TSOTML : 15

21.1K 1.9K 30
                                    

Dibase apartemen, Delya tengah memainkan rambutnya dengan ditemani dua bodyguard suruhan Hendrix. Menunggu seseorang yang selalu ada disetiap perbincangan hariannya bersama sang Ayah.

"Aku tidak sabar, apakah kak Steve akan sangat manis saat sudah berhasil luluh nanti?" Dengan menangkup wajah nya sendiri, Delya berjingkrak senang membuat dua bodyguard yang melihatnya menatap datar.

"Kak Steve adalah anak kandung Ayah, jadi pasti sudah jelas bahwa sifat manis Ayah akan menurun pada kak Steve." Belum apa-apa, Delya sudah salah tingkah dengan pemikirannya.

Delya sudah membayangkan akan hidup bahagia setelah menikah dengan Steve. Ia akan dikaruniai anak kembar, seperti gen yang ada didalam diri Steve. Membesarkan anak mereka dan selalu bersama sampai tua nanti.

"Kak Steve, aku tidak sabar menantikan semua itu."

Sedangkan ditempat Stela, perempuan itu tengah berdiri tak jauh dari Delya dengan pandangan bingung. Sehabis buang sampah tadi, Stela tidak sengaja melihat perempuan itu tengah berjingkrak senang layaknya anak kecil yang baru saja mendapatkan hadiah.

Kepalanya memiring, ekspresinya berubah jijikk seraya berkacak pinggang. "Ckckck, sudah tua, masih saja perilakunya seperti bocah." Gumamnya dengan menggeleng kecil. Masih mending jika seorang diri, tapi perempuan itu melakukan hal demikian ditempat umum. Bahkan beberapa orang yang melewatinya juga memberikan tatapan bingung.

Stela tebak, usia perempuan itu sekisar 20 keatas. Mungkin lebih muda dari usia Steve. Usia yang memang sedang lucu-lucunya.

"Hmm... Memandang seseorang dengan tatapan jijik seperti itu tidak baik lho."

Tiba-tiba suara bisikan disamping telinganya membuat Stela maju satu langkah, menghindari seseorang dibelakangnya yang malah terkekeh. Matanya bergulir kesana kemari, Stela takut jika suara bisikan itu adalah ulah hantu.

"Kak Stela... Apa kau sengaja menghindari ku? Bukankah baru saja pekan lalu kita bertemu?" Stevan, pelaku yang mengeluarkan bisikan ditelinga Stela kembali bersuara. Bibirnya mengerucut sebal saat mendapati respon Stela yang seperti itu.

Setelah mengenali suara itu, bukannya berbalik dan menyambung adiknya itu. Stela malah mengajak Stevan agar melihat kelakuan Delya didepan sana yang semakin menjadi.

"Hei, menurutmu... Bukankah perempuan itu gila?"

Stevan menoleh dengan delikan kecil. "Kau ini, menilai orang seenaknya saja." Tapi kemudian kepalanya mengangguk. "Mungkin bisa jadi, prilakunya memang mendekati orang yang tidak waras."

Stela mengangguk membenarkan. "Sepertinya dia seusia mu?"

Lagi dan lagi Stevan mengangguk. "Memang, dia adalah teman SMA ku." Lalu mencondong kedepan dan membisikkan. "Sekaligus mantan pacarku dalam waktu tiga hari."

"Hah?!!" Stela melotot, terkejut dengan pengakuan pria itu.

"Dia? Mantan pacarmu?"

Stevan mengangguk lagi. "Tapi aku langsung memutuskannya, dia lebih mirip seperti anak kecil walaupun usianya lebih tua dariku." Jawabnya seraya merangkul Stela, membawa perempuan itu menuju gedung apartemen didepan mereka.

"Dari pada mengurusi perempuan itu, lebih baik kita keapartemen Kak Steve. Dia sedang tidak ada disana kan?"

Kepala Stela tetap menoleh kebelakang, melihat Delya yang masih pada kegiatannya. "Steve akan pulang sebentar lagi, mungkin dalam hitungan detik dia sudah kembali." Belum sampai tiga detik, suara mesin mobil yang sangat Stela kenali terdengar. Kini bukan kepalanya lagi yang menoleh, melainkan tubuhnya ikut berbalik dan melambai semangat saat melihat Steve keluar dari dalam mobilnya.

The Sister Of The Male Lead [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang