Happy Reading!
••••
Sedangkan di tempat lain, terjadi sedikit kekacauan di RAA's cafe, Rendi yang tak lain merupakan sang pemilik kafe harus dibuat pusing dengan masalah yang tiba-tiba datang menghampiri.
Satu jam sebelumnya, terjadi kegaduhan di dalam kafe. Dimana salah satu pelanggan, menemukan seekor kecoa mati di dessert yang dipesannya. Dan karena merasa tak terima, pelanggan itupun langsung berteriak, memberikan protesan pada semua pekerja di kafe, termasuk pada Rendi yang saat itu sedang membantu waiters mengantarkan makanan.
"Mohon maaf sebelumnya Mas, ada apa ya?" tanya Rendi seraya tersenyum sopan pada pelanggan yang baru dirinya lihat hari ini, mungkin pelanggan baru?
"Saya ingin bertemu langsung dengan pemilik kafe," jawab pelanggan tersebut dengan nada suara yang meninggi.
Rendi mencoba mempertahankan senyuman sopannya. "Kebetulan saya pemilik kafe ini, RAA's cafe."
Pelanggan tersebut memandang Rendi dari kaki hingga ke ujung kepala, tiba-tiba dirinya berdecih, "Cih, pantesan pemiliknya modelan gini," ucapnya seraya tersenyum meremehkan.
"Maksud Anda apa ya? Memangnya ada yang salah dengan saya?" tanya Rendi sudah menghilangkan senyum sopannya.
"Modelan kayak kamu itu gak cocok jadi pemilik kafe, cocoknya jadi pengamen jalanan yang sering tidak tahu aturan," cibir pelanggan tersebut masih dengan senyum meremehkannya.
Rendi mengepalkan kedua tangannya di masing-masing sisi tubuhnya. Mendengar cibiran tersebut membuat otaknya seketika panas, bahkan rahangnya mengeras mencoba menahan emosi.
"Bisa langsung ke intinya, Mas yang TERHORMAT?!" Nada penuh penekanan Rendi sematkan diakhir penuturannya.
Pelanggan tersebut mengambil piring dessert yang belum sempat dirinya makan, yang diatasnya terdapat satu ekor kecoa yang terlihat sudah mati. "Ini! Saya mau protes karena ini. Kenapa di dessert saya ada kecoanya? Pas saya potong dua bagian, muncul kecoa di dalamnya? Untung saya belum sempat memakannya, hanya sempat memotongnya saja. Jangan-jangan makanan disini semuanya gak higenis lagi? Atau dapurnya kotor, makanya sampai ada kecoa di pesanan saya?"
Mata semua pengunjung terbelalak, setelahnya terdengar pekikan jijik dari beberapa pelanggan. Sedangkan untuk pegawai RAA's Cafe, mereka hanya tertegun. Begitupula dengan Rendi dan Tirta.
Tirta yang berdiri di sebelah Rendi maju selangkah, dirinya mengambil piring dessert yang masih pelanggan itu pegang, matanya meneliti dessert tersebut dengan seksama, dessert-nya terlihat masih utuh, belum ada potongan sedikitpun, tapi kenapa pelanggan di depannya tadi bilang, jika dirinya menemukan kecoa tersebut di dalam dessert, sedangkan saat ini saja kecoanya hanya terkulai diatasnya, seolah itu sengaja diletakkan di atas dessert tersebut.
"Tapi, Mas, kecoa ini ada di atas dessert-nya bukan di dalamnya, dan saya curiga ini disengaja." Tirta akhirnya bersuara, menyuarakan opininya.
Dan jika pelanggan lain lebih teliti, mereka pasti akan melihat respon kaku yang dihadirkan si pelanggan yang protes tadi, walau hanya sejenak. Baik Rendi maupun Tirta, mereka menyadari respon tersebut, membuat keduanya saling melirik dan mengangguk, seolah tahu apa yang sedang dipikirkan.
"Di sengaja bagaimana? Jelas-jelas kecoa ini ada di dessert yang saya pesan. Dan saya tidak meletakkan apa-apa yang disana," balas sang pelanggan terkesan terburu-buru dan panik. "Pokoknya, kalian harus ganti rugi," lanjutnya mencoba menghilangkan kepanikan yang melanda.
"Yang bilang dia yang nyimpen sesuatu di piring emang siapa? Perasaan gak ada, jadi curiga gue," gumam Sandy yang sejak tadi hanya terdiam dengan pegawai lainnya.
"Ini kenapa sih?" tanya Juan yang baru saja kembali dari toilet, dahinya mengernyit heran saat melihat sang kakak beserta manajer kafe yang saat ini sedang menatap seseorang yang dirinya yakini pelanggan dengan tatapan penuh selidik.
"Itu, pelanggan protes karena di dessert yang di pesannya ada kecoa," jawab Sandy menjelaskan.
"Kok bisa?" tanya Juan tentu saja terkejut. "Menu-menu disini itu higenis, semuanya juga dijamin bersih dan steril, mana mungkin ada kecoa di dessert-nya?"
Sandy mengedikkan bahunya, dirinya mendekati Juan dan mulai berbisik, "Gue curiga, sebenarnya pelakunya ya, si orang itu sendiri."
Juan terdiam setelah mendengar bisikan Sandy, otaknya memutar sebuah kemungkinan yang mungkin saja itu memang fakta.
"Kenapa kami harus ganti rugi?" tanya Tirta santai setelah mendengar permintaan lelaki di depannya.
"Ya, karena dessert ini sudah masuk ke perut saya. Dan kalau ternyata itu berbahaya karena mengandung bakteri dari si kecoa mati itu bagaimana? Kalau saya masuk rumah sakit, kalian harus tanggung jawab."
"Tapi, Masnya bilang sebelumnya tadi, kalau Mas belum sempat memakan dessert-nya, kok sekarang malah tiba-tiba bilang 'dessert itu sudah masuk ke perut saya'?" Sandy yang pada akhirnya sudah merasa jengah kini ikut membuka suara dengan keras.
Dan pertanyaan dari Sandy, membuat pelanggan tersebut gelagapan dan panik.
"Hati-hati lho Mas, kami punya CCTV disini," tambah Juan pelan yang masih terdengar oleh pelanggan tersebut yang kini malah berlari ketakutan meninggalkan kafe.
Setelah kepergian pelanggan gadungan itu, Rendi dan Tirta langsung berjalan menuju ruang pengawas yang terletak di paling ujung. Dan saat melakukan pengecekan, ternyata pelanggan yang memesan dessert tersebutlah yang membawa seekor kecoa mati dari dalam tas kecil yang diletakkan di atas meja, lalu meletakkan kecoa mati itu ke atas dessert yang dipesannya, setelah sebelumnya celingak-celinguk mengecek situasi, apakah ada yang melihat aksinya atau tidak?
Entah apa alasan orang tersebut bersikap demikian, yang pasti saat ini Rendi merasa pusing dan ingin marah. Kenapa masih ada orang seperti itu? Apakah orang tadi merupakan salah satu pesaingnya? Yang memang sengaja membuat kehebohan, agar kafenya sepi pengunjung? pikirnya.
Akibat kejadian tersebut, hampir seluruh pengunjung kafe, baik yang akan memesan, maupun yang sudah memesan, langsung membatalkan pesanan mereka. Semuanya pergi keluar, dengan dalih "takut pas kita pesen menu lain, nanti ada kecoa juga di makanannya." padahal kan mereka belum tahu kejadian sebenarnya.
Tepat setelah Rendi kembali dari ruang pengawas, dirinya menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi kerjanya, dirinya memijat pelipis dan keningnya yang terasa berdenyut.
"Lo oke kan Kak?" tanya Juan yang sedari tadi sudah berada disana menemani sang kakak yang terlihat kalut, namun baru bersuara setelah setengah jam kemudian.
Rendi mengangguk. "Cuma pusing dikit."
••••
TBC
Satu kata buat pelanggan lucnut yang udah bikin RAA's Cafe sepi dong!
Silahkan tulis di sini!
Thank you.
[27/07/2023]
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Home [END] ✓
Fiksi PenggemarADA BAIKNYA, FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA!! Our Home Hanya berkisah tentang kehidupan sehari-hari 7 pemuda bersaudara di lingkungan sekitar dengan para tetangga, sahabat dan orang-orang terdekatnya. Penasaran? Langsung saja baca. Warning!! • NCT Drea...