Happy Reading!
••••
"Gimana rasanya berenang di malam hari?" tanya Juju dengan nada meledek pada Cakra yang sudah berganti pakaian dengan pakaian kering.
Tanpa menjawab pertanyaan kembarannya, Cakra memilih pergi kearah dapur, disana ada Jauzan, Rendi dan Harsa yang juga sudah berganti pakaian.
Rencananya, mereka yang di dapur akan membuat seblak. Menurut Rendi, sepertinya enak memakan pedas di malam hari, dan mereka memilih membuat seblak, makanan simpel khas Bandung itu memang menjadi salah satu makanan kesukaan mereka.
Padahal, tadi sore Harsa, Jauzan, Juan, Cakra dan Juju sudah memakan seblak mbak Milah. Eh, malamnya mereka kepingin juga, jadilah sekarang mereka berbagi tugas untuk membuat seblaknya.
Cakra membantu Harsa membersihkan sayuran yang akan mereka tambahkan pada seblak. Rendi merendam kerupuk pada air, lalu memotong sosis dan bakso untuk menemani kerupuk. Sedangkan Jauzan kebagian menghaluskan bumbu seperti bawang merah, bawang putih, kencur dan cabai.
Untuk Meldi, Juan dan Juju, mereka memilih menunggu masih di halaman belakang. Sembari bermain game di ponsel.
"Wanginya," gumam Harsa saat menyium aroma dari bumbu-bumbu yang sedang di tumis.
Sembari menunggu, Cakra memilih menduduki kursi di pojok, tangannya mengambil satu buah apel yang terletak di meja, memakan apel tersebut setelah sebelumnya dicuci bersih.
Dua puluh menit kemudian. Setelah berkutat dengan peralatan dapur, akhirnya seblak yang mereka buat pun matang.
Rendi melenggang pergi sembari membawa mangkuk besar berisi seblak ke halaman belakang, diikuti oleh Jauzan di belakangnya. Harsa dan Cakra masih berada di dapur, sebab mereka sedang membuat jus jeruk sebagai pelengkap.
"Wih, enak nih," ucap Juan saat melihat tampilan seblak dihadapannya yang terlihat menggiurkan.
Harsa datang dari arah dapur dengan membawa teko berisi jus jeruk, dibelakangnya Cakra mengikuti dengan membawa nampan berisi gelas, beberapa sedotan dan tujuh mangkuk putih kecil.
"Selamat menikmati!" ucap si bungsu mulai menyuapkan sesendok seblak kedalam mulutnya.
Begitupula dengan Harsa yang langsung memakan seblak di mangkuk kecilnya. Matanya memejam menikmati perpaduan antara rasa kenyal dan pedas yang langsung mendominasi, juga rasa dari bumbu lainnya, terasa enak dan membuat mata sedikit berkaca-kaca, sebab pedasnya tidak main-main.
"Ini cabenya berapa?" tanya Meldi yang sudah merasa kepedesan di suapan pertama. Dirinya lantas meminum tehnya yang masih tersisa setengah.
"Dua puluh Kak," jawab Jauzan santai sambil menikmati seblaknya.
"Gila, pantesan pedes banget," celetuk Juan saat mendengar jawaban santai Jauzan, bahkan matanya sudah melotot saking kagetnya. Meski begitu dirinya terus menyuapkan seblak tersebut hingga habis tak tersisa dari mangkuk kecilnya. Dirinya bahkan kembali mengambil seblak pada mangkuk besar dihadapannya.
•••
"Sedotan lubangnya ada berapa?" tanya Juju random sambil memperhatikan sedotan yang dipegangnya.
Harsa yang mendengar berdecak. "Ya satu lah."
Rendi yang mendengar jawaban Harsa menggeleng tak setuju, lalu menyahut, "Enggak lah, sedotan itu lubangnya ada dua."
Harsa menghela napas, sembari menatap Juju yang duduk disebelahnya. Dirinya mengambil satu sedotan dan mulai menjelaskan, "Satu lubang tuh gini." Ia menggerakkan satu tangannya menjadi memanjang tepat disebelah sedotan.
"Jalannya cuma satu, lubangnya baru dua." Juan ikut andil dalam percakapan random itu.
