"Eh Steve?" Delon berseru nyaring, menghampiri pria berambut merah muda yang jelas itu adalah keponakannya.
"Kenapa kau tidak memberitahuku jika kau absen? Apa kau memiliki masalah Steve?"
Alis pria yang dipanggil Steve itu mengerut, bibirnya berdecak kesal seraya berkata.
"Aku Stevan Paman! Bukan kak Steve apalagi Kak Stela!"
Jika dari fisik, mereka memang sama. Tapi dari warna mata, tinggi badan dan warna kesukaan jelas saja berbeda. Dan warna mata adalah penjelas segalanya! Tapi kenapa Delon malah salah mengenalinya? Membuat Stevan dongkol saja.
"Ohhhh Stevan." Delon menyengir kecil seraya menggaruk kepalanya. Ia pikir itu Steve, karna jika dilihat dari belakang mereka terlihat sama. Salahkan saja Hendrix, kenapa pria itu menurunkan begitu banyak gen nya pada para keponakannya.
"Sedang apa kau disini? Bukankah kau sedang disibukkan dengan daftar masuk kuliah?"
Stevan mengangguk, lalu memperlihatkan paper bag ditangannya. "Habis membeli hadiah untuk Ibu, dan soal daftar kuliah... Itu urusan belakangan, dan lagi sudah jelas aku akan diterima dikampus itu." Jawabnya dengan kepercayaan diri yang sudah melebihi batas.
Delon hanya mengangguk, menatap malas pada Stevan yang sama seperti kedua kakak kembarnya. "Oh ya, apa kau tau mengapa Steve tidak masuk kerja? Biasanya dia sudah ada dirumah sakit disaat jarum jam baru mengarah pada angka 5." Delon bingung, tapi juga khawatir dengan keponakannya itu.
Stevan mengedikan bahunya. Mana Stevan tau, beberapa hari ini ia tidak lagi berkunjung ke apartemen Steve, antara sibuk juga malas kemana-mana. "Mungkin saja sedang sakit, atau mungkin memiliki keperluan lain sehingga lupa mengabari Paman."
Delon mengangguk. "Yasudah, kalau begitu Paman duluan. Ada beberapa urusan yang sudah menunggu." Pamitnya yang langsung mendapat anggukan kecil dari Stevan.
Setelah kepergian Delon, Stevan beralih mendekati cafe yang berada tidak jauh dari tempatnya tadi. Memasuki cafe itu dan menghampiri seorang gadis yang tengah duduk seorang diri didekat jendela.
"Sorry, apa kau menunggu lama?" Tanyanya seraya duduk dihadapan gadis itu, senyumnya terpatri diwajahnya saat gadis itu menatapnya.
"Hm, hampir 15 menit aku disini." Lalu pandangannya mengarah keluar jendela dan menunjuk ke tempat Stevan berbincang dengan Delon tadi.
"Om-om itu siapa? Apakah Ayahmu?" Tanyanya dengan menatap Stevan dalam-dalam.
Stevan menggeleng, meraih tangan gadis itu yang tersimpan diatas meja dan menggenggamnya. "Dia Pamanku, apa kau mau berkenalan dengannya?"
Gadis itu menggeleng, lalu menopang dagunya dengan tangan kanannya, dan membiarkan tangan kirinya terus digenggam oleh Stevan. "Apa kau sengaja menyamakan warna pakaian mu denganku?"
Stevan menunduk melihat warna pakaiannya, lalu terkekeh dan mengangguk kecil. "Iya, aku ingin memakai warna yang sama denganmu." Jawabnya dengan kedipan genit yang membuat gadis itu mendengus sekaligus tersipu malu.
"Pantas saja kau memaksa ku untuk menjawab pertanyaan mu itu. Dasar fans garis keras."
Stevan hanya terkekeh, lalu mengelus lembut puncak kepala gadis itu. "Apa kau sudah memesan makanan?"
Gadis itu menggeleng.
Dengan senyuman manisnya, Stevan sedikit mencondongkan tubuhnya dan berbisik ditelinga gadis itu.
"Mau sekalian ku pesankan sayang?" Dan meniup daun telinga gadis itu, sehingga sang empu merinding dan menjauhkan wajahnya.
"Kumat lagi, entah kenapa aku merasa kau sangat agresif dibandingkan saat kita berteman." Gadis itu mengeluh dengan bibir cemberut, tapi tak ayal ia menyukai segala sifat yang Stevan miliki.
Kini Stevan yang beralih menopang dagu, menatap penuh binar pada gadis kesayangannya. "Itu karna aku mencintaimu, dan secara otomatis segala sifat yang tidak ku keluarkan saat kita masih berteman akan keluar dengan sendirinya, dan itu hanya padamu saja."
Lalu Stevan terkekeh, meraih pipi gadis itu dan mencubitnya.
"Aku mencintaimu, Cilla."
•••••••••To Back Continue•••••••••
Jangan lupa vote & komen ya... Gratis kok wkwk.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Sister Of The Male Lead [END]
FantasyHanya karna tertimpa sebuah bola, tiba-tiba jiwa Nadine berpindah. Gadis itu menempati tubuh seorang perempuan manis yang menjadi kakak kembar dari sang tokoh utama dari novel 'Love Language' yang pernah ia baca. "Bukankah sebelumnya kita pernah men...