Episode 38🌻

8 1 3
                                    

SELAMAT MEMBACA GUYS!! SELAMAT MENYELAMI KEMBALI CERITA MEREKA☺️

"Bahagia bagian mana yang kamu maksud, Ta?"
-Rinai-

Rinai bahagia dengan perasaannya. Bagaimana tidak? Perasaan ini memang sejak awal tidak pantas disalahkan. Dan Rinai mencoba untuk menjalani ceritanya dengan perasaan ini. Perasaan yang entah kapan akan segera sampai kepada objeknya. Perasaan yang sepertinya, tidak akan pernah terbalas.

Mendengar permintaan Arta yang memintanya untuk bahagia membuat Rinai sedikit memikirkan ucapan lelaki tersebut. Arta meminta Rinai untuk bahagia. Lalu, bagaimana jika bahagia Rinai ada pada diri Arta. Lelaki yang saat ini masih berada disampingnya. Menikmati jalanan kota yang sangat ramai. Kegiatan yang sering mereka lakukan selepas pulang sekolah.

"Arta," panggil Rinai seraya menolehkan kepalanya kearah Arta.

Arta pun segera menoleh, menaikkan sebelah alisnya. "Kenapa, Nai?"

Sebelum melanjutkan ucapannya, Rinai menghela napasnya terlebih dahulu. "Bahagia yang kamu maksud, yang seperti apa?"

Sesaat Arta terdiam. Mengalihkan pandangannya dari Rinai dan menegakkan badannya. Rinai yang melihat hal itu pun ikut terdiam. "Bahagia yang gue maksud, ya lo harus selalu bahagia."

Arta menoleh kearah Rinai, "Bahagia tanpa melibatkan siapapun didalamnya, termasuk gue." Ucap Arta melanjutkan ucapannya.

Rinai terdiam, namun beberapa detik setelahnya dia kembali bertanya. "Bukannya bahagia memerlukan objek untuk menjadi alasan kenapa kita harus bahagia?"

"Iya lo bener. Tapi objek bahagia lo juga harus yang bisa kasih lo kebahagiaan. Bukan cuma bahagia yang lo rasain sendirian. Objek yang menjadi alasan kenapa lo harus bahagia juga harus ikut ngerasain bahagianya lo." Jawab Arta sambil tersenyum tipis.

"Berarti, kamu gak bahagia selama ini sama aku? At least cuma sebagai temen, kamu gak bahagia?" Rinai kembali bertanya. Isi kepalanya kembali berisik. Mendengar jawaban Arta barusan, membuatnya berpikir, apakah lelaki ini tidak bahagia ketika bersamanya? Meski hanya sebagai teman?

Arta yang mendengar pertanyaan Rinai, sontak menatap kearah Rinai dengan tatapan yang sedikit terkejut. Tidak, Arta tidak bermaksud demikian. Bukan itu maksud dari tujuan ucapannya. Arta selama ini bahagia. Berteman dengan Rinai tentu membuat Arta bahagia. Meski tidak bisa membalas perasaan Rinai, tetapi Arta tidak ingin kehilangan gadis pemilik senyum indah itu. Arta tidak ingin kehilangan Rinai dalam bentuk apapun. Arta bahagia. Meski harus menyakiti perasaan Rinai, tapi percayalah, Arta bahagia.

"Enggak gitu." Sahut Arta seraya menggeleng keras.

"Bahagia yang gue maksud gak kesitu arahnya. Gue bahagia bertemen sama lo. Tapi diantara kita kaya berat sebelah, Nai."

"Maksud kamu?" Tanya Rinai dengan wajah bingungnya.

Arta menghela napasnya pelan sebelum menjelaskan kepada Rinai. "Iya, kita berat sebelah. Gue bahagia sama lo karena lo temen baik gue. Sementara lo, bahagia sama gue karena ada perasaan lain yang mana udah pasti perasaan itu bakal nimbulin harapan-harapan yang gak bisa gue wujudin." Jelasnya.