"Kalau gitu." Harsa mengambil gelas kosong dihadapannya, ia memegang bagian bawah gelas, mengetuknya beberapa kali. "Ini gak bolong, tapi tetep disebut lubang?"
"Iyalah," jawab Juan dan Meldi
"Kok gitu sih?" tanya Harsa masih tidak mau kalah. "Lubang kan tembus."
"Hah?" Juju mengernyitkan dahi tak paham sama sekali dengan penjelasan kakak-kakaknya.
Juan mengambil satu sedotan, jari jempol dan telunjuknya memegang tepat di tengah-tengah sedotan. "Misalnya kita potong sedotannya tepat dibagian tengah, jadi lubangnya ada berapa?"
"Pintu masuk lubangnya jadi ada tiga, sedangkan lubangnya cuma satu," jawab Harsa.
"Apa sih maksud lo Dek?" tanya Meldi saat mendengar jawaban Harsa yang tidak bisa di mengerti
"Udah sih, perkara lubang sedotan ada berapa aja di bahas, gak guna tahu gak," celetuk Jauzan yang mendapat anggukan kepala dari Cakra.
Saat akan mengambil jusnya yang tersisa setengah, Juju tanpa sengaja menyenggol gelas tersebut dengan lengan bajunya, hingga membuat jus tersebut tumpah tanpa sempat dirinya pegang gelas itu dan meminum isinya.
Ia mendongak, menatap pada saudara-saudaranya yang ternyata sedang menatapnya, tak lama tawa renyah terdengar. Mereka semua tertawa akan kecerobohan Juju.
Harsa dan Rendi membantu Juju mengelap jus yang tumpah, dan menggeser beberapa cemilan yang terkena air berwarna oren itu menjauh.
"Untung cuma air minum," ucap Harsa yang hanya dibalas ringisan pelan oleh Juju, sebab merasa malu dengan kecerobohannya sendiri.
•••
Selesai dengan memakan seblak, kini gantian Meldi, Juan dan Juju lah yang berada di dapur. Mereka sedang mencuci peralatan bekas memakan juga membuat seblak.
"Gue ke kamar duluan!" ucap Rendi meninggalkan ketiga adiknya yang sedang menghitung jumlah uang koin yang sengaja Harsa kumpulkan. Sebenarnya yang menghitung hanya Cakra dan Harsa, sedangkan Jauzan memilih memainkan ponsel.
"Yang lo hitung ada berapa Dek?" tanya Harsa.
"Bentar Bang, belum selesai ini. Lagian gue baru tahu kalau lo ngumpulin uang koin gini, sejak kapan?"
"Dua bulan yang lalu."
Cakra mengangguk. "Nih, yang gue hitung jumlahnya seratus ribu."
"Wih, lumayan juga. Kalau yang di gue ada seratus lima puluh. Berarti semuanya ada dua ratus lima puluh ribu."
"Mau dikemanain itu uang koin sebanyak itu?" tanya Juan saat melihat banyaknya tumpukan uang koin diatas meja.
"Gue sumbangin ajalah ke anak jalanan," jawab Harsa pada akhirnya.
"Boleh juga, sama gue aja ayo" timpal Jauzan. "Sekalian besok gue mau volunteer."
"Okedeh."
"Gue sama Juju ikut ya Bang," ucap Cakra yang disetujui Jauzan.
"Lo gak mau ikut Bang?" tanya Harsa pada Juan.
"Enggak deh, gue besok ada acara sama temen-temen kampus."
"Kalian gak mau masuk?" tanya Meldi tepat di depan pintu, pada keempat adiknya.
"Juju kemana Kak?" tanya Cakra.
"Langsung ke kamarnya dia, ngantuk katanya."
"Gue juga ke kamar ah, gue duluan Bang, Kak!"
"Gue juga."
Selepas kepergian Cakra dan Meldi. Jauzan, Harsa dan Juan ikut memasuki rumah, setelah membereskan uang-uang koin yang masih menumpuk di meja, dan membuang sampah bekas cemilan ke tempat sampah.
••••
TBC
[11/05/2023]
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Home [END] ✓
FanficADA BAIKNYA, FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA!! Our Home Hanya berkisah tentang kehidupan sehari-hari 7 pemuda bersaudara di lingkungan sekitar dengan para tetangga, sahabat dan orang-orang terdekatnya. Penasaran? Langsung saja baca. Warning!! • NCT Drea...