Episode 3🌻

27 1 2
                                    

"Hai, aku masih sahabatmu kan?"-Rinai-

Rinai melangkahkan kakinya ke sebuah rumah yang tak jauh dari rumahnya. Rumah yang sejak kecil menjadi tempat favoritnya. Tempat yang sampai saat ini, menjadi tempat yang selalu Rinai ingin datangi. Ketika langkahnya sampai di depan sebuah rumah itu, Rinai menghela nafasnya pelan. Di Hadapan rumah yang cukup besar ini, Rinai mencoba untuk sedikit tenang karena sejak awal dia sangat gugup untuk mendatangi tempat ini. Sampai akhirnya dia memberanikan diri untuk mengetuk pintu rumah tersebut. Cukup lama Rinai menunggu tuan rumah keluar, hingga tiba-tiba seorang wanita paruh baya yang amat Rinai kenal sejak kecil keluar dari balik pintu. Menatap Rinai dengan tatapan sedikit kaget. Rinai menatap wanita itu dengan senyuman cantiknya.

"Non Rinai, udah lama kamu gak kesini," ucap wanita itu yang ternyata adalah seorang pembantu dirumah ini.

"Iya, Bi. Rinai baru bisa kesini lagi," balas Rinai dengan sedikit canggung.

"Apa kabar, Non?" Bi Imah memandangi Rinai dari ujung kaki hingga ujung kepala. Masih sedikit terpana dan heran dengan kehadiran Rinai yang terlalu tiba-tiba.

"Rinai sehat. Bi Imah sehat?" tanya balik Rinai. Bi Imah lantas tersenyum sambil menjawab bahwa dia baik-baik saja. Seorang pembantu yang amat Rinai sayangi. Pembantu yang ikut menjadi saksi atas bertumbuhnya Rinai dari kecil. Karena sejak kecil, Rinai selalu bersama Bi Imah, serta anak dari tuan rumah ini.

"Omong-omong, ada keperluan apa kesini, Non?" tanya Bi Imah karena setelah setahun lamanya, baru hari ini Rinai menginjakkan kakinya di tempat ini lagi.

Dengan sedikit gugup, Rinai menjawab pelan. "Rinai kesini mau cari Nilam, Bi."

Bi Imah tersenyum tipis, "Non Nilam ada dikamar. Kebetulan baru banget dia pulang."

"Baru pulang? sepagi ini dia dari mana emang, Bi?" Rinai menatap Bi Imah dengan heran.

"Bibi gak tahu soal itu, Non. Kemana Non Nilam pergi bibi kurang tahu. Akhir-akhir ini, Non Nilam memang sering keluar malam, pagi baru pulang kerumah," jelas Bi Imah.

Sontak membuat Rinai sangat terkejut mendengar penjelasan Bi Imah. Berusaha untuk tetap berpikir positif. Mungkin Nilam pergi kerumah neneknya akhir-akhir ini. Karena Rinai tahu, rumah nenek Nilam adalah rumah paling nyaman yang ada di muka bumi ini. Di sebuah pedesaan yang amat sangat menenangkan. Membuat siapapun akan tenang ketika berada disana.

"Rinai mau ketemu Nilam, Bi. Boleh kan?" tanya Rinai.

Bi Imah tersenyum riang. Dalam hatinya dia merasa sangat senang karena mendengar bahwa Rinai akan menemui majikannya. "Boleh, Non. Silahkan masuk." Bi Imah mempersilahkan Rinai untuk masuk kedalam.

Rinai melangkah masuk kedalam rumah yang sudah sejak lama tidak dia datangi. Setelah satu tahun, baru kali ini Rinai kembali menginjakkan kakinya disini. Sejak kejadian tahun lalu, kejadian yang sekuat mungkin untuk Rinai lupakan. Hari ini Rinai kembali lagi kesini, untuk memperbaiki sesuatu yang memang seharusnya sejak lama dia perbaiki.

Bi Imah pergi ke kamar Nilam untuk memberi tahu kedatangan Rinai. Tak lama kemudian, datang seorang gadis cantik yang terlihat seumuran dengan Rinai. Gadis dengan rambutnya yang panjang hitam legam menuruni anak tangga dengan sangat anggun. Menatap Rinai dengan tatapan yang sulit diartikan. Sedih? Senang? Marah? entahlah. Namun, Rinai memahami maksud dari tatapan itu. Rinai sontak bangun dari duduknya dan menatap Nilam dengan senyuman cantiknya.

"Hai, Nilam," sapa Rinai sambil menunjukkan senyuman manisnya.

"Ada apa?" tanya Nilam. Berbanding balik dengan Rinai, Nilam justru memasang wajah datar dan tampak terlihat enggan menanggapi Rinai.

RUMIT (ARTANAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang