TSOTML : 16

19.8K 1.7K 112
                                    

Ting... Tong...

Bunyi bel yang menyala dengan nyaring juga tidak henti-henti, membuat Stela berdecak. Bukannya beranjak untuk membuka pintu, Stela malah menyuruh Steve membuka pintu yang jelas-jelas pria itu tengah membuat sarapan untuk mereka.

"Steveee... Tolong buka kan pintu." Ujarnya seraya mengunyah keripik singkong. "Habis itu usir orang yang dengan berani-beraninya membunyikan bel lebih dari 10 kali." Lanjutnya dengan tampang tanpa dosa.

Steve terkekeh, mode malas Stela memang sulit untuk diganggu. Setelah mematikan kompor, Steve berjalan menuju pintu. Hal yang pertama ia lihat saat membuka pintu adalah wajah tengil Stevan. Sesuai dengan perkataan Stela tadi, pria itu mengusir Stevan dan kembali menutup pintu apartemennya.

"Siapa?" Sebenarnya Stela tidak perduli dengan yang menekan bel, ia hanya berbasa-basi pada Steve yang sudah dengan baik hatinya menuruti perintah darinya.

"Stevan, sepertinya dia kabur dari rumah dan berniat meminta sarapan kemari." Jawabnya seraya kembali melanjutkan kegiatan memasaknya yang sempat tertunda.

Stela menggeleng. Belum lama ini Stevan dan Fearly pindah ke kota yang sama dengan anak kembarnya. Tapi Stevan dengan watak nakalnya malah kabur-kaburan dan meninggalkan Fearly seorang diri dirumahnya.

Yaaa untuk sedikit informasi, rumah yang dulu ditempati Stela kini ditempati oleh Fearly dan Stevan, yang jaraknya lumayan jauh dari apartemen Steve.

Selama merasuki tubuh ini, Stela belum pernah pergi kerumah itu. Bahkan ia belum pernah jalan-jalan jauh selain kerumah sakit dan makan direstoran bersama Steve. Rasanya sangat malas, Stela lebih menyukai berdiam diri di apartemen dengan segudang semilan yang menemani.

Ting... Tong...

Lagi, suara bel yang beberapa saat lalu hilang kini kembali terdengar. Kali ini Stela mendengus, dengan malas Stela melangkah mendekati pintu dan membukanya.

"Selamat pagi." Sapa seorang pria setengah baya dengan senyuman khasnya.

Stela mengernyit. Siapa itu? Rambut, wajah dan senyumnya sangat mirip dengan Steve dan Stevan. Apakah pria itu memiliki hubungan darah dengan keluarga Steve?

"Stela? Apa kau tidak merindukan Ayah?"

Hah?

Stela terbengong. Ayah?

"Maksud anda?" Stela bingung, apakah pria itu memiliki kepikunan hingga menganggap nya anak? Eh? Tapi dari mana pria itu mengetahui namanya?

Pria itu, Hendrix. Wajahnya yang semula berseri-seri berubah menjadi murung, ada raut sedih dan kecewa saat berpikir bahwa Stela pura-pura tidak mengenalinya.

"Apa kau juga mencoba pura-pura tidak kenal dengan Ayah? Seperti kedua saudara mu?" Tanyanya dengan lirih.

Setelah mencari tau bagaimana kabar keluarganya dulu, Hendrix juga mencari tau dimana anak-anaknya tinggal selama ini. Hampir 3 tahun ini ia memperhatikan ketiga anaknya, bahkan hal yang tidak orang lain ketahui, Hendrix mengetahuinya.

Stela menggeleng. "Sebentar Tuan, sepertinya saya harus bertanya pada Steve. Siapa tau adik saya itu mengenal anda." Setelah berkata demikian, Stela langsung meninggalkan Hendrix dan menghampiri Steve dengan menepuk beberapa kali bahu pria itu.

"Steve, didepan ada om-om yang mengaku bahwa dia adalah Ayahku. Cepat temui dia, siapa tau om-om itu mengharapkan sedekah darimu." Hanya dalam satu tarikan nafas, Stela mengeluarkan asumsinya pada Steve. Membuat pria itu terkekeh, namun juga bingung dengan om-om yang dimaksud oleh Stela.

"Bagaimana ciri-ciri nya?" Steve sedikit was-was, jangan sampai pria sialan itu yang datang.

"Dia berambut merah muda seperti mu, wajah dan senyum nya juga mirip denganmu. Atau mungkin dia memang Ayahmu ya?" Tanyanya dengan kepala sedikit memiring.

The Sister Of The Male Lead [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang