TSOTML : 43

9K 735 9
                                    

Ditengah heningnya malam, Stela memandang wajahnya dipantulan cermin. Tangannya terangkat dan menyentuh satu bekas luka goresan dipipi kirinya yang tidak hilang.

"Rasa sakit dari luka-luka ini tidak terasa sama sekali, tapi rasa sakit ditubuhku yang kaku lebih menyiksa." Terlalu lama berbaring diatas ranjang rumah sakit membuat tubuh Stela kaku dan terasa remuk, berbeda jauh dengan luka-luka bekas jahitannya yang tidak terasa sakit sama sekali.

Jika dihitung, ada sekitar 4 area yang dijahit. Samping kepala, bahu, paha, dan pelipisnya. Masing-masing memiliki 9 jahitan. Dan sampai saat ini, luka-luka masih diperban karna Stela tidak ingin melihatnya. Masih banyak luka goresan, tapi Stela mengabaikannya.

"Lagi-lagi Ibu berbohong." Stela menghela nafas, decakan kecil terus terdengar. "Apakah begitu caranya agar Stevan tidak jadi menikah diusia muda? Hal semacam itu tidak akan mempan pada Stevan yang memiliki watak keras kepala seperti Steve."

Stela tidak habis pikir dengan kedua orangtuanya. Mereka melakukan drama yang sia-sia, Stevan tidak akan terpengaruh dan akan tetap menikah satu minggu lagi.

"Aku berharap Ibu segera mengakhiri drama konyolnya. Mereka terlalu tua untuk berakting seperti itu."

Tok... Tok...

Suara ketukan dikaca jendela membuat Stela menoleh, terdapat siluet hitam yang tengah berdiri dan melambai kearahnya.

Stela memicingkan matanya, menatap lamat-lamat siluet hitam itu. Sebelum menghampiri nya, Stela lebih dulu meraih ponselnya yang tergeletak diatas meja.

Sudah beberapa kali Stela mendengar suara ketukan jendela, namun tidak ada sosoknya. Stela sempat berfikir bahwa itu hantu, tapi pernah Stela memergoki siluet hitam itu namun langsung kabur saat ia berniat mendekatinya.

Namun kali ini dia tidak kabur, yang ada malah terlihat kegirangan saat melihat Stela menghampiri nya.

Tangannya terangkat dan menyibak gorden, menyingkirkan penghalang dijendela itu. Saat Stela mendongak dan menatap siluet hitam yang sudah berubah warna itu, matanya membola dengan bibir terbuka.

Melihat Stela terkejut, siluet hitam yang masih berdiri itu terkekeh. Tanpa kesulitan, siluet yang berkelamin pria itu membuka jendela dan masuk kedalam kamar Stela. Sebuah keberuntungan karna jendela kamar Stela ini tidak dikunci.

Setelah sampai dihadapan Stela, pria itu menarik Stela dan memeluknya. Kecupan-kecupan kecil mendarat diatas kepala perempuan itu. Akhirnya rasa rindunya yang tertahan selama ini bisa tersalurkan.

"Aku merindukanmu, sangat!"

Stela cengo, lalu tiba-tiba matanya berkaca-kaca dan balas memeluk pria itu. "Kemana saja kau? Aku menunggumu." Lirihnya.

Pria itu lagi-lagi terkekeh. "Maafkan aku, ada urusan yang harus aku selesaikan." Jawabnya yang tidak sepenuhnya benar.

Stela mengangguk, tapi kemudian mendorong pria itu dan sedikit memberikan jarak. Tatapannya memindai pakaian yang pria itu kenakan. "Apa-apaan itu? Cosplay menjadi seorang pencuri?"

Pria itu terkekeh. "Iya, aku akan mencuri hatimu dan menyatukannya dengan hatiku."

"Cih, murahan." Sinis Stela yang terus menatap pakaian yang dipakai orang didepannya. "Kemana saja kau selama ini? Aku pikir kau hilang ditelan bumi Steve."

Steve terkekeh. "Aku masih ada didasar bumi, kau tenang saja." Ujarnya dengan senyuman. Lalu Steve meraih lengan Stela, membawa perempuan itu kearah ranjang dan mendudukkannya disana.

"Bukankah Om Hendra akan pergi besok pagi?"

Stela mengangguk. "Urusannya denganmu apa?"

Steve meringis, ia merasa ucapan Stela terdengar sinis sedari tadi. "Aku ingin mengajakmu kesuatu tempat, apakah kau mau?"

The Sister Of The Male Lead [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang