Episode 5🌻

29 2 0
                                    

"Tuhan baik, kirim kamu ke aku" -Rinai-

Hari ini Rinai kembali kerumah Nilam. Sepulang sekolah, Rinai bergegas untuk pergi kerumah Nilam. Meski mungkin jawaban yang dia terima akan sama seperti dua hari yang lalu, namun dia sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk tetap berusaha kembali dan memperbaiki semuanya. Rinai bahkan mengabaikan Lora yang kebingungan menatap Rinai yang sejak di sekolah tadi tampak berbeda. Terlihat cemas dan tergesa-gesa. Lora yang seperti biasa ketika jam istirahat akan menemui Rinai di kelasnya, dan benar ketika sampai di kelas Rinai, dia hanya diam. Tidak membaca buku seperti biasanya, hanya diam sesekali menatap jam tangannya. Lora pun sudah berusaha mengajaknya pergi ke kantin, namun Rinai menolaknya dengan halus. Tidak mau ambil pusing mungkin Rinai sedang ada urusan di rumah. Pikir Lora.

Langkahnya terhenti di depan rumah yang dua hari lalu dia kunjungi. Menatap seseorang yang baru saja keluar dari rumah besar itu dengan tatapan yang bingung. Melihat Nilam keluar pada sore hari dengan pakaian yang sangat tertutup. Jaket hitam yang terlihat kebesaran, celana jeans hitam, juga memakai topi hitam serta masker yang menutupi sebagian wajahnya. Nilam beranjak masuk kedalam mobil sport putihnya dan pergi meninggalkan pekarangan rumahnya. Rinai berusaha bersembunyi dibalik tanaman-tanaman yang ada di pekarangan rumah Nilam. Seketika Rinai teringat ucapan Bi Imah dua hari yang lalu, bahwa Nilam memang suka pergi akhir-akhir ini. Rinai hanya terdiam beberapa saat di tempatnya dengan perasaan yang sedih sekaligus penasaran apa yang dilakukan Nilam diluar sana? Seberapa jauh Nilam berubah?.

Akhirnya Rinai memutuskan untuk pergi dari tempatnya berdiri. Berjalan pelan sambil diam menatap sepatunya. Begitu banyak hal yang dicemaskan Rinai hari ini, dan semua itu tentang Nilam.

Langkahnya terus berjalan menyusuri komplek rumahnya. Seketika terdengar suara motor yang mendekat ke arahnya dari belakang. Sontak Rinai menoleh kebelakang dan melihat siapa yang mendekatinya. Rinai cukup terkejut karena melihat sosok Arta yang kini tengah menatapnya sambil tersenyum tipis.

"Arta? Kok kamu bisa disini?" tanya Rinai bingung.

Arta menjawab pertanyaan Rinai dengan santai. "Kebetulan gue lewat sini."

"Rumah kamu emang daerah sini juga?" Rinai kembali bertanya.

Arta menggeleng pelan. "Nggak, cuma emang lagi pengen lewat sini aja. By the way, rumah lo daerah sini? tanya Arta.

"Iya, rumah aku disini," jawab Rinai pelan.

"Lo baru balik dari sekolah atau gimana? Kok baru sampe?" tanya Arta sambil terus menatap Rinai dengan bingung.

Rinai hanya terdiam tanpa niat membalas ucapan Arta. Sontak hal itu membuat Arta menatapnya sedikit kebingungan. "Nai,"

"Iya, Arta?"

"Mau permen kapas lagi?"

Seolah-olah mengerti bahwa saat ini Rinai sedang tidak baik-baik saja. Rinai seketika terdiam, Arta pun ikut terdiam sambil menunggu jawaban dari Rinai.

"Jadi, mau gak?" Arta kembali bertanya dan seketika menyadarkan Rinai dari lamunannya.

"Boleh," jawab Rinai menyetujui ajakan Arta.

"Yuk, kita cari bareng-bareng," ajak Arta.

Rinai pun langsung menaiki motor milik Arta. Dengan segera Arta membawa Rinai pergi keluar dari komplek. Arta paham bahwa saat ini, Rinai sedang tidak baik-baik saja. Meski Arta tidak tahu apa masalah Rinai, namun dengan cara membawa Rinai pergi dia harap akan membuat gadis cantik ini sedikit lupa dengan masalahnya.

Selama perjalanan, Rinai hanya diam menatap jalanan. Arta pun ikut terdiam, memberi ruang untuk Rinai menenangkan pikirannya. Sampai pada akhirnya, Arta berhenti dipinggir jalan, membuat Rinai seketika tersadar bahwa mereka telah berhenti.

RUMIT (ARTANAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang