"Huaaa... Perutku sakit lagi." Disepanjang perjalanan dengan membutuhkan waktu yang lumayan lama menuju kediaman Fearly, Stela terus merengek dan memegangi perutnya sendiri.
Steve yang melihatnya tentu tidak tega, bahkan beberapa kali berhenti dipinggir jalan yang tentu saja tidak akan ada toilet umum disana.
"Tahan sebentar lagi, oke? Rumah Ibu tinggal beberapa meter lagi." Steve mencoba menenangkan Stela. Tapi bukannya tenang, Stela malah semakin merengek.
"Aku membutuhkan toilet sekarang juga! Perutku sudah kembung dan ingin mengeluarkan gas!!" Sesaat setelah berkata seperti itu, gas yang dimaksud Stela keluar begitu saja tanpa bisa ditahan lagi.
Steve menutup matanya, menahan nafasnya sejenak sebelum memilih keluar dengan pintu mobil yang sengaja dibuka lebar.
Stela yang menjadi pelaku utama hanya menyengir kecil, buru-buru ikut keluar dan berdiri berseberangan dengan pria itu. "Hehe maaf, aku tidak sengaja." Ucapnya dengan suara yang sengaja di imut-imutkan, agar Steve tidak marah.
Menghela nafas, Steve memilih kembali memasuki mobil dan membuka atap mobilnya sehingga udara malam yang sangat dingin juga kencang ini menerbangkan sisa-sisa gas yang Stela keluarkan.
Stela hanya mengamati, kedua tangannya saling menggenggam dengan gelisah.
Setelah dirasa rasa bau tak mengenakan dari gas itu menghilang, barulah Steve kembali duduk nyaman dibalik kemudi dan menepuk kursi disebelahnya.
"Ayo masuk. Jika masih ingin mengeluarkan gas, kau bebas mengeluarkan nya kapan saja."
Diluar nastar, respon Steve biasa saja bahkan dengan baik hatinya mau mengerti Stela yang lagi-lagi mengeluarkan gasnya tanpa disengaja.
Stela pikir, Steve akan marah dan meninggalkannya dipinggir jalan. Atau mendiaminya sampai dikediaman Fearly, tapi ternyata dugaannya salah besar.
"Ayo, apa kau ingin masuk angin dan semakin membuat perutmu bertambah kembung?" Tanya Steve, namun tiba-tiba pria itu terdiam saat menyadari akan ucapannya.
"Bagaimana ini? Semakin lama perutku akan bertambah kembung, dan semua orang akan mengetahui tentang ini."
Steve ingat. Tepatnya sebelum Stela hampir melompat dari atas rooftop rumah sakit.
Perempuan itu sempat berbicara seorang diri didalam kamarnya, dan Steve yang tidak sengaja mendengarnya langsung terdiam membisu.
Steve memang sering datang tanpa memberitahu perempuan itu, dan menyelonong masuk tanpa sungkan.
Katakan saja Steve tidak sopan, tapi ia sudah menganggap rumah Stela sebagai rumahnya juga. Dan disana lah fakta mengejutkan terdengar.
Steve tidak melakukan apa-apa, hanya terdiam lalu berbalik pergi meninggalkan kediaman Stela. Saat itu dirinya terlalu terkejut, tidak bisa menerima bahwa Stela tengah mengandung buah hatinya. Steve pikir, mereka tidak akan bisa bersama, mereka kembar dan tidak seharusnya memiliki anak.
Bahkan Steve tidak percaya, bahwa hasil dari perbuatan mereka malah menjadikan sebuah kehidupan yang baru. Walaupun hanya sekali coba.
Tapi setelah kehilangan bayi itu, Steve merasa teramat bersalah dan marah pada dirinya sendiri. Seharusnya ia menerima dan berjuang bersama Stela membesarkan anak mereka, walaupun nanti pasti ada kecacatan karna gen mereka sama.
Andai saja Steve tidak memaksa tetap disamping perempuan itu, mungkin ia dan Stela tidak akan terlibat perdebatan kecil yang mengakibatkan Stela terjatuh dari kursi dengan keras dihadapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Sister Of The Male Lead [END]
FantasyHanya karna tertimpa sebuah bola, tiba-tiba jiwa Nadine berpindah. Gadis itu menempati tubuh seorang perempuan manis yang menjadi kakak kembar dari sang tokoh utama dari novel 'Love Language' yang pernah ia baca. "Bukankah sebelumnya kita pernah men...