Dengan langkah lebar dan tegap, Steve berjalan memasuki sebuah ruangan minim cahaya dengan suara teriakan yang menggema yang berasal dari sana. Senyum miringnya tersungging saat melihat pria paruh baya yang tengah mencoba memberontak dari beberapa pria suruhannya.
"Bagaimana rasanya? Apakah sangat menyenangkan?" Tanya Steve yang membuat beberapa pria kekar yang mengerubuni seseorang didepan sana berhenti. Mereka menunduk kecil seraya menutupi aset berharga mereka.
"Kau! Dasar anak sialan!!" Hendrix, pria itu marah, ingin menghajar Steve sekarang juga jika saja tubuhnya tidak terkulai lemas seperti ini.
Steve hanya menatap dingin, lalu pandangannya beralih menatap jajaran pria disisi kanan Hendrix. "Apakah kalian menikmatinya?"
Pria yang berjumlah 5 orang itu mengangguk. "Kami sangat menikmatinya Tuan, terimakasih. Ini adalah impian kami selama menjadi seorang gay, terimakasih banyak Tuan." Ucap salah satu di antaranya.
Steve mengangguk.
"Tapi Tuan..." Seruan pelan dari pria paling kekar membuat Steve mengangkat kedua alisnya.
"Ada apa?"
"Itu..." Pria kekar itu menyatukan kedua jarinya, wajahnya memerah.
Steve mendengus jengah. "Katakan atau ku ambil kembali bonus yang telah aku berikan kepada kalian."
Kelima pria itu gelagapan. Pria yang berdiri disebelah sikekar menyikutnya, menyuruhnya agar mengatakan permintaan mereka pada Steve.
"Ituu... Jika Tuan berkenan, mau kah Tuan bergabung? Saya rela jika harus berganti posisi." Katanya dengan malu-malu, kepalanya menunduk dalam dan masih dengan kedua jarinya yang menyatu.
"Saya pun rela Tuan."
"Saya juga."
"Saya ingin merasakan ditusuk dari belakang, saya sudah bosan menjadi penusuk Tuan."
"Jika Tuan berkenan, izinkan saya untuk memuaskan anda Tuan, dengan milik saya yang besar ini."
Steve bergidik, menatap tajam kelima pria itu. "Beraninya kalian berkata seperti itu?" Steve mengambil langkah mundur, kepalanya menggeleng kecil. "Sepertinya... Bonus yang aku berikan memang harus aku ambil kembali dan sebagai gantinya, kalian akan menjadi samsak calon mertuaku!" Desisnya marah, lalu berbalik dan meninggalkan ruangan penuh manusia gila itu.
"Dasar gay gila! Berani sekali menawari ku bergabung dengan mereka. Apa-apaan dengan memuaskan ku dengan miliknya? Aku juga memilikinya, dan aku akan puas jika aku melakukannya bersama Stela."
•••••••••
"Bagaimana perasaanmu? Apakah kau merasa senang setelah aku melepaskan gips ini?" Tanya seorang Dokter seraya tersenyum lembut memandang wajah Stela.
"Aku merasa senang dan lebih baik, tapi kapan aku bisa pulang kerumah?"
Dokter itu terkekeh. "Minggu depan sudah bisa pulang, tapi kau harus tetap kontrol kerumah sakit ini setiap minggunya."
Stela mengangguk. "Baik terimakasih." Ujarnya dengan senyuman manis. Setelah kepergian Dokter itu, Stela memusatkan perhatiannya pada David, pria itu tengah tertidur disofa dipojok ruangan.
Semalam David sibuk dengan ponselnya. Pria itu diperintah Stevan untuk menjaga Stela disini. Tapi Stela tetap merasa sendiri, David tidak mengajaknya mengobrol dan hanya fokus pada ponselnya dengan berbagai ekspresi.
"Salah sendiri dia tidak tidur dan malah sibuk dengan ponselnya semalam. Akibatnya disiang hari seperti ini pun Om tengil itu belum terbangun." Gumamnya dengan kepala menggeleng kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Sister Of The Male Lead [END]
FantasiHanya karna tertimpa sebuah bola, tiba-tiba jiwa Nadine berpindah. Gadis itu menempati tubuh seorang perempuan manis yang menjadi kakak kembar dari sang tokoh utama dari novel 'Love Language' yang pernah ia baca. "Bukankah sebelumnya kita pernah men...