"Apakah aku bisa mengalahkannya?"
Steve ragu, hatinya berkata untuk tidak melakukan hal diluar kemampuannya. Namun otaknya menyuruhnya untuk membunuh Hendra saat ini juga.
"Apa yang harus aku lakukan?"
Jantungnya tidak pernah berhenti berdetak cepat, rasa takut dan bingung menguasai dirinya sekarang. Tubuhnya sedikit gemetar, hal yang paling menakutkan adalah kehilangan Stela, sedangkan saat ini perempuan itu ada ditangan Hendra.
Maniknya menatap sekeliling dan semuanya gelap, benar-benar gelap. Meneguk ludahnya kasar, Steve menutup matanya untuk beberapa saat sebelum kemudian membukanya lagi.
"Tidak, jangan sekarang. Kegelapan ini masih bisa ditangani, tenang dan fokus Steve."
Ditengah rasa gelisahnya, tiba-tiba sebuah tangan terulur dan memeluknya dari belakang. Steve menahan nafas untuk beberapa saat, sebelum kemudian menoleh.
Namun gelap, Steve tidak bisa melihat dengan jelas wajah seseorang yang tengah memeluknya. Tapi walaupun begitu, Steve bisa mencium aroma yang sangat ia kenali.
"Stela?" Lirihnya seraya menyentuh sepasang tangan yang tengah membelit lehernya. "Jika benar itu kau, maka berlarilah sejauh mungkin dan selamatkan dirimu."
"Tidak, aku akan tetap bersamamu sampai bantuan tiba." Stela menangis, ia benar-benar mengharapkan bantuan datang dan menyelamatkan nereka. Stela takut dan tidak tau apa yang harus ia lakukan sekarang. Steve terlihat lemah, bahkan nafas pria itu memburu dengan seluruh tubuhnya yang dingin.
"Steve... Aku yakin kau bisa, setidaknya sampai Stevan dan yang lainnya datang membantu." Menarik nafas dalam-dalam, Stela melepaskan pelukannya dan membalikkan tubuh Steve. Kedua tangannya menangkup wajah pria itu dengan penuh tekad.
"Lawan dia sebisamu, jangan menyerah! Tidak apa jika kau membunuhnya, aku akan tetap membelamu!!" Semangat Stela yang menggebu-gebu menghantarkan rasa hangat dihati Steve. Kepala pria itu mengangguk, lalu menepuk-nepuk kedua tangan Stela yang masih menangkup wajahnya.
"Baiklah, terimakasih Stela... Aku mencintai---"
"Shttt! Tidak cocok untuk melakukan adegan romantis, lebih baik kau fokus! Dan aku akan mengendap-endap untuk bersembunyi dipohon lain, mengerti Steve?" Tanpa menunggu jawaban pria itu, Stela berlari kecil dan berusaha untuk tidak mengeluarkan suara.
Sedang Steve menarik nafas dalam, lalu melihat Hendra yang mencoba berdiri dengan sekuat tenaga. Dikesempatan kali ini, Steve mengarahkan langsung pada beberapa titik yang akan membuat Hendra tidak bisa berkutik.
Dor!!
Titik pertama yang Steve incar adalah leher.
Dor!!
Titik kedua adalah dada kanan.
Dor! Dor!!
Dan yang terakhir adalah kedua mata pria itu.
Hendra menggeram dan tidak sempat untuk menghindar. Tubuhnya ambruk, kedua matanya terasa sangat sakit dan juga suaranya sangat sulit untuk keluar. Nafasnya tersedat, dengan seluruh tubuhnya yang benar-benar sulit untuk digerakkan.
Merasa lawannya melemah, Steve keluar dari balik pohon dan berjalan mendekat dengan tertatih. Kaki dan tangannya terkena tembakan yang Hendra layangkan sebelumnya. Steve berjongkok, menatap dengan alis berkerut dalam pada Hendra yang terus menggeram.
Tangannya merogoh saku celananya dan mengeluarkan sebuah suntikan beserta wadah yang teramat kecil, setelah memasukkan cairan itu kedalam suntikan, Steve memalingkan wajah Hendra dan menusukan jarum itu tepat dilehernya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Sister Of The Male Lead [END]
FantastikHanya karna tertimpa sebuah bola, tiba-tiba jiwa Nadine berpindah. Gadis itu menempati tubuh seorang perempuan manis yang menjadi kakak kembar dari sang tokoh utama dari novel 'Love Language' yang pernah ia baca. "Bukankah sebelumnya kita pernah men...