Episode 46🌻

4 2 1
                                    

"Yaudah, mungkin udah waktunya gak melulu bareng-bareng."
-Rinai-

Sore ini baru saja Rinai dan keluarganya sampai dirumah. Mereka baru saja pulang dari berlibur selama seminggu. Seminggu kemarin, keluarga Rinai memutuskan untuk berlibur ke Bali. Jelas itu permintaan Rinai. Karena Rinai ingin mengistirahatkan tubuh dan pikirannya sebelum masuk sekolah. Apalagi, ketika kembali sekolah nanti, Rinai sudah menjadi siswi kelas dua belas. Sudah lebih sibuk dari biasanya. Maka sebelum hari itu tiba, Rinai ingin bersenang-senang terlebih dahulu dengan keluarganya. Dua hari sebelum Rinai berlibur dengan keluarganya, dia sudah lebih dulu pergi berlibur bersama Arta ke kebun teh Bogor. Setelah itu, mereka belum bertemu kembali.

"Nai, nih oleh-oleh yang kamu beli, simpen dikamar," perintah Arin kepada bungsunya yang kini baru saja mengambil air dingin dari kulkas.

"Bentar, Bun, nanti aku taro dikamar," sahut Rinai seraya duduk diatas sofa, diantara Regan dan ayahnya, Rendi.

"Kalian langsung bersih-bersih dong," ucap Arin saat melihat suami dan kedua anaknya yang kini tengah bermalas-malasan di sofa.

Regan menyahut santai. "Bentar, Bun, masih capek nih."

"Bersih-bersih berapa lamanya, Bang. Abis itu baru kamu istirahat lagi."

Sebelum nyonya besar mengamuk, maka Rendi lebih dulu bangkit dari duduknya dan bergegas pegi menuju kamarnya untuk membersihkan dirinya. Sementara itu, Rinai dan Regan masih enggan bangkit dari duduknya dan membuat Arin menatapnya dengan kesal.

"Bang, Dek, cepet sana bersih-bersih. Beresin barang kalian masing-masing," ucap Arin dengan nada yang sedikit tegas.

Kedua pasangan adik kakak itu segera bangkit dari duduknya. Keduanya pergi menuju kamarnya masing-masing sebelum sang bunda semakin marah-marah.

Didalam kamar, Rinai baru saja membereskan barang-barangnya. Dia sudah menyiapkan beberapa cinderamata untuk diberikan kepada orang-orang terdekatnya. Siapa lagi kalau bukan Lora, Nilam, begitupun juga Arta. Rinai tersenyum menatap oleh-oleh yang berada dihadapannya. Tidak sabar ingin memberikannya kepada teman-temannya itu. Termasuk Arta. Rasanya ingin sekali Rinai segera memberikannya kepada Arta, karena tidak dapat dibohongi, bahwa gadis itu merindukan Arta. Meski seminggu sebelumnya mereka sudah bertemu, namun Rinai ingin sekali bertemu kembali.

Dengan segera, Rinai mengirimkan pesan singkat untuk Arta. Tak lama kemudian, terdengar nada dering panggilan masuk dari handphonenya. Rinai dengan segera melihat layar ponselnya yang tertera nama Arta didalamnya. Sambil tersenyum Rinai mengangkat panggilan tersebut dan seketika melupakan dirinya yang belum juga membersihkan dirinya sejak tadi. Masa bodoh Arin akan kembali mengomelinya nanti ketika melihat bungsunya yang belum juga mandi.

"Halo, Nai." Suara berat Arta terdengar dari seberang sana. Sepertinya Arta sedang berada ditempat yang tidak terlalu ramai karena Rinai tidak mendengar berisik disekitar Arta.

"Hai, Ta," jawab Rinai dengan riang.

"Gimana liburannya? Seru?"

"Seru banget, Ta. Puas banget aku."

Terdengar suara tawa Arta diseberang sana. "Bagus deh. Kenapa chat gue?"

"Oh iya, aku punya sesuatu buat kamu lho." Suara Rinai terdengar sangat riang membuat Arta diam-diam tersenyum mendengarnya.

"Wow, apa tuh?" tanya Arta penasaran.

Rinai merubah posisinya dari tiduran diatas kasur menjadi duduk. "Ada deh, nanti kalo ketemu aku kasih ya," jawab Rinai.

"Kode ini mah, biar bisa main sama gue."

"Dih, nggak ya. Geer kamu."

Tawa Arta pecah mendengar celetukan Rinai barusan. "Asik, dapet oleh-oleh nih gue."

RUMIT (ARTANAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang