Episode 43🌻

3 1 0
                                    

SELAMAT MEMBACA!!! SELAMAT MENYELAMI PERJALANAN ARTA DAN RINAI....🤩

"Mungkin perasaanmu tidak untukku, namun aku tahu, raga dan seluruh perhatianmu tertuju padaku."
-Rinai-

"Mau kemana pagi-pagi udah rapi begini?" tanya Regan saat melihat Rinai sudah berdandan cantik minggu pagi ini. Rinai yang memakai dress selutut berwarna kuning pastel, dengan pita berwarna senada yang menghiasi rambut indahnya. Wajahnya terlihat berseri-seri saat memandangi dirinya sendiri dibalik cermin. Dia teringat ucapan Arta beberapa hari yang lalu, bahwa Arta lebih suka melihat dirinya dengan pakaian yang cerah, sekaligus dengan rambut yang dibiarkan terurai panjang.

"Mau jalan-jalan aku," jawab Rinai sambil terus menatap dirinya dibalik cermin.

Regan yang melihat adiknya tampak sangat bahagia ikut tersenyum. "Sama Arta?" tanyanya memastikan meskipun sudah tahu jawabannya. Karena siapa lagi yang membuat adik kecilnya ini tampak bahagia jika bukan lelaki itu?

Rinai mengangguk singkat. Regan pun berjalan kesisi ranjang tidur Rinai dan duduk disana. Sambil terus memperhatikan gerak-gerik Rinai yang berputar-putar di hadapan cermin. Regan hanya tersenyum melihatnya.

Sesaat Rinai tersadar bahwa sejak tadi ternyata dia diperhatikan oleh Regan. Rinai pun menoleh ke arah Regan. "Jangan liatin aku terus, Bang. Aku malu."

Sontak Regan terkekeh pelan mendengarnya. "Gak papa lah, orang cantik ini kok," sahutnya dengan santai.

Rinai menatap Regan dengan malas. "Iya tau aku cantik. Makasih ya," ucapnya dengan nada yang dibuat-buat sedikit ketus seraya mengibaskan rambut panjangnya yang terurai indah. Regan hanya tertawa pelan melihat tingkah adiknya itu.

Terkadang Regan merasa tidak menyangka, bahwa adik kecil yang dulunya selalu menangis ketika dijahili olehnya, kini sudah remaja. Sudah bisa mengenal apa itu perasaan dan cinta. Sudah bisa memberikan ketulusan kepada lelaki selain dirinya dan ayahnya. Semua tampak berjalan begitu cepat dimata Regan.

"Bang, baju Nai kaya gini udah pas kan?" Suara Rinai dengan seketika menyadarkan Regan dari lamunannya.

Regan mengangguk pelan sambil tersenyum. "Iya udah pas. Cocok banget, cantik," puji Regan.

Memang benar, Rinai tampak cantik dengan pakaian yang kini tengah dia kenakan. Ditambah pita yang menghiasi rambutnya yang tampak indah, menambah kesan kecantikan yang ada di diri Rinai hari ini. Rinai berharap, semoga hari ini berjalan sesuai dengan apa yang dia harapkan. Rinai berdoa semoga hari ini tidak ada yang mengganggu suasana hatinya.

Tak lama kemudian, suara notifikasi masuk dari ponsel Rinai. Dengan segera Rinai mengecek ponselnya dan benar saja, Arta yang mengirimkan sebuah pesan singkat untuknya. Arta mengabarkan Rinai bahwa dirinya sudah berada didepan rumah Rinai. Dengan segera, Rinai menyiapkan tas kecilnya dan bergegas keluar kamar. Regan pun ikut berjalan mengikuti Rinai dibelakangnya.

Begitu keluar rumah, Rinai dapat melihat Arta dengan tampannya berdiri disamping motor vespa kesayangannya. Arta mengenakan hoodie abu-abu, beserta celana jeans hitam, menambah kesan tampan yang membuat Rinai menatapnya dengan hati yang berdebar. Rinai menghampiri Arta yang kini tengah menatapnya sambil tersenyum lebar.

