Episode 15 🌻

7 1 0
                                    

Haii,, gimana episode sebelumnyaa??

Selamat membaca.....

"Kamu kembali, namun dengan luka yang tidak kamu izinkan untuk aku ketahui"
-Rinai-

Malam ini langit begitu cerah, dengan tampilan bintang yang  begitu banyak membuat Rinai tersenyum menatapnya. Meski Rinai suka hujan, namun kehadiran bintang lebih diinginkan ketimbang hujan. Hujan memang menenangkan, namun terkadang memberi rasa sakit setelah dinikmati keindahan nya. Sementara bintang, terlihat indah meski hanya sekedar di pandang.

Rinai terdiam di sebuah taman yang berada di perumahan nya. Menatap langit dengan begitu banyak perasaan yang ada di hatinya saat ini, juga dengan berbagai pikiran yang mengganggunya akhir-akhir ini. Rinai terdiam, mencoba menikmati angin malam yang begitu sejuk, meski sedikit menusuk. Rinai menghirup udara malam dengan dalam, berusaha melupakan semua yang mengusik pikiran nya.

Hingga tiba-tiba, terdengar langkah seseorang berjalan mendekat kearah Rinai. langkah nya begitu pelan, membuat Rinai sontak menoleh kearah seseorang tersebut dan Rinai terkejut karena seseorang yang sedang memenuhi isi pikiran nya kini berdiri tepat disamping nya. Menatap Rinai dengan senyuman yang biasa Rinai lihat. Rinai hanya bisa terdiam sambil terus menatap Arta yang masih berdiri disamping nya.

Arta pun segera duduk di samping Rinai, "Kenapa malem-malem di sini, Nai."

"Arta?" tanya Rinai heran.

Arta tersenyum, sedangkan Rinai hanya menatap Arta dengan tatapan terkejut.

"Hey," sapa Arta seraya melambaikan tangan nya tepat di depan wajah Rinai.

Rinai sontak terkejut dan segera sadar dari lamunanya, "Kamu ngapain disini?"

"Emang pengen kesini aja," jawab Arta sambil terus menampilkan senyum manisnya.

Rinai yang masih belum menyangka dengan kehadiran Arta hanya bisa terdiam, dengan perasaan yang sulit dijelaskan. Senang dan lega rasanya ketika mendapati Arta yang tiba-tiba ada di samping nya.

Keduanya hanya terdiam, Rinai berusaha menetralkan degup jantung nya dengan menatap langit yang begitu indah malam ini. Sementara Arta yang melihat arah pandang Rinai, ikut menatap langit dan hanya terdiam. Namun, Rinai tidak bisa hanya diam terlalu lama, begitu banyak pertanyaan yang ada di kepalanya saat ini. Namun, entah kenapa semua yang mengganggu pikiran nya justru tidak bisa dia utarakan ketika Arta sudah ada tepat di samping nya saat ini.

"Pertanyaan gue belum lo jawab, Nai" ucap Arta tiba-tiba membuka suara.

Rinai yang cukup terkejut segera menoleh ke samping dan menatap Arta, "Hah? Pertanyaan yang mana, Ta?" tanyanya bingung.

Arta tersenyum, "Nai kenapa malem-malem disini?"

"Gak ngapa-ngapain, cari angin aja," jawab Rinai pelan. Arta mengangguk pelan dan kembali terdiam.

Rinai pun menoleh kearah Arta dan menatap Arta yang kini pandangan nya mengarah pada langit malam yang indah.

"Kamu kemana aja, Ta?" tanya Rinai pelan.

Arta segera menoleh dan menatap Rinai seraya tersenyum, "Gak kemana-mana."

"Kok baru keliatan lagi?" tanya Rinai lagi.

"Kangen sama gue, ya?" Arta berbalik bertanya sambil tersenyum.

Rinai sontak mengalihkan pandangan nya dari Arta, "Geer banget, orang cuma nanya aja, siapa juga yang kangen kamu." ujar Rinai tanpa menatap Arta yang kini masih menatapnya.

Arta pun mengalihkan padangan nya kedepan, "Yahh," ucap nya lesu.

Rinai menatap Arta bingung, "Kenapa?"

"Gue kira lo bakal kangen, Nai." jawab Arta.

Emang aku berhak kangen kamu, Arta?, tanya Rinai dalam hati.

Keduanya kembali terdiam. Sibuk dengan pikiran nya masing-masing. Rinai yang masih sibuk menetralkan detak jantungnya yang kini berdetak tak karuan, sementara Arta menatap langit dengan isi kepala yang sulit diartikan.

Sampai akhirnya, Rinai membuka suaranya. "Kamu gapapa, Ta?" tanya Rinai tiba-tiba.

Arta yang mendengar pertanyaan Rinai, sontak menoleh, "Maksud lo?"

"Gak ada maksud apa-apa, aku nanya aja, kamu gapapa?" jawab Rinai pelan. Jauh di dalam lubuk hatinya dia takut sekali, takut pertanyaan nya akan menyinggung Arta.

Namun, yang dilihat Rinai justru Arta tersenyum sambil kembali menatap langit. Rinai yang cukup bingung dengan reaksi Arta hanya mampu terdiam dengan kebingungan yang tidak mampu dia utarakan.

"Gue gapapa, Nai," ucap Arta tiba-tiba.

Rinai pun menoleh kearah Arta yang masih menatap langit. "Beneran gapapa?" tanya Rinai lagi.

"Emang kenapa Nai, nanya gitu, hm?" tanya Arta seraya menoleh kearah Rinai.

Rinai segera mengalihkan pandangan nya dari Arta. "Gapapa, kamu ngilang setelah ngobrol sama ayah aku, aku takut ayah ada salah ngomong ke kamu," Jelas Rinai.

Arta terdiam. Kembali teringat dengan ucapan Rendi dua minggu yang lalu. Yang setelahnya membuat Arta menghilang dari Rinai.

Arta menghembuskan napasnya pelan, "Gapapa kok, emang ada urusan mendadak aja waktu itu."

Rinai menganggukkan kepalanya dan berusaha mempercayai ucapan Arta, meski di dalam hatinya berkata bahwa ada hal lain selain urusan mendadak nya Arta.

"By the way, gue belum sempet ngobrol banyak sama bokap lo waktu itu," ujar Arta.

"Eh? Gapapa, Ta. Kata ayah juga kamu ada urusan mendadak banget makanya langsung pulang," jelas Rinai.

Ayahnya belum cerita berarti, ucap Arta dalam hati.

Malam ini mungkin Rinai cukup merasakan kebahagiaan yang selama ini rasanya hilang. Kembalinya Arta disamping nya membuat rasa khawatirnya berkurang. Mendengar pernyataan bahwa Arta baik-baik saja membuatnya sedikit lega. Namun, ada sesuatu yang justru dirasakan Rinai. Tapi sayang nya dia tidak mampu mengutarakan nya.

Mungkin Arta bisa mengatakan bahwa dia baik-baik saja, namun Rinai bisa melihat ada luka yang tidak bisa Arta tunjukkan, tapi bisa Rinai rasakan. Rinai melihat luka Arta yang sengaja Arta sembunyikan dibalik senyumnya yang sejak awal datang kesini dia tunjukkan pada Rinai.

Sejauh ini, mungkin Arta manusia yang paling rapi dalam perihal menyimpan luka, namun siapa tau bahwa ternyata luka nya bisa terbaca oleh orang-orang yang terlibat dalam perjalanan hidupnya.

Kamu kembali, namun dengan luka yang tidak kamu izinkan untuk aku ketahui, ucap Rinai dalam hati. 

Bersambung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bersambung.......

Jangan lupa kasih vote dan komen kalian di perjalanan Rinai dan Arta, yaa...

RUMIT (ARTANAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang