Episode 52🌻

1 0 0
                                    

"Lo serius selesai sama Arta?" tanya Lora begitu melihat Rinai yang kini tengah terbaring dikasur kamarnya. Malam ini, Lora memutuskan untuk menginap dirumah Rinai setelah mendapat kabar dari temannya itu perihal hubungannya dengan Arta.

Beberapa hari yang lalu Rinai tidak berbicara apapun tentang kejadian malam itu ketika dia memutuskan untuk menyerah pada Arta. Setelah malam itu, Rinai berusaha menghindari siapapun yang dikenalnya. Termasuk Lora. Ketika dirumah pun dia jarang bicara, terutama pada Regan. Rinai masih tidak ingin Regan tahu mengenai selesainya Rinai dengan Arta.

Rinai menghela napasnya kasar ketika mendengar pertanyaan Lora. "Arta cerita ke kamu?"

"Dia gak cerita. Gue tahu karena ngelihat tingkah lo gak kaya biasanya akhir-akhir ini. Begitupun dengan Arta, sama anehnya kaya lo," jawab Lora.

"Kenapa sama dia emang? Harusnya baik-baik aja dong," ujar Rinai dengan nada ketusnya.

Mendengar ucapan Rinai, sontak membuat Lora sedikit terkejut, namun tidak heran juga melihat Rinai yang seperti sekarang. Mengingat banyaknya kekecewaan yang Arta torehkan kepada gadis itu. Lora rasa Rinai kini berada pada batas akhirnya. Batas akhir dari sebuah kesabaran dan pertahanan.

"Gak sebaik yang lo kira. Kalian sama-sama sakit meskipun kenyataannya lo yang paling sakit disini," sahut Lora memaklumi.

Rinai lagi-lagi menghela nafasnya kasar. "Bohong kalo aku lega setelah akhirnya milih buat nyerah, Ra. Bohong kalo perasaan ini langsung hilang begitu aja setelah apa yang udah aku tahu semuanya. Terlalu bohong, Ra. Nyatanya aku masih gak bisa lepas dari dia. Aku masih mau dia bahkan setelah aku sendiri yang memutuskan buat nyerah sama perasaan konyol ini."

Air matanya kembali luruh. Rinai tidak mampu menahan rasa sakitnya sendirian. Setelah berhari-hari dia memendamnya sendiri, akhirnya dia tidak mampu lagi menahan itu. Pertahannya runtuh begitu saja dihadapan Lora, sahabat baiknya sekaligus sepupu Arta.

"Gue ngerti, dan gue harap lo gak balik lagi sama dia," ucap Lora yang justru membuat Rinai menatapnya dengan terkejut.

"Kenapa gitu?" tanya Rinai sambil mengusap air mata di pipinya.

Lora mengangguk singkat. "Seperti yang lo tahu, Arta gak pernah sesederhana itu buat dipahami. Dia terlalu rumit, Rin. Bahkan untuk perasaannya sendiri dia terlalu rumit. Perasannya masih belum jelas buat siapa."

Rinai membenarkan ucapan Lora. Jelas dia mengetahui hal itu. Arta bukanlah seseorang yang mudah untuk dipahami dengan cara sederhana. Dia telalu sulit untuk bisa dimengerti bahkan dengan cara paling sederhana sekalipun. Rinai mengetahui itu, namun entah kenapa bodohnya Rinai masih ingin membersamai Arta.

"Yang dilakuin Arta ke lo jelas salah, Rin. Tapi yang harus lo tahu, dia kaya gini bukan cuma ke lo aja, tapi ke Nilam juga. Lo sendiri yang barusan cerita ke gue," lanjut Lora.

Rinai baru mengingat satu hal. Perihal cerita dari sisi Nilam. Tentang Nilam yang juga sempat ditinggalkan oleh Arta. Dan yang lebih parahnya, masanya sama dengan masa ketika Rinai sedang dekat dengan Arta.

"Kamu tahu, Nai? Arta selalu ada disisi aku kapanpun aku butuh dia. Dan setelah kamu hadir dihidup Arta, secara perlahan dia mulai menghilang dan menjauh dari aku,"

Rinai mengingatnya. Mengingat ucapan Nilam hari itu. "Bodoh ya aku, Ra?"

Mendengarnya, sontak Lora menggeleng keras. "Nggak, lo gak bodoh. Arta nya aja yang gak bisa ambil sikap dengan benar."

Rinai terdiam. Saat ini perasaannya benar-benar tidak karuan. Bingung, sedih, kesal semuanya campur aduk. Tidak pernah Rinai menyangka sebelumnya bahwa hari ini harus dia hadapi. Rinai benar-benar bingung. Rinai bingung bukan hanya dengan dirinya sendiri, melainkan dengan jalan pikiran Arta. Apa yang sebenarnya laki-laki itu pikirkan sampai dia harus melakukan hal ini? Serumit apa pikiran dan perasaannya sampai harus menyakiti dua perempuan diwaktu yang sama?

RUMIT (ARTANAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang