Episode 40🌻

6 1 1
                                    

"Adakalanya mungkin gue harus mulai belajar, bahwa di dunia ini, bukan cuma gue yang isi kepalanya rumit. Gue harus bisa menyederhanakan semua hal yang bikin diri gue rumit kaya sekarang."-Arta-

"Lo mau ngobrolin apa?" Terdengar suara Regan memenuhi ruangan yang cukup besar ini.

Malam ini, di apartemen Regan, sudah terdapat Arta dan Lora yang sudah lima belas menit berada disini. Arta yang meminta Regan dan Lora untuk datang kesini. Entah tujuannya untuk apa. Yang jelas, hal ini membuat Lora sedikit jengkel dengan Arta.

"Lama bener anjing, Ta. Cepet lo mau ngapain?" Suara Lora terdengar kesal. Bukan apa-apa. Akhir-akhir ini memang banyak sekali dari sikap Arta yang membuat Lora kesal.

Regan sedikit terkejut dengan ucapan Lora barusan. Baru pertama kali dia mendengar Lora berkata kasar seperti itu. Berbeda dengan Arta yang sudah terbiasa dengan Lora. "Wih, Ra, santai dulu aja, minum dulu nih."

Lora mendengus kesal seraya mengambil minuman dingin yang sudah Regan siapkan di meja. "Lama lo. Kebanyakan mikir banget dah hidupnya."

"Gak usah kaget, Gan, sama dia. Udah biasa dia mah begitu." Akhirnya Arta mengeluarkan suara. Tujuannya untuk sedikit menjelaskan pada Regan karena melihat lelaki itu yang kini menatap Lora dengan raut wajah kagetnya. Sepertinya Regan benar-benar baru kali ini melihat sisi lain dari Lora. Karena biasanya, Lora berbicara santun kepada Regan. Namun malam ini sungguh berbeda.

"Jadi lo mau ngapain ngumpulin kita?" Tanya Regan berusaha mengembalikan topik tentang apa sebenarnya tujuan Arta ingin berbicara dengannya, juga dengan Lora malam ini. Daripada Lora semakin mengamuk, maka Regan pun ikut mendesak Arta dengan pertanyaan yang sama.

Arta menghela napasnya pelan sebelum memulai pembicaraan. "Gak ada yang serius banget sih. Gue cuma mau bilang, kalo kayaknya bentar lagi gue bakal ngejauhin Rinai."

Sontak Regan dan Lora mengerjapkan matanya. Keduanya tampak terkejut dengan yang diucapkan Arta barusan. "Kenapa? Masalah apa lagi anjing?" Suara Lora terdengar lebih dulu ketimbang Regan yang masih terdiam mendengarkan.

"Gak ada masalah apa-apa. Cuma kayaknya emang udah gak bisa aja." Jawab Arta dengan santainya. Sontak hal itu membuat Lora menatapnya dengan penuh kekesalan.

"Heh anjing, yang jelas kalo emang lo ada masalah. Terus, dengan lo tiba-tiba ngejauh dari Rinai semua bakal baik-baik aja? Enggak anjing, Ta." Ucap Lora dengan nada yang sangat kesal.

Arta mendengar ucapan Lora hanya mendengus pelan tanpa menjawab ucapan sepupunya itu. Dan hal itu berhasil membuat Lora semakin geram melihatnya. "Astaga, beneran anjing ternyata. Lo liat gak lo sekarang lagi ngomong sama siapa? Lo buta atau gimana di depan lo sekarang ada abangnya Rinai? Buta mata lo hah?"

Seketika Arta menoleh kearah Regan yang kini masih terdiam sambil terus menatap kearahnya dengan tatapan yang sulit diartikan. Arta menebak-nebak isi kepala Regan. Karena sampai saat ini Regan masih saja terdiam tanpa merespon ucapannya sedikitpun.

"Tau gue, makanya gue ngomong sekarang didepan lo berdua. Karena gue tahu, kalian berdua berperan penting dihidup Nai." Jelas Arta masih terus menatap Regan.

Lora melempar botol minuman kearah Arta. Saat ini dia benar-benar tidak habis pikir dengan isi pikiran Arta. Dirinya bertanya-tanya kenapa dia harus memiliki sepupu sebodoh ini?

"Apa yang bikin kepala lo berisik?" Akhirnya Regan mengeluarkan suaranya setelah cukup lama diam. Regan bertanya sambil menatap lurus kearah Arta. Sontak hal itu membuat Arta sedikit merasa takut.

"Gak ada." Jawab Arta singkat.

"Anjing lo Arta." Ketus Lora lagi-lagi kesal dengan jawaban yang diberikan Arta.

RUMIT (ARTANAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang