ya Zan, mau beli minum!" seru Harsa yang ikut turun bersama Jauzan.

"Hm," balas Jauzan dengan deheman malas.

"Ah, dinginnya," celetuk Harsa senang saat baru masuk pintu supermarket dan langsung merasakan sejuknya ruangan yang bersumber dari AC dan mengenai permukaan kulitnya.

"Cih, memalukan," sahut Jauzan dengan nada mencemooh disebelah Harsa.

"Ah lo mah, kayaknya gak bisa banget denger gue seneng," balas Harsa disertai dengusan pelan.

"Lagian, lo norak. Kayak gak pernah ngerasain sejuknya AC aja, padahal di rumah banyak," ucap Jauzan sebal.

"Ya kan kalau di supermarket gini terasa beda," balas Harsa.

"Bedanya apa?"

"Kayak ada wangi-wanginya, sewangi cewek-cewek di fakultas gue."

"Ckk, wangi apaan? Yang ada bau kemenyan setiap gue mampir ke fakultas lo."

"Ish, hidung lo bermasalah ya? Orang cewek-cewek di fakultas gue pada wangi semerbak, kayak cucian yang habis dari laundry."

"Ini jadi beli minum atau enggak? Kenapa malah ngomongin wangi cewek-cewek di fakultas lo?"

"Lah iya, dasar Jauzan idiot."

Jauzan yang tak terima dirinya dikatai idiot langsung menoyor kening kembarannya kasar, yang membuat Harsa meringis  keras. "Sakit bego!"

"Rasain!"

Penjaga kasir yang mendengar obrolan tersebut hanya bisa mencoba menahan tawanya agar tidak keluar.

"Kalau mau ketawa, ketawa aja Mas! Jangan ditahan-tahan gitu." Mendengar ucapan itu sang kasir langsung mengeluarkan tawanya.

"Silahkan Dek masuk! Maaf, kalian menghalangi jalan," ucap kasir itu pada akhirnya.

Jauzan mengambil keranjang belanja di pojok kiri, dan mulai melangkahkan kakinya ke arah etalase yang penuh dengan berbagai macam snack dan roti tawar. Berbeda dengan Jauzan, Harsa memilih melangkah ke arah lemari pendingin dengan menenteng satu keranjang belanja. Tangannya mulai membuka lemari pendingin tersebut, dan mengambil beberapa minuman isotonik. Selesai dengan minuman isotonik, Harsa beralih pada pendingin berisi bermacam-macam es krim.

"Wih, es krimnya pengen gue borong semua rasanya," gumam Harsa disertai dengan matanya yang berbinar saat melihat bungkusan es krim di hadapannya.

"Secukupnya aja!" ucap Jauzan memperingati saat melewati Harsa.

"Iya ah, gak usah diingetin juga," balas Harsa sebal pada Jauzan yang sudah menjauh.

Tak berselang lama, mereka berdua selesai dengan belanjaannya. Jauzan dan Harsa memberikan keranjang berisi makanan dan minuman itu ke sang kasir.

"Ini satukan saja Dek?" tanya mas kasir tersebut.

"Iya Mas, satuin aja, soalnya dia yang bakal bayar." Dagu Harsa menunjuk pada Jauzan yang sedang mengecek ponsel.

"Baik Dek."

•••

Harsa dan Jauzan memasukkan kresek belanjaan mereka ke bagasi, lalu memasuki mobil. Tak lama, mobil pun kembali melaju.

Our Home [END] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang