Ditengah dinginnya udara, sepasang mahluk berbeda jenis tengah berbagi kehangatan dibalik selimut mereka. Suara rintik hujan seakan menjadi penenang yang membawa mereka kedalam alam mimpi.
"Stela... Stela..."
Namun, suara bisikan ditelinga membuat salah satu dari mereka bergumam tidak jelas. Tapi tentu saja ia abaikan, suasana yang menenangkan ini akan sangat sia-sia jika meladeni bisikan itu.
"Stela... aku tau kau belum sepenuhnya tidur."
Lagi, bisikan itu terdengar, namun kini di iringi jilatan ditelinganya. Stela menepis wajah itu dan menjauhkannya, lalu membalikkan tubuhnya dan memeluk dirinya sendiri.
"Stela..." Bisikan itu tidak ingin kalah, malah semakin menjadi menyebutkan namanya. "Stel--"
"Diam Steve, aku ingin tidur." Selanya cepat seraya menjauhkan tangan nakal suaminya yang merayakan memasuki piamanya.
Steve cemberut, lalu terduduk dan mengguncang bahu istrinya. "Ayo Stela, kita coba lagi..." Lirihnya dengan memelas.
Stela berbalik cepat, menatap wajah Steve dengan kerutan didahinya. "Apa yang harus kita coba lagi? Bukankah kita sudah mendapatkannya?" Apa yang ingin Steve coba? Padahalkan mereka sudah memiliki 2 bayi dari hasil coba-coba yang mereka lakukan selama 2 tahun menikah ini.
"Ayo kita coba lagi, kau benar-benar sudah melewati masa nifas bukan? Jadi ayo, kita lanjutkan yang kemarin sempat gagal." Rengeknya sambil terus mengguncang tubuh Stela, bahkan perempuan itu dibuat pening karna kepalanya ikut terguncang akibat permintaan pria itu.
Menghela nafas, Stela ikut duduk dan menatap Steve dengan memelas. "Aku ngantuk, tidak bisakah kita tidur malam ini? Aku janji, besok kita lakukan." Ini sebuah negoisasi, walaupun Stela tidak yakin dirinya bisa menepati janji pada pria itu besok.
Steve mendatarkan wajahnya, menatap Stela dengan malas lalu bersedekap dada. "Selalu berkata seperti itu, tapi ujung-ujungnya kau mengingkarinya." Kemudian kedua tangannya menengadah. "Harus dengan cara apa lagi agar aku mempercayai istriku ini Ya Tuhan..." Terlihat dramatis, namun itu semua memang kenyataannya.
Stela terkikik geli, sebanyak itukah ia berbohong hingga membuat Steve tidak mempercayainya lagi?
"Baiklah, baiklah. Besok aku benar-benar akan menepatinya, aku janji Steve." Ujarnya yakin seraya meraih kedua tangan Steve dan menggenggamnya. "Jadi, biarkan aku tidur dan menikmati suara hujan ini ya?"
Menghembuskan nafas lelah, Steve mengangguk lalu merebahkan tubuhnya dan menarik Stela dalam pelukannya. "Besok ya? Aku akan menagihnya dan memaksamu jika kau berbohong." Dikecupnya kening sang istri dengan lamat. "Jika masih menolak, maka aku akan mencari istri baru saja."
Steve bercanda, namun Stela tidak bisa menangkap candaan dari suaminya itu.
••••••••••
Setelah menyelesaikan pekerjaannya sebagai seorang Dokter, Steve membereskan mejanya, lalu kemudian meraih jaket hitamnya dan memakainya. Kaki panjangnya melangkah meninggalkan ruangannya, melewati beberapa perawat dan setelahnya keluar menuju mobilnya berada.
Seharian ini jadwalnya sangat padat, membuatnya harus pulang larut malam seperti ini. Sedari tadi, tidak henti-hentinya ia memikirkan Stela. Apakah istrinya kelelah karna mengurus bayi-bayi mereka tanpanya malam ini? Apakah istrinya itu akan tetap menunggunya disaat dirinya pulang tengah malam seperti ini?
"Semoga saja Stela tidur lebih dulu." Gumamnya seraya berhenti tepat saat lampu jalan berubah menjadi merah. Diraihnya ponsel yang berada disaku jaketnya, dan memeriksa apa saja yang masuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Sister Of The Male Lead [END]
FantasyHanya karna tertimpa sebuah bola, tiba-tiba jiwa Nadine berpindah. Gadis itu menempati tubuh seorang perempuan manis yang menjadi kakak kembar dari sang tokoh utama dari novel 'Love Language' yang pernah ia baca. "Bukankah sebelumnya kita pernah men...