Didepan cermin yang menampilkan tubuhnya yang terpasang gaun indah, Stela terus terkekeh jika mengingat tingkah laku Steve. Sepertinya pria itu memang ingin cepat-cepat memiliki bayi darinya, hingga hanya dalam beberapa waktu saja acara pernikahan sudah siap. Semuanya benar-benar sudah tertata rapih, bahkan Stela tidak tau kapan pria itu memulainya.
Baru kemarin Steve benar-benar memasangkan cincin dijari manisnya, namun sekarang Stela sudah memakai gaun pengantin, dan mungkin beberapa saat lagi ia akan resmi menjadi Istri dari seorang Steve.
"Ekhem... Pengantin kita yang sangat beautiful ini terlihat tidak pernah berhenti tersenyum, pasti sangat membahagiakan, benar begitu Kak?" Tanpa Stela sadari, sedari tadi Stevan berdiri diambang pintu dengan wajah tengilnya. Kemudian pria itu mendekati Stela dan menyodorkannya tangan kanannya.
"Let's go out princess, because your prince is waiting for you."
Stela mengangguk, lalu membalas uluran tangan Stevan. Keduanya kemudian berjalan beriringan melewati lorong yang sepi. Sampai pada disebuah pintu yang sangat besar, Stevan melepaskan genggaman tangannya dan setelahnya pintu itu terbuka dengan perlahan.
Stela terkesima, benar-benar terlihat megah dan banyak orang-orang yang sudah menunggu kedatangannya disana. Sebelumnya Stela benar-benar tidak tau seperti apa tempat dan akan seperti apa dekorasinya. Namun ini diluar ekspektasinya, benar-benar indah hingga rasanya Stela tidak bisa mengedipkan matanya.
"Stela..." Entah kapan Steve mendekat, tapi pria itu sudah berada tepat didepannya dengan tangannya yang terulur. Stela gugup, tapi tetap menerima uluran tangan Steve dengan sedikit gemetar.
"Rileks saja, malam tidak akan cepat datang Stela." Bisiknya dengan jahil.
Stela mendelik, lalu memukul kecil pundak Steve. "Apa maksudnya itu? Menggelikan."
Steve hanya tersenyum, lalu mereka mulai berjalan secara perlahan melewati tamu yang bertepuk tangan seiring mereka melangkah.
Maniknya menatap sekelilingnya, dan terkekeh kecil saat melihat David. Tanpa disangka, ternyata dirinya lah yang lebih dulu menikah. Sedangkan David masih menunggu waktu yang pas untuk mengajak kekasihnya menikah, ternyata yang pria itu katakan waktu itu baru sebuah rencana saja.
"Stela."
Kini mereka berhadapan, dan itu benar-benar membuat Stela gugup. Tapi untungnya Steve selalu menggenggam kedua tangannya, menenangkan dirinya hingga janji suci pernikahan telah mereka selesaikan tanpa ada hambatan.
Setelah saling bertukar cincin dan memasangkannya, Stela dibuat terkejut saat tiba-tiba Steve mencium bibirnya tanpa aba-aba. Stela malu, namun hal ini memang harus dilakukan. Jadi dengan perlahan, Stela menaruh kedua tangannya dipundak Steve, dan melakukan apa yang tengah pria itu lakukan.
Semua orang yang hadir disana bertepuk tangan dan bersorak, terutama Stevan dan Delon yang sangat terlihat heboh. Bahkan tanpa malu-malu, Stevan melompat-lompat kecil seraya bersorak.
"Yahooooooooo... Akhirnya impian Kak Steve menjadi nyata."
Melihat tingkah suaminya yang memalukan, tanpa segan Cilla menepuk keras pantat pria itu. "Diam Stevan, kau sangat berisik." Bisiknya dengan delikan tajam, Cilla memang terkenal galak dengan perkataannya yang pedas, dan itu adalah hal yang sangat Stevan sukai dari sang Istri.
Dirinya yang petakilan, cerewet dan tengil disatukan dengan Cilla yang galak, pemarah dan kesabarannya setipis tisu, tentu saja akan menghasilkan sebuah kehidupan yang penuh warna. Bahkan setiap pagi, Stevan sangat senang membuat istrinya itu marah-marah.
"Keluarkan amarahmu, dan itu akan membuatku semakin mencintaimu."
Cilla mendengus, lalu kembali duduk. "Dasar gila." Gumamnya dengan senyum yang tertahan seraya kembali melihat pengantin yang tengah tersenyum malu-malu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Sister Of The Male Lead [END]
FantasiHanya karna tertimpa sebuah bola, tiba-tiba jiwa Nadine berpindah. Gadis itu menempati tubuh seorang perempuan manis yang menjadi kakak kembar dari sang tokoh utama dari novel 'Love Language' yang pernah ia baca. "Bukankah sebelumnya kita pernah men...