Kini, Rinai mengerti. Bahwa sekeras apapun dia mencoba, bahwa sebanyak apapun dia melupakan kecewa di hatinya, bahwa sesering apapaun dia memaafkan apapun yang menyakitinya, Rinai tetap tidak akan mendapatkan hati Arta. Sekeras apapun itu. Kini Rinai paham, bahwa memang harapan hanya akan membunuh. Karena ketika menemukan sebuah pernyataan bahwa sampai kapanpun, harapan itu tidak akan pernan nyata. Semua hanya ilusi yang kita ciptakan sendiri.

Tidak perlu lagi Rinai bertanya lebih jauh. Karena jika memang dia kembali bertanya, maka jawaban yang akan dia terima akan semakin menyakitinya. Rinai tidak ingin secepat ini melepaskan perasaannya. Tidak ingin secepat itu melupakan segala bentuk perasaannya. Rinai lelah, tetapi masih belum ingin menyerah.

"Arta, maaf jika perasaanku terlalu membebanimu." Ujar Rinai dengan pelan. Lagi-lagi dia harus meminta maaf atas perasaannya sendiri.

Arta menggeleng keras. "Berapa kali gue bilang sama lo? Jangan minta maaf atas perasaan yang gak bisa kita kendaliin. Lo gak salah, perasaan lo pun gak pernah salah."

Rinai terdiam. "Jangan buat gue justru semakin ngerasa bersalah karena gak bisa bales perasaan lo, Nai. Lo gak bisa ngendaliin perasaan lo, begitu pun dengan gue yang gak bisa bales perasaan lo karena gue juga gak ngerti hati gue maunya apa." Lanjut Arta.

Rinai mengangguk paham. Dengan segera dia harus menghentikan obrolan ini. Rinai tidak ingin semakin jauh. Tidak ingin semakin terluka. "Oke, Ta. Udah ya."

Arta pun tersenyum kearah Rinai yang dibalas senyuman indah khas milik Rinai. "Balik yuk, udah malem juga." Ujar Arta seraya bangkit dari duduknya.

Rinai pun ikut bangkit dari duduknya. Membereskan beberapa sisa jajanan mereka, dan membuangnya ke tempat sampah. Setelah itu, mereka meninggalkan tempat yang telah menjadi saksi atas obrolan mereka sore ini. Obrolan yang tanpa siapapun menyadari, bahwa ada hati yang diam-diam robek didalam sana. Ada hati yang berusaha untuk menahan supaya darahnya tidak tertumpah dan menghasilkan air mata yang akan mengalir dengan derasnya. Luka yang tidak akan pernah dia obati begitu saja, setidaknya sampai pemiliki luka itu merasa lelah dan akhirnya menyerah.

^^^

Setelah Arta mengantar Rinai pulang kerumah, kini Arta berada di tempat yang sering dia kunjungi. Tempat yang selama ini menjadi tempat rahasianya. Bukan saat bersama Regan, tapi tempat dimana Arta bisa bertemu dengan seseorang yang pernah dia ucapkan, bahwa dia tidak bisa melepaskannya begitu saja.

"Kamu dari mana aja? Kok baru sampe sini?" Seseorang itu bertanya ketika melihat Arta yang baru saja sampai dan kini tengah duduk disampingnya.

"Habis dari luar aku." Jawab Arta pelan.

Seseorang itu mengangguk pelan. Lantas menyenderkan kepalanya pada pundak lebar milik Arta. "Kamu bener-bener udah jarang banget nemuin aku."

Arta melirik seseorang itu sebentar. "Maksud kamu?"

Seseorang itu menegakkan kembali kepalanya, "Iya, kamu sekarang udah berubah, aku kaya gak kenal kamu, Ta."

Sesaat Arta terdiam, lantas menghela napasnya pelan. "Gak ada yang berubah. Lagian sekarang aku ke kamu kan?"

Seseorang itu tersenyum lantas mengangguk pelan. "Iya sih, mungkin hanya perasaanku ya?"

"Iya, cuma perasaan kamu, selebihnya gak ada yang aneh."

HAII!! SEMOGA SUKAK YAA SAMA EPISODE ARTA KALI INIII!!
SILAHKAN KASIH VOTE DAN KOMEN KALIAN YAA GUYS!!

TUNGGU EPISODE SELANJUTNYA YAA!!

RUMIT (ARTANAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang