Setelah disibukkan dengan pekerjaannya, Steve memilih langsung membersihkan diri sebelum nanti menemui Stela. Tapi ia merasa aneh, dari tadi pagi Stela sangat sulit dihubungi, biasanya perempuan itu akan sangat cepat jika mengangkat panggilan darinya.
Sehabis membersihkan diri dan berpakaian rapi, Steve langsung meraih kunci mobil dan ponselnya. Tapi baru saja hendak keluar dari kamar, ponselnya berdering yang membuat Steve menghentikan langkahnya.
"Halo?"
"Haiii Steve!!"
Kedua alis Steve mengerut. "Siapa?"
"Aku? Tentu saja aku adalah masa depanmu."
Sejenak Steve terdiam, menjauhkan ponselnya dan menatapnya cukup lama, tak lama kemudian mengakhiri panggilan itu.
"Perempuan gila." Dengusnya, lalu kembali melangkah dan meninggalkan apartemennya. Saat sampai dibase apartemen, sebuah tangan kecil menghalanginya untuk membuka pintu mobil. Steve menoleh, menatap tak suka seorang perempuan yang malah tersenyum manis.
"Kau akan pergi kemana? Kenapa buru-buru sekali." Ucapnya dengan manis, namun itu sangat memuakan untuk Steve.
"Minggir, jangan sampai aku berlaku kasar padamu." Dikarenakan rasa sabarnya masih ada, jadi Steve meminta baik-baik pada perempuan itu untuk menjauh. Namun bukannya menurut, perempuan itu malah tersenyum miring.
"Tidak akan, aku akan tetap seperti ini sampai kau---"
Tak!
"Banyak omong." Geram Steve setelah menepis kasar tangan itu, lalu masuk kedalam mobil. Tapi lagi-lagi perempuan itu berulah, pintu yang akan Steve tutup malah ditahan menggunakan kakinya yang menggunakan hak tinggi. Walaupun terdengar ringisan kesakitan, tapi perempuan itu masih teguh dan malah berniat membuka pintu mobil Steve.
"Aku tidak akan membiarkan mu pergi Steve." Gumamnya. 'Karna jika kau pergi, kau akan tau jika perempuan yang kau cintai itu menghilang.'
Steve berdecak kesal seraya keluar dari dalam mobil. Dengan emosi, Steve membanting pintu mobilnya dan menatap tajam perempuan didepannya.
"Apa mau mu hah?! Tidak bisakah kau tidak menggangguku?"
Perempuan itu meringis, suara Steve sangat dingin dan tajam. "Jelas saja aku menginginkanmu, dan untuk tidak mengganggu mu?" Tiba-tiba perempuan itu tertawa kecil. "Tentu tidak bisa, aku akan terus menemuimu dan mengganggu mu Steve."
Steve menggulirkan matanya malas, lalu bersidekap dada seraya menatap perempuan itu dengan tajam. "Aku bersyukur kau menghilang akhir-akhir ini, tapi kenapa sekarang kau muncul lagi Isabel? Tidak puas kau hampir membuatku membunuhmu kala itu?" Tanyanya dengan kepala menggeleng kecil tidak habis pikir.
Isabel yang masih memasang wajah manisnya mendekat, tangannya terangkat dan hampir menyentuh dada Steve, tapi dengan cepat pria itu mundur, membuat tangan Isabel hanya menggantung diudara.
"Hm... Kau masih saja jual mahal, tidak bisakah kau memperlakukan ku seperti kau memperlakukan Stela?"
Sebelah sudut bibirnya Steve terangkat, menampilkan senyum miring yang penuh akan ejekan. "Memperlakukan mu seperti Stela?" Kakinya melangkah maju, dan berdiri beberapa senti dari Isabel. Dengan tubuh yang sedikit merunduk, tangannya terangkat dan menyentuh sisi kepala Isabel dengan jari telunjuknya.
"Sepertinya didalam otakmu itu hanya berisikan halusinasi saja ya? Dasar perempuan gila." Ujarnya, lalu berbalik dan pergi meninggalkan Isabel yang malah tersenyum lebar.
Sembari menatap kepergian Steve yang kembali masuk kedalam apartemen nya, Isabel berjingkrak senang.
"Aku tidak menyangka bisa sedekat itu dengan Steve!!!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Sister Of The Male Lead [END]
FantasiaHanya karna tertimpa sebuah bola, tiba-tiba jiwa Nadine berpindah. Gadis itu menempati tubuh seorang perempuan manis yang menjadi kakak kembar dari sang tokoh utama dari novel 'Love Language' yang pernah ia baca. "Bukankah sebelumnya kita pernah men...