TSOTML : 12

27K 2.2K 17
                                    

"Bagaimana ini? Apakah Kak Stela akan marah padaku?"

Ditengah makan malam, Stevan tengah ribut dengan pikirannya sendiri. Kejadian beberapa saat yang lalu membuatnya merasa bersalah sekaligus ingin tertawa.

"Oh, hai? Stevan?" Tanya Stela kala itu saat pertama kali melihat Stevan, padahal ia sudah 4 hari menginap dirumah Fearly. Tapi pria itu tidak terlihat sama sekali.

Stevan yang memiliki gengsi terlalu tinggi hanya berdehem, tidak membalas sapaan Stela sama sekali dan malah melengos pergi menuju dapur.

Rasanya canggung setelah lumayan lama baru kembali bertemu dengan Stela, apalagi dengan Steve yang irit bicara padanya. Membuat Stevan seakan sungkan pada mereka berdua.

Stela yang merasa aneh memilih mengikuti. Ada apa dengan adik dari Steve ini? Memang bersikap dingin kah? Atau karna mereka yang tidak dekat?

"Hei, kau habis dari mana?" Lagi, Stela bertanya agar Stevan mau menjawab.

Tapi, lagi lagi Stevan hanya berdehem.

Stela berdecak. Kakinya melangkah mendekati Stevan dan berniat membuat adiknya itu berbalik. Tapi belum saja sampai, Stela sudah lebih dulu tersungkur kedepan karna tersandung kakinya sendiri dengan wajah yang mendarat sempurna diatas lantai.

Bruk

Stevan mendengarnya. Tapi entah kenapa, sebelum Kepalanya menoleh, Stevan lebih dulu memakan permen lolipopnya. Ia pikir itu adalah suara Gigo (anjing peliharaannya) yang terjatuh. Tapi saat menoleh, bukannya membantu dan bergerak cepat, Stevan malah diam menatap Stela yang tengah tengkurap didekat kakinya.

Stevan mengerjapkan matanya berkali-kali dengan bibir berkedut menahan tawa. Kepalanya lalu mendongak, tidak tega melihat Stela yang perlahan bangun dari posisi jatuhnya dengan ringisan.

Stevan merasa bersalah. Seharusnya ia membantu Stela, bagaimana jika kakaknya itu mengalami kerusakan wajah? Apalagi darah segar mengucur dari lubang hidung perempuan itu, membuat Stevan semakin dilanda rasa bersalah.

Tapi saat kembali mengingat posisi Stela tadi, Stevan harus menahan tawa dikarenakan merasa kasihan pada perempuan itu. Apalagi Stela kakaknya, jadi Stevan tidak tega dan takut jika Stela bertambah malu.

Stela yang memang memperhatikan Stevan mendengus kesal. "Dasar adik durhaka, tidak memiliki hati, sombong dan sok dingin!"

Stela kesal dan marah, tentu saja!

Kakak mana yang tidak kesal pada adiknya yang malah menahan tawa disaat kakaknya mengalami kecelakaan. Stela terus memaki didalam hati, bahkan ia sampai menyiapkan rencana balas dendam untuk adik Steve itu. Membuat Stevan jera dan meminta ampun padanya.

Tuk

"Ayo makan, biar  nanti aku yang akan memberikan Stevan hukuman." Bak seorang dukun, Steve seakan mengerti isi pikiran dikepala Stela. Pria itu juga menyodorkan ayam bakar, bahkan menyimpannya diatas piring Stela.

Stela cemberut, menyentuh hidungnya yang masih disumpali oleh kapas. "Awas saja, aku akan memberikan pembalasan pada adikmu itu." Desisnya dengan mata memicing tajam.

Menggeleng kecil, Steve mencubit pipi Stela dengan gemas lalu membalas. "Dia juga adikmu, adik yang selama ini kau sayang setelah aku."

Stela mengerjap. Lagi dan lagi ia melupakan fakta bahwa Steve adalah adiknya!!

Sering sekali berperilaku seperti seorang kakak, Stela melupakan sosok Steve yang sebenarnya seorang adik yang mungkin juga membutuhkan perhatian darinya! Stela banyak mengabaikan pria itu, bahkan berpikir bahwa Steve sudah besar dan tidak perlu diperhatikan lagi.

The Sister Of The Male Lead [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang