Didalam ruangan Stela, Stevan tengah membereskan sofa bekasnya tidur. Bibirnya mengeluarkan sebuah nyanyian, sedangkan pinggulnya bergoyang kekiri dan kekanan.
"Mana dimana anak kambing saya, anak kambing--- eh?" Stevan terdiam, alisnya menukik tajam. "Jangankan anak kambing, anak yang berasal dari bibitku saja belum jadi." Gumamnya dan kembali melanjutkan kegiatannya, sedangkan Stela yang memperhatikan sedari tadi hanya menggeleng kecil.
"Mana dimana jantung hati saya, jantung hati saya ada di---"
"Mana-mana." Sela Stela dengan cengiran. Stevan hanya mendengus, menyimpan selimutnya didekat kaki Stela.
Stela mendongak, menatap Stevan yang wajahnya berubah muram. "Kau ini kenapa? Apa karna aku menyela nyanyian mu?" Tanya Stela seraya menepuk kecil pipi Stevan.
Stevan menggeleng, pria itu berjongkok dan melipat tangannya disisi kaki Stela dengan kepalanya yang bertumpu diatas tangannya. Bibirnya melengkung kebawah, helaan nafasnya terus terdengar. "Bibitku saja belum jadi, tapi sepertinya ada yang mendahului ku dan aku akan menimang bayi. Namun dengan status sebagai seorang Kakak, bukan Pipan yang seperti aku harapkan." Gumamnya dengan lesuh.
Stela mengernyitkan keningnya. "Pipan?"
Stevan mengangguk. "Papi Epan. Tapi sepertinya gelar itu harus terselip oleh gelar Kakak yang akan tersemat tidak lama lagi."
Stela terdiam. Stevan akan menjadi seorang Kakak? Yang artinya ia juga akan mempunyai adik lagi? Adik? Lagi?!
"Ibu hamil?"
Stevan mengangguk. Sedangkan Stela melongo.
"Siapa yang dengan berani menghamili Ibu?!!" Stela bertanya gusar. Jangan sampai Ibunya itu hamil diluar nikah.
"Dengan suaminya, Ibu sudah menikah dari beberapa bulan lalu." Jelas Stevan, pria itu lalu berdiri, menatap Stela yang menatapnya penuh ketidak percayaan.
"Kakak tidak percaya? Sebentar lagi Kakak akan mempunyai adik kecil." Tangan Stevan terangkat, mengelus dagunya. "Padahal seharusnya Kakak yang memiliki bayi, bukan malah mendapatkan adik lagi."
Ctak!
"Menikah saja belum, apa maksudmu dengan aku yang seharusnya memiliki bayi?" Stela sewot, sedikit kesal dengan Stevan yang terus saja mengungkit soal anak beberapa hari ini.
Stevan mengedikan bahunya. "Maka dari itu cepat menikah. Asal Kakak tau, Kakak hanya perlu menjawab Ya aku bersedia dan semuanya akan berjalan sebagaimana mestinya." Ujar Stevan dengan menggebu.
"Calonnya saja belum ada, kepada siapa aku harus berkata ya aku bersedia?" Kepalanya menggeleng kecil. "Kau ini, sepertinya kegilaanmu bertambah banyak."
Stevan tersenyum miring. "Jika tiba-tiba ada seseorang yang berkata Will you marry me, jawaban apa yang akan Kakak berikan?"
"Tergantung siapa yang bertanya. Jika yang bertanya itu orang asing, jelas aku akan menolaknya." Stela sedikit merasa aneh, mengapa Stevan bertanya seperti itu? Dan juga tiba-tiba jantungnya berdebar, ada apa ini?
Stevan berdehem, mengambil langkah mundur. "Tolong siapkan jawaban Kakak dari sekarang, akan ada seseorang yang bertanya hal demikian pada Kakak."
"Hah?"
Stevan berbalik lalu mengambil langkah kearah kiri, dan disanalah terdapat sosok Steve dengan senyuman lebar dan buket bunga besar ditangan pria itu.
Langkah Steve mendekat, sedangkan Stevan sudah menghilang entah kemana.
Stela gugup melihat Steve yang sudah sangat gagah tengah berjalan menghampirinya, dan berdiri disampingnya.
"Stela."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Sister Of The Male Lead [END]
FantasiaHanya karna tertimpa sebuah bola, tiba-tiba jiwa Nadine berpindah. Gadis itu menempati tubuh seorang perempuan manis yang menjadi kakak kembar dari sang tokoh utama dari novel 'Love Language' yang pernah ia baca. "Bukankah sebelumnya kita pernah men...