"Pagi, Nai," sapa Arta ketika Rinai tepat berada dihadapannya.

Rinai tersenyum. "Pagi, Ta," balasnya.

"Cantik banget," puji Arta seraya memperhatikan Rinai dari ujung kepala hingga ujung kaki. Arta tidak berbohong perihal pujian yang baru saja dia lontarkan untuk Rinai. Karena kenyataannya, Rinai memang selalu cantik. Namun, hari ini penampilan gadis itu terlihat sedikit berbeda. Tampak lebih berseri-seri dari biasanya. Arta yang menyadari hal itu tanpa disadari hatinya menghangat. Hatinya seketika merasa senang ketika melihat Rinai tampak terlihat bahagia. Dalam hatinya, Arta selalu ingin melihat kebahagiaan itu, melihat senyuman indah itu.

Rinai tersenyum malu mendengar pujian dari Arta yang dilontarkan untuknya. Dalam hati, Rinai berjingkrak riang. Senang sekali rasanya ketika mendengar seseorang yang dia cintai memuji dirinya dengan sebutan cantik. Sederhana memang, tetapi itulah perasaan orang yang sedang jatuh cinta. Tidak perlu susah payah untuk membuatnya tersenyum bahagia, hanya dengan sekali tindakan kecil dari orang yang dia cintai, sudah membuatnya bahagia bukan main.

Tanpa keduanya sadari, Regan tengah menatap keduanya daritadi. "Ekhem."

Keduanya menoleh ke arah Regan bersamaan. "Eh, Gan," sapa Arta.

Regan berjalan menghampiri Arta dan Rinai. "Rencana mau jalan kemana hari ini?"

"Kepo banget," jawab Rinai dengan sedikit ketus.

Sontak Regan menatap Rinai sambil menaikkan sebelah alisnya, "Kenapa dah lo, Cil? Gak bakal gue ikutin tenang aja." Rinai mendengus sebal ketika mendengar ucapan Regan barusan.

Arta terkekeh pelan melihat sepasang adik kakak yang terlihat sangat lucu dimatanya. "Rencananya gue mau ajak Nai keliling Jakarta aja sih. Paling nanti mampir toko buku. Ya kan, Nai?" Kini Arta mengalihkan pandangannya ke arah Rinai.

Rinai mengangguk pelan seraya tersenyum sebagai jawaban dari ucapan Arta. Regan pun ikut menganggukkan kepalanya. "Oke, hati-hati, Ta. Bawa pulang adek gue dalam keadaan baik-baik aja. Nggak ada ceritanya dia pulang kerumah dalam keadaan nangis, atau luka-luka. Gue gak mau," ucap Regan dengan sedikit tegas.

Arta mengangguk paham. "Pasti gue bawa balik Nai dalam keadaan utuh. Lo tenang aja."

"Gue percaya sama lo," ujar Regan seraya menepuk pelan pundak Arta.

Dalam hati, Rinai merasa bahagia melihat interaksi kedua lelaki di hadapannya kini. Dua lelaki yang dia sayangi saat ini setelah ayahnya. Mendengar bagaimana keduanya ingin Rinai baik-baik saja, membuat gadis itu seketika merasa dicintai. Meski salah satu perasaan dicintai itu mustahil, namun entah kenapa sekarang terasa berbeda.

Rinai menyadari, bahwa mungkin perasaan tulusnya tidak akan pernah terbalaskan. Meski sekeras apapun usahanya untuk membuat Arta jatuh cinta pada dirinya, hal itu terlalu tidak mungkin untuk bisa dia miliki sekarang. Bagi Rinai, Arta hanyalah sebuah ketidakmungkinan yang nyata dihidupnya. Karena meski perasaannya tidak mungkin, raga dan seluruh perhatiannya, ada untuk Rinai.

BERSAMBUNG....

RUMIT (ARTANAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang