Dipinggir lapangan, seorang gadis tengah duduk tenang diatas bangku dengan pandangan mengarah pada lapangan yang tengah di isi oleh teman-teman sekelasnya.
Stela Nadine, gadis berusia 19 tahun itu menatap penuh binar pada seorang pria berambut cokelat. Kedua tangannya bertumpu diatas paha, memandang takjub Hendy yang tengah melatih anak-anak muridnya.
Yap, Nadine menyukai guru olahraga nya. Guru tertampan dan termuda disekolahnya ini. Guru yang di idam-idamkan oleh seluruh rakyat sekolah, bahkan ada beberapa dari mereka yang dengan terang-terangan mendekati Hendy.
Termasuk Nadine. Nadine adalah tipe gadis yang jika menyukai seorang pria, maka ia akan berjuang lebih dulu dan melelehkan hati pria itu.
Setelah hampir setengah jam Nadine memandangi Hendy, gadis itu memilih menyudahi kegiatannya. Hari sudah sore dan Nadine harus cepat pulang.
"Byee Pak! Nanti Nadine liat Bapak ngajar lagi yaaa." Nadine berbisik, tentu tidak akan didengar oleh siapapun. Namun tangannya melambai pada mereka yang melihatnya. Setelah nya Nadine berjalan menjauh, namun belum juga sampai lima langkah sebuah benda mendarat sempurna disamping kepalanya yang membuat Nadine langsung jatuh pingsan.
Semuanya gelap, sunyi dan bahkan suara jangkrik yang tadi terdengar kini menghilang.
••••••••••
Diruang serba putih dengan bau khas obat-obatan, Nadine membuka kelopak matanya perlahan. Cahaya yang menyorot dari lampu diatasnya membuat Nadine mengerjapkan matanya berkali-kali. Tubuhnya serasa remuk dan juga kepalanya sangat pusing.
Entah siapa yang menendang bola sialan itu, tapi jujur itu terasa sangat menyakitkan.
Ceklek
Suara pintu terbuka mengalihkan atensi Nadine dari sorot lampu. Kepalanya menoleh pelan dan mendapati seorang pria berambut merah muda berjalan menghampiri nya.
"Kau sudah sadar, bagaimana? Apa ada yang sakit?" Pria itu memeriksa denyut nadi dan suhu tubuh Nadine. Mengambilkan segelas air putih dan memberikannya kepada gadis itu.
"Ayo minum dulu, tenggorokan mu pasti kering."
Nadine tidak bereaksi, namun tubuhnya perlahan terangkat dengan bantuan dari pria itu. Meminum air itu sampai setengah gelas, setelahnya Nadine kembali berbaring dengan bantuan pria itu lagi.
"Bagaimana? Apa ada yang sakit?" Pria itu mengulang pertanyaannya.
Nadine menelan ludahnya. Pria itu sangat tampan! Berkemeja hitam dengan jas Dokter sangat cocok ditubuh pria itu.
Apalagi rambut merah mudanya tertata rapih, Nadine sampai tidak berkedip saking terpesonanya.
"Hei, kenapa malah melamun?" Menjentikkan jarinya, pria itu mengelus lembut surai Nadine. "Apa kepalamu sakit?"
Dengan pelan Nadine mengangguk kaku, kepalanya memang sangat sakit juga pening.
Dengan penuh perhatiannya pria itu memijat kepala Nadine, membuat sensasi berdebar dan nyaman semakin menjadi.
"Dokter sangat tampan, boleh tidak berkenalan?" Dengan genitnya Nadine berucap.
Berhadapan dengan pria tampan membuat Nadine tidak bisa menahan kelakuan centilnya, apalagi sifat pria itu sangat hangat dan perhatian padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Sister Of The Male Lead [END]
FantasyHanya karna tertimpa sebuah bola, tiba-tiba jiwa Nadine berpindah. Gadis itu menempati tubuh seorang perempuan manis yang menjadi kakak kembar dari sang tokoh utama dari novel 'Love Language' yang pernah ia baca. "Bukankah sebelumnya kita pernah men...