Episode 31🌻

12 1 0
                                    

"Kamu berhak berusaha atas perasaan kamu, tapi jangan sampe lupa satu hal, bahwa terkadang apa yang paling kita usahakan adalah sesuatu yang nantinya paling mengecewakan buat kita. Tapi terlepas dari semua itu, kamu berhak mendapatkan hati nya. Kamu berhak mendapatkan cinta dari seseorang yang ingin kamu ajak selamanya."
-Rinai-

Sore ini, di sebuah jalanan perumahan, Rinai dan Nilam tengah berjalan beriringan. Masing-masing dari mereka tengah menenteng banyak plastik yang berisi jajanan. Keduanya asik bercerita bahkan sesekali tertawa karena cerita dari perjalanan kehidupan mereka masing-masing. Setahun lamanya mereka tidak bersua. Hingga akhirnya semesta memberikan kesempatan keduanya untuk kembali berdamai. Memilih untuk melupakan kejadian yang membuat mereka mengalami masa sulit setahun terakhir.

Namun, meski keduanya tampak berdamai dan memilih untuk kembali berteman, permasalahan nya belum benar-benar selesai. Tidak bisa dihindari bahwa Regan yang berstatus sebagai kakak laki-laki Rinai, belum mendapatkan maaf seutuhnya dari Nilam. Dan hal itu bukan perkara yang mudah bagi Nilam.

"Nai," panggil Nilam.

Sontak Rinai menoleh kearah Nilam, "Kenapa, Lam?"

"Udah dapet cowok belum kamu di sekolah kamu yang sekarang?" Tanya Nilam.

Dari kecil, Nilam dan Rinai selalu berada di sekolah yang sama. Namun, ketika beranjak masuk SMA, keduanya memilih untuk tidak masuk sekolah yang sama. Bukan Rinai, tapi Nilam yang saat itu mulai mengindari Rinai karena rasa cemburu ketika dirinya mulai merasa bahwa orang tua Nilam lebih memberikan perhatian nya pada Rinai. Padahal semua itu hanya salah paham belaka.

"Rinai!" panggil Nilam mengejutkan Rinai yang sedang melamun.

Rinai sontak terkejut dan menatap kearah Nilam. "Eh? Gimana, Lam?"

Nilam memandang Rinai dengan sedikit jengkel, "Kebiasaan kamu dari dulu gak pernah berubah deh, Nai. Suka banget bengong tiba-tiba." Ujar Nilam.

"Aku gak bengong kok," tukas Rinai.

"Gak mau ngaku lagi." Gumam Nilam pelan.

Rinai terkekeh pelan. "Tadi kamu nanya apa?" tanya nya.

"Kamu udah nemuin cowok belum di sekolah?" Nilam kembali bertanya.

Rinai sempat tertegun mendengar pertanyaan Nilam. "Kamu emang udah dapet, ya?" tanya balik Rinai.

"Yeu, di tanya malah nanya balik." Ujar Nilamdengan wajah sebal. Rinai hanya tersenyum mendengarnya.

"Sebenernya aku lagi deket sama cowok , Ra." Ucap Nilam dengan pandangan lurus kedepan.

Rinai lagi-lagi menatap kearah Nilam dengan tatapan terkejut. "Hah? Kamu udah punya cowok? Orang mana, Lam?" tanya Rinai dengan penasaran.

Nilam terkekeh pelan. "Aku gak tau ini disebut cowok aku atau bukan, tapi yang jelas dia selalu ada buat aku." Jawab Nilam.

"Hubungan tanpa status?" Tanya Rinai memastikan.

Nilam menoleh kearah Rinai seraya mengangguk pelan, "Pertama, aku berani bilang dia sebagai temen cowokku yang gak sengaja ketemu setahun yang lalu, tapi lama kelaman, hati aku gak bisa di bohongin kalo aku mau milikkin dia seutuhnya." Jelas Nilam.

Rinai menganggukkan kepalanya pelan. Kisah Nilam hampir sama dengan dirinya. Sama-sama terjebak di zona pertemanan.

"Menurut kamu, salah gak aku minta buat dia bertahan sama aku selamanya? Aku cuma mau dia, Nai." Ujar Nilam.

Rinai menghela napasnya pelan, "Gak salah dong. Perasaan itu gak boleh ada yang nyalahin. Harapan kamu mungkin terlihat benar di mata orang-orang yang ngerasain sama kaya kamu. Sama-sama ingin selamanya dengan orang yang kita sayangi." Rinai tersenyum kecil.

"Kamu berhak berusaha atas perasaan kamu, tapi jangan sampe lupa satu hal, bahwa terkadang apa yang paling kita usahakan adalah sesuatu yang nantinya paling mengecewakan buat kita. Tapi terlepas dari semua itu, kamu berhak mendapatkan hati nya. Kamu berhak mendapatkan cinta dari seseorang yang ingin kamu ajak selamanya, Lam." Jelas Rinai panjang lebar.

Nilam tersenyum lalu kemudian mengangguk setuju. "Kamu bener, Nai. Aku berhak atas perasaan ku sendiri. Berarti, aku berhak buat pertahanin dia di hidup aku, kan?" tanya Nilam memastikan.

Sebagai jawabannya, Rinai hanya mengangguk pelan. Karena mendengar cerita Nilam, dapat disimpulkan bahwa dirinya sama dengan Nilam. Sama-sama memiliki perasaan pada seseorang yang ingin dia pertahankan di hidupnya. Baginya, mempertahankan suatu hal yang entah jalan akhirnya akan seperti apa adalah pilihan terbaik saat ini.

"Cowok itu juga suka kamu kan, Lam?" tanya Rinai memastikan.

Nilam mengangguk pelan. "Iya, Nai. Dia suka aku sih kayanya, soalnya dia pernah bilang katanya gak bisa kalo gak sama aku," jawab Nilam sambil tersenyum.

Dugaan nya salah. Rinai dan Nilam tidak sepenuhnya sama. Lelaki yang dibicarakan Nilam juga memiliki rasa padanya. Sementara Rinai, Arta sama sekali tidak memiliki sedikit hati untuk nya. Dugaan Rinai salah. Nilam jatuh cinta pada seseorang yang hatinya juga untuk Nilam. Sedangkan Rinai, jatuh cinta pada lelaki yang hatinya tidak bisa dia miliki.

Rinai menghela napasnya kasar.

"Nai, kamu belum jawab pertanyaan aku, lho." Ucap Nilam.

Rinai tersenyum, "Aku juga lagi deket sama cowok, Lam." Jawab Rinai pelan.

Nilam menatap Rinai dengan terkejut, "Serius kamu? Kok bisa?" tanya nya dengan antusias.

"Kenapa gak bisa?" tanya Rinai sambil tersenyum.

"Kamu kan dari dulu kaku banget. Aku yakin di sekolah kamu yang sekarang juga kamu cuma punya satu temen kan?" tebak Nilam.

Rinai menatap Nilam dengan sedikit terkejut. "Dari mana kamu tau kalo di sekolah aku cuma punya temen?" tanya nya.

"Iyalah, jelas-jelas kamu susah berbaur sama orang lain. Terus, kok bisa deket sama cowok?"

Rinai menghela napasnya, "Gak tau, Lam. Waktu itu ketemu di perpus deket sekolah aku. Dan ternyata satu sekolah sama aku." Jawab Rinai.

Nilam tersenyum, "Terus terus?" tanya nya dengan antusias.

"Yaudah, setelah itu kaya kisah-kisah pada umumnya, Lam. Aku deket sama dia sampe sekarang." Jelas Rinai.

Lagi-lagi Nilam menyunggingkan senyumnya. "Siapa namanya, Nai?"

Rinai terdiam. Bingung apakah dia harus jujur menjawab pertanyaan Nilam. Tapi kenapa juga harus di tutup-tutupi? Bukankah Nilam berhak tahu ceritanya?

"Kok diem lagi? Siapa Nai namanyaa?" Tanya Nilam lagi dengan nada mendesak.

"Lagian kalo kamu kasih tau namanya juga aku gak bakal tau, Nai," ujar Nilam.

Rinai menghela napasnya kasar, "Arta, Lam. Namanya Arta." jawab Rinai pelan.

Halo!! gimana episode kali ini?? isinya full cerita Rinai sama Nilam yaakk. Semoga sukaa.
Jangan lupa kasih vote dan tulis perasaan kalian di kolom komentar ya guys.

Baca juga Artanai versi daily chat nya di tiktok aku ya @blungstory

RUMIT (ARTANAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang