"Terimakasih Delon. Aku bersungguh-sungguh bahwa Delya mampu dan bisa membantu dirumah sakitmu ini." Ujar Hendrix dengan semangat.
Delon yang melihatnya hanya mengangguk. Sebenarnya ia sedikit malas bertemu dengan mantan kakak iparnya ini. Sudah bagus pria itu pergi jauh bersama keluarga barunya beberapa tahun ini, tapi entah kenapa mereka malah kembali dan bahkan berniat merecoki hari-hari Steve dengan menjodohkan anak tirinya sendiri.
Ayah macam apa itu? Setelah menyakiti hati keluarga nya, Hendrix berniat menyatukan kembali keluarganya dengan cara murahan seperti itu. Hey! Steve jelas akan menolak, bahkan pria itu tidak sudi mendengar nama Hendrix beserta keluarga barunya.
Delon tau, setelah kedua orang tuanya berpisah dan Steve mengetahui konflik dibaliknya. Keponakannya itu hanya memilih fokus pada keluarga dan pekerjaannya, mengabaikan apapun tentang Hendrix dan bahkan melupakan ikatan darah yang mereka miliki.
Bahkan Delon pernah memergoki Steve yang dengan tampang dinginnya meludahi foto Hendrix yang tertinggal didalam tasnya, sebelum kemudian keponakannya yang masih berusia 18 tahun itu membakar foto ditangannya.
"Tapi Tuan Hendrix," Delon menegakkan tubuhnya, menatap dalam Hendrix yang duduk diseberangnya. "Tidak apakan jika anak anda hanya ditempatkan sebagai perawat biasa? Kami harus mengecek kemampuan calon perawat lebih dulu. Jika kemampuan anak anda memang bagus, maka dia akan mendapatkan tempat yang lebih tinggi."
Hendrix hanya mengangguk, mengulas senyum tipis. "Tidak apa, asalkan Delya satu pekerjaan dengan Steve. Aku ingin mereka dekat dan memudahkan perjodohan ini."
Delon terkekeh sinis. "Apakah anda tidak pernah memikirkan perasaan anak-anak kandung anda sedikitpun?"
Kening Hendrix mengerut, tidak mengerti dengan apa yang baru saja Delon katakan. "Maksudmu?"
Tanpa memikirkan siapa Hendrix lagi, Delon duduk bersandar dengan angkuhnya. "Apa anda pernah bertanya pada Steve tentang perjodohan itu?"
Hendrix mengangguk. "Tentu saja. Walaupun Steve menolaknya, tapi aku yakin anak itu akan luluh dan menerimanya suatu saat nanti."
Lagi dan lagi Delon terkekeh sinis. "Sudah jelas kan keponakan saya menolak? Lantas, apa alasan anda sampai memaksa seperti itu?" Lalu sedikit mencondong kedepan.
"Itu sama saja anda menghambat kebahagiaan anak anda. Saya sebagai pamannya menentang hal konyol itu, Steve berhak bahagia dengan pilihannya sendiri." Setelah berkata demikian, Delon kembali menegakkan tubuhnya. Menatap Hendrix untuk beberapa saat dan menunjuk pintu ruangannya dengan ekspresi rumit yang terpatri diwajahnya.
"Jika sudah selesai, anda bisa pergi. Saya masih memiliki urusan yang lebih penting."
•••••••••••••
"Hei Isabel, apa kau tidak akan dimarahi meminta cuti lebih dari dua hari?" Tanya Geo dengan bingung. Isabel adalah seorang perawat, ditambah adiknya itu adalah seorang asisten Dokter yang harus standby di sisi Dokter itu.
Isabel yang semula tengah melihat-lihat kosmetik didepannya berhenti, lalu tak lama kembali melanjutkan seraya mengunyah permen karet. "Aku meminta izin karna sakit, jadi sudah jelas tidak akan terkena marah. Lagi pula Dokter yang menjadi atasan ku masih cuti, dan kemungkinan baru besok kembali masuk." Jawabnya dengan mencomot satu buah lipstik, lalu dimasukkan kedalam keranjang kecil yang ia pegang.
Geo hanya mengangguk. Lagi pula ia senang bisa memiliki waktu berdua seperti ini bersama Isabel.
"Hei, sehabis ini kau ingin kemana lagi? Aku siap menemanimu kemana saja." Tanyanya seraya berjalan mundur dengan berhadapan langsung dengan Isabel, memandang wajah cantik adiknya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Sister Of The Male Lead [END]
FantasiaHanya karna tertimpa sebuah bola, tiba-tiba jiwa Nadine berpindah. Gadis itu menempati tubuh seorang perempuan manis yang menjadi kakak kembar dari sang tokoh utama dari novel 'Love Language' yang pernah ia baca. "Bukankah sebelumnya kita pernah